Langsung ke konten utama

TROTOAR KITA

Trotoar itu apa?
Apa?
Apa?
Apa?
(Suara ala Curut-nya Ria SW)
Trotoar adalakh (kali ini ala-ala pintu Teater Dua telakh dibuka :D) jalur pejalan kaki yang lebih tinggi dari jalan utama dan posisinya berdampingan/ sejajar. Kalo enggak ada trotoar, pejalan kaki enggak punya tempat dan pasti bakal berbahaya. Bisa-bisa tiap menit ada berita pejalan kaki terserempet motor/ mobil (apalagi kalo tipikal pengendara yang "semau gue"). Indonesia, khususnya Jogja (karena aku masih tinggal di daerah istimewa ini), punya jalur khusus pejalan kaki. Setiap negara pasti punya. Jangankan jalur khusus pejalan kaki, Jogja juga punya jalur khusus sepeda. Pengendara tipe gowes ini di beberapa tempat di Jogja bakal diprioritaskan. Tulisan di papan rambu sih begitu. Faktanya?
Yah.. no body is perfect. Jogja punya trotoar, punya. Jogja punya jalur khusus sepeda, punya. Sayangnya enggak berfungsi kayak yang seharusnya. Harus dimaklumi karena kita terlalu banyak pake sesuatu yang enggak sesuai fungsinya? Seharusnya kita harus mulai mengubahnya dimulai dari kita sendiri. Iya, kesadaran dari kita. Trotoar itu buat apa sih? Buat jualan? Lapak kulineran? Warung Burjo a.k.a warung khas murah-meriah di Jogja yang biasanya jadi warung favorit mahasiswa saat kanker a.k.a kantong kering?
Trotoar jadi lapak jualan? Indonesia banget. Kita belum bisa kayak negara-negara tetangga. Singapura misal. Info dari rukamen.com, trotoar di sana luas, bersih, rapi, pake keramik, dan gampang dibersihin. Nyaman banget gitulah trotoar di Singapura.
Kita lihat trotoar di Jepang. Hampir sama kayak Singapura, trotoar di Jepang luas banget. Kalo di Indonesia trotoar seluas ini pasti bukan trotoar, tapi jalan utama, banyak kendaraan berseliweran. Trotoar di Jepang juga banyak yang berseliweran tapi pejalan kaki. Orang Jepang emang terkenal suka jalan kaki. Sangat jarang orang Jepang ke mana-mana bawa kendaraan sendiri. Fasilitas umum di sana more better jelas dari Indonesia. Kita harus banyak belajar sama mereka, Guys. Trotoar di Jepang punya pagar pembatas sama jalan utama. Jadi lebih safe-lah. Ada dua jenis trotoar di Jepang, buat pejalan kaki dan pesepeda. Nah loh, pengendara gowes-gowes di Jepang punya trotoar sendiri. Ada juga jalur warna kuning timbul gitu, khusus buat difabel netra.
Beda benua, beda trotoar. Kita mampir ke Eropa. Trotoar di sini mirip-mirip juga sama trotoar di Singapura, lebar-lebar dan luas gitu, cuma bedanya ada bangku-bangku taman yang semakin mempercantik trotoar. Bisalah nongkrong di bangku-bangku ini. Apalagi banyak bunga-bunga gitu yang ada di sepanjang trotoar. Kita balik ke Indonesia. Ada enggak trotoar yang dihias pake bunga-bunga? Bunga beneran, bukan buka kertas, apalagi lampion bunga-bunga. Ada enggak? Ngng...
Trotoar di Eropa juga ada lapak jualan kok, tapi lebih tertata dan enggak ngasal. Hak pejalan kaki buat nyaman di trotoar dan pastinya keselamatan terjamin, tetap ada. Lapak-lapak jualan di trotoar Eropa ini bukan warung tenda yang semuanya serba... yah, begitulah, tapi cafe-cafe yang punya meja-kursi khas yang ditata apik. Enggak ada kesan kumuh, tapi justru unik. Instagramable begitulah.
Rumput tetangga (memang) lebih hijau. Nyatanya, trotoar di negeri seberang lebih-lebih oke dibanding trotoar di negeri kita. Malioboro yang punya trotoar/ jalur pedestrian yang lebih luas dibanding trotoar lain (di Indonesia juga) masih belum bisa disejajarkan sama trotoar di Singapura, Jepang, bahkan Eropa.
Gimana cara menertibkan trotoar di Indonesia, khususnya di Jogja, biar bisa berfungsi kayak seharusnya ya? Bukan berarti merampas lahan rezeki, tapi kita bisa mencontoh trotoar di Eropa. Kalo trotoar di Indonesia, di masa depan, bisa sekece dan seapik trotoar di Eropa, amboi indah nian!
Semoga bukan cuma harapan kosong.
Ps: Pengen banget ngasih foto-foto tiga trotoar kece di atas, tapi pas Googling kok enggak ada foto yang resolusinya jelas?
Jogja, 18.12.2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta...

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato...

DI BELAKANG (ADA) ANGKA DUA

Bisa dibilang aku mampir ke sini cuma di momen seperti hari ini. 16 Agustus. Ada momen spesial apa sih di 16 Agustus? Kata Sal Priadi, "...serta mulia, panjang umurnya." Hari lahir. Tahun ini aku melewati hari lahir ke-32. Wow! Ti-ga pu-luh du-a. Sama-sama di belakang ada angka dua tapi beda rasanya ya waktu hari lahir ke-22 dan hari ini. Waktu 22 tahun aku nggak merasa ada tekanan. Kayak berlalu gitu aja. Aku ingat hari lahir ke-22-ku terjadi setahun setelah KKN di Kulonprogo. Pengingatnya adalah waktu KKN aku pernah ditanya ulang tahun ke berapa. Aku jawab, "Bioskop." Twenty one alias 21. Apakah hari lahir kali ini aku merasa tertekan? Ada rasa yang membuatku khawatir tapi let it flow aja. Nggak mau jadi overthinking . Apa yang terjadi nantinya ya dihadapi dengan riang gembira lengkap dengan gedebak-gedebuk nya. Masa ulang tahun nggak ada apa-apa? Nggak mengharapkan juga sih. Nggak mengharuskan juga tapi kalo ada ya aku nikmati dan berterima kasih. Kode banget ni...