Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

DESEMBER INI...

Desember! Udah masuk hari ke-13. Ada banyak pencapaian tapi ada juga stuck -nya. Satu yang masih stuck : tugas akhir a.k.a skripsi. Baiklah.. Kalo ditanya skripsi, aku masih akan menjawab baru mulai karena kebanyakan main, sambil senyum. Iya, senyum. Nggak langsung jadi sensitif dan semacamnya. Kenyataan Bro. Masa iya mau lari dari kenyataan? Eh.. eh.. ini bukan mau ngomongin skripsi 'kan? Bukan. Mau ngomongin Desember. Ada apa dengan Desember? Nggak ada apa-apa, nggak ada yang istimewa, tapi aku bersyukur menjalaninya. Waktu begitu cepat berlalu. Omongan klise, tapi emang bener, rasanya cepat banget. Tau-tau udah akhir 2015. Beberapa hari lagi 2016. Udah berapa list pencapaianmu, Gus? Hmm.. Senyum aja deh. Pencapaian ya? Ada beberapa yang berhasil aku raih. Siaran di radio swasta komersil! Alhamdulillah.. Ini tuh semacam dream come true gitu. Masih awal siaran di radio swasta komersil, tapi aku berhasil mewujudkan apa yang selama ini aku inginkan. Alhamdulillah... List bua

JANGAN LUPAKAN AKU

Wuahhh.. lama banget nggak ngurusin rumah virtualku ini. Lebih milih ngurusin diri sendiri (baca: diet). Rasanya nggak konsisten itu.. /(TT TT)\ Padahal aku udah ada tekad buat konsisten nge-blog, rajin singgah ke rumah virtual, tapi lama-lama.. terlupakan. Awal membulatkan tekad, semangat banget! Udah berjalan hampir seminggu, tapi suatu hari ( hah! bahasanya ) aku nggak post di blog dengan berbagai alibi. Sehari nggak posting, aku mikir, "Ah, besok aja-lah." Besoknya.. ternyata aku nggak posting lagi dengan alibi yang berbagai macam itu. Jadi.. udah! Selama beberapa hari nggak nulis di blog, nggak posting apa, gitu. Waktu lagi on fire , rasanya emang nikmat banget. Berasa jadi orang yang produktif ( emang iya sih.. ). On fire -nya udah nggak, rasanya nggak produktif dan merasa bersalah banget. Ya udah! Posting, posting aja. Posting apaan? Lagi-lagi.. harus terus ingat ini: tulis apa yang dekat di sekitarmu . See ? Nggak usah terlalu sok gimanaaa, tapi posting aja yang s

#FiksiMini JENDELA-JENDELA

Aku duduk memandang lalu-lalang manusia. Apa yang mereka pikirkan? Terkadang, aku ingin bisa membaca pikiran orang lain. Apa mereka bahagia? Atau justru menderita? Mataku memandang naik ke sebuah gedung dengan banyak jendela. Mata awasku menangkap tiga sosok yang berada di sebuah balkon dengan j endela besar. Sosok pertama, perempuan yang menimang anak. Pakaiannya putih. Dia ada di lantai paling atas gedung. Sosok selanjutnya, dua laki-laki yang tampak membicarakan sesuatu. Mereka juga sama memakai pakaian putih .   Apa yang mereka katakan? Apa yang mereka pikirkan? Perempuan itu tetap menimang anaknya. Mungkin sambil bersenandung. Sementara dua laki-laki yang berada di bawah balkon perempuan itu, juga masih berbicara entah apa. Mataku terbelalak melihat perempuan itu melempar anak di pelukannya. Sekian detik berikutnya dia ikut terjun. Ah, sepertinya aku berhalusinasi lagi. Biarlah. Sudah sering orang tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Aku masih melihat lal

SO LONG

Lama nggak ketemu bisa jadi kaku. Rasanya ada yang beda. Kok justru kayak lagi ada masalah ya? Biar nggak kaku gimana dong? Hmm.. bersikap biasa. Sungkan, wajarlah. Namanya juga lama nggak ketemu. Awal-awal ketemu (lagi) pasti nggak enak rasanya. Mau begini, takut salah. Mau begitu, takut begini... Kekakuan bisa dicairkan dengan obrolan. Kalo nggak ada interaksi, gimana mau cair? Gimana mau hilang kakunya? Obrolannya bisa apa aja asal nyambung. Salah satu pihak pasti harus memulai obrolan. Bisa jadi nantinya semacam 'interview', tapi kalo nggak gitu, sampai kapan pun bakalan kaku. Aku tipikal yang memulai obrolan. Pernah ada yang bilang, aku keponya keterlaluan. Salah ya? Nggak ada maksud terselubung, cuma memulai obrolan. Aku pernah baca juga, kalo obrolan mau lancar, salah satu memang harus memulai dan jangan membicarakan diri-sendiri. Tanya terus tentang lawan bicara, tapi.. yang elegan. Nggak bombardir kayak reporter infotainment juga. Bisa jadi lawan bica

APA PERLU AKU...?

Saat mendapat tekanan, seseorang bisa jadi luar biasa. Mau nggak mau 'tekanan' menjadikan seseorang disiplin. Tekanan dalam menulis, misal, efeknya bisa dibilang luar biasa. Beneran kejadian waktu jadi Panitia Empatik II. Pemateri memberikan waktu 15 menit buat bikin tulisan. Yes, 15 menit! Kalo dalam situasi 'normal', 15 menit bisa menghasilkan tulisan, (agak) mustahil. Otak kayaknya udah ter-setting 'buru-buru'. Kalo masih jauh, santaaai. Justru saat dikejar waktu banget, seseorang bisa maksimal (padahal nggak). Lebih maksimal yang dikerjakan jauh sebelum deadline, tapi kebanyakan lebih suka yang serba terburu-buru. Padahal kalo dikerjakan jauh sebelum deadline, nggak bakalan tuh kesusahan sendiri. Kalo bisa gampang, kenapa dipersulit? Kalo tekanan bisa ngomong, bakalan ngomong begini, "Apa perlu aku..?" (kutipan dari seseorang)[] Jogja, 1 November 2015

ADIKTIF

Adiktif. Pernah ngerasain? Enak? Adiktif apa dulu? Adiktif yang negatif, janganlah. Na'udzubillah... Adiktif yang positif, good... Rasanya adiktif positif itu nikmat banget. Sekali nggak ngelakuin, rasanya ada yang beda. Pastinya nggak bikin rugi. Perlu dikembangin tuh adiktif positif. Lebih tepatnya dibudayakan. Adiktif nulis, adiktif berkarya, adiktif menebar kebaikan, adiktif baca Al Qur'an, subhannallah.. indah banget. Adiktif negatif, jangan harap bakal merasakan kenikmatan yang sesungguhnya. Adiktif negatif, nikmatnya cuma semu. Setelah itu bakal menderita. Rugi diri-sendiri. Setiap manusia pasti pernah adiktif negatif. Aku waktu SMP pernah adiktif main PS. Selalu bela-belain datang ke rental PS sepulang sekolah. Uang jajan, bukannya buat jajan, tapi buat main PS. Mamah marah banget. Nikmat, tapi ya cuma sesaat. Jadi, main PS bisa jadi adiktif negatif? Bisa. Manfaat main PS apa? Media menghibur diri-sendiri tapi kalo berlebihan, jadinya nggak baik. Beda kalo adikt

ARUS

Memang pada dasarnya bukan tipe orang yang mengikuti arus. Orang-orang melakukan ini, justru sama sekali nggak ikut-ikutan. Giliran orang lain nggak melakukannya, justru dilakukan. Melakukan sendiri tanpa mengikuti arus. Memang orang banyak macamnya. Ada yang latah ikut arus, ada juga yang tetap cool. Mengikuti arus (mungkin bisa dibilang 'kekinian'?) sama saja nggak punya pendirian. Ikut-ikut saja apa yang lagi ngalir. Arus ke kanan, ikut ke kanan. Arus ke kiri, ikut kiri. Gimana kalo melawan arus? Melawan arus? Beda.. beda.. Melawan arus dengan nggak ikut-ikutan arus, jelas beda. Melawan arus jelas bikin chaos . Namanya juga melawan. Nggak ikut-ikutan arus, tetap di jalur yang sama, cuma nggak ikut 'jalan'. Berhenti di tepi sambil mengawasi. Bukan berhenti di tengah dan ganggu. Mengikuti arus ke arah positif? Dianjurkan. Bisa jadi niat awal mengikuti arus karena, ya.. mengikuti orang lain, biar dilihat mata manusia, belum tulus, tapi hati manusia bisa dib

SEMANGAT

Kadang naik, kadang turun, kadang maju-mundur. Semangat mah gitu. Kalo lagi naik, bagus, bikin bergairah hidup, tapi kalo lagi turun, beuuh.. nggak pengen melakukan apa pun. Semangat udah jadi bagian dari hidup. Melakukan apa pun, pasti ada semangatnya. Kadar semangat tiap orang jelas beda. Tiap orang juga punya cara sendiri buat mengolah semangat. Merasa stuck dengan semangat yang gitu-gitu doang? Naiknya jarang, turunnya sering. Cari mood booster. Bentuknya bisa apa pun. Intinya yang bikin gairah hidup jadi ON. Nggak perlu sesuatu yang 'wah' karena masing-masing punya cara beda memandang dan merasakannya. Semangat naik-turun, wajar, tapi jangan ababil juga. Bentar-bentar naik, bentar-bentar turun. Pertahanin konsistensi semangat. Nggak asyik kalo semangat gampang naik & gampang turun. Semangat bukan berarti gairah meletup-letup terus jadi heboh (sendiri), tapi bisa berarti 'kemauan kuat' buat menjalani apa yang di depan mata. Mau tantangan, rintangan,

#Cerpen PERTEMUAN

Aku sudah tidak sabar menanti pertemuan ini. Sudah sejak lama aku hanya melihatnya dari jauh. Sekarang saatnya aku melihat sosoknya secara nyata, mewujud di depan mataku. Jam 2 siang di sebuah pusat perbelanjaan. Itulah tempat dan waktu yang dia sebutkan untuk pertemuan perdana ini. Pertemuan singkat yang membuatku tidak bisa tidur semalaman. Aku benar-benar mempersiapkan pertemuan ini. Aku tidak boleh terlambat. Beberapa jam sebelum pertemuan kami, dia mengirim pesan padaku, meminta tolong untukku mengirimkan sesuatu. Mataku terbelalak. Apa dia serius? Apa dia tidak salah kirim pesan? Dia serius dan setelah itu menarik kembali ucapannya. Aku sepertinya sudah dibutakan oleh pertemuan pertama yang sebentar lagi terjadi. Aku bersedia secara sadar dan senang hati memenuhi permintaannya. Saat aku memperjelas permintaannya, aku sengaja meneleponnya, tapi tidak ada respon. Oke, kita belum saling mengenal banyak. Saat aku menanyakannya via jejaring sosial, dia menjawabnya

BERUBAH

Perubahan pasti selalu ada. Nggak ada seorang pun yang bisa menghindari perubahan. Mau nggak mau memang harus berubah. Perubahan bisa ke arah yang baik, bisa juga sebaliknya. Berubah ke arah yang baik, siapa nolak? Berubah ke arah nggak baik, katanya nggak ada yang mau, tapi faktanya ada kok yang berubah ke arah yang lebih buruk. Bisa jadi menyadari perubahan, tapi sengaja mengabaikan. Perubahan yang mau nggak mau harus berubah adalah karena waktu. Nggak mungkin 'kan menolak berubah hanya karena waktu yang terus berjalan? Nggak ada seorang pun yang dapat menghentikan waktu, kecuali memutuskan buat menghentikan waktunya sendiri. Perubahan yang bisa diterima atau ditolak adalah perubahan dari diri-sendiri. Kita ingin berubah, hanya diri sendiri yang bisa mengubahnya. Berubah positif atau justru negatif, tergantung dari kita menyikapinya. Kalo sudah usaha keras, nggak nyerah, pasti bakal ada hasilnya. Kalo nggak usaha, hanya diam menyilangkan kaki dan tangan, gimana mau menghas

KATA (DALAM) HATI

Rindu tapi nggak terkatakan. Mungkinkah? Terkadang sesuatu yang besar dan nyata begitu dekat, nggak disadari (atau sengaja nggak menyadari?). Kalo seseorang bisa membaca hati dan pikiran orang lain, pasti nggak ada yang namanya menerka-nerka. Nggak setiap orang mau mengatakan apa yang ingin dikatakan. Sebagian yang lain lebih memilih menyimpan sendiri apa yang ingin dikatakan. "Aku nggak apa-apa," katanya sambil tersenyum. Benar nggak apa-apa? Atau ada kata tersembunyi dari sederet kata yang menenangkan itu? Selalu, selalu ada kemungkinan. Seseorang yang mengatakan bahagia, belum tentu dia bahagia. Apa ada rasa sebaliknya? Nggak bahagia tapi sejatinya bahagia? Dipikir, pasti ada rasa sebaliknya itu. Kelihatannya nggak bahagia, tapi sebenarnya bahagia. Bilang "aku baik-baik saja" semoga memang baik-baik saja. Dibutuhkan kepekaan? Ya, seharusnya begitu. Lisan yang menutupi apa isi hati bisa jadi adalah kode. Hanya seseorang yang punya kepekaan, bisa merasakan da

(SENGAJA) LUPA

Rasanya dilupakan gimana? Pernah ngerasain? Bikin baper? Nyesek? Pengen teriak di hutan belok ke pantai? Pernah melupakan sesuatu nggak? Pernah? Wajar. Manusia. Ya begitulah, nggak semua hal selalu diingat. Pasti ada aja yang dilupakan (atau sengaja melupakan?). Satu hal yang selalu dilupakan adalah bersyukur. Banyak banget kenikmatan yang diberikan tapi jaraaang banget ingat dengan syukur. Padahal semakin manusia bersyukur, maka nikmat-Nya akan bertambah. Faktanya, saat menikmati kenikmatan, justru lupa bersyukur. Sedih rasanya saat ingat membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Bilang dia begini, dia begitu.. Setiap orang punya kenikmatan masing-masing. Jangan selalu melihat ke atas, tapi lihatlah apa yang ada di sekitar. Lihatlah yang kekurangan, ketidaksempurnaan, dan aku yakin bakalan langsung bersyukur dengan apa yang diberikan dan dimiliki. Bersyukur itu mudah, tapi ngelakuinnya yang "susah". Ya, susah.. karena nggak setiap kenikmatan dan yang dimiliki

PASANGAN

Gula dan semut. Bunga dan lebah. Penulis dan buku. Segala sesuatu pasti ada pasangannya. Penulis bisa dipasangkan dengan apa? Buku. Ada nggak penulis yang dipasangkan dengan batagor? Pizza? Cewek cantik? Bisa juga. Jadinya penulis yang lagi makan batagor di samping cewek cantik yang lagi jualan pizza. Bukan dipasangkan begitu, tapi penulis ya pasangannya, buku. Belum "dianggap" penulis kalo belum bikin buku. Kamu setuju nggak dengan pernyataan ini? Aku nggak. Penulis nggak selalu menulis buku, tapi yang jelas penulis pasti nulis. Kalo nggak nulis, artinya fake . Status palsu. Orientasi penulis memang berbeda-beda. Ada yang fokus nulis buku, ada juga yang fokus nulis buat media massa. Penulis yang nggak (atau belum lebih tepatnya) menulis buku nggak layak disebut penulis? Nggak layak mengatakan bahwa dirinya penulis? Aku jadi ingat perkataan seseorang. Penulis disebut penulis bukan karena sebutan dari dirinya sendiri tapi "pemberian" orang lain. Pemusik di

HEI.. TUNGGU..

Aku pernah bangun tidur sebelum adzan subuh mengangkasa demi nggak telat. Telat apa? Bukan telat shalat subuh, tapi biar nggak telat datang ke sekolah. Sepagi itu? Are you kidding me, Gus? No, I'm serious. Wajarlah, waktu itu mau study tour. Harus ngumpul di sekolah jam 4 pagi apa jam 3.30 pagi, agak lupa. Intinya sih pagi banget dan belum adzan subuh. Waktu itu Bapak yang nganterin aku. Takut telat. Ya, takut banget telat ketinggalan bus. Takut telat shalat di masjid nggak? *jleb* Shalat jamaah di masjid ibarat naik bus. Iqamah kayak tanda bus udah mau jalan. Saat shalat tengah berlangsung, bus berjalan. Emang nggak semua orang merasa takut ketinggalan shalat jamaah di masjid tapi masih banyak yang lebih takut ketinggalan bus saat study tour. Efek ketinggalan shalat jamaah di masjid emang nggak kelihatan, sementara efek ketinggalan bus waktu study tour itu terasa banget dan rasanya nyesek. Sering banget merasa takut ketinggalan. Takut ketinggalan bus saat study tour, takut

IT'S EASY

Produktif itu gampang kok. Nikmat banget kalo udah jatuh cinta sama "produktif". Nggak ada yang namanya wasted time . Setiap waktu adalah uang. Kesempatan. Apapun itu, intinya penting dan bermanfaat. Orang yang udah ngerasain nikmatnya produktif nggak bakalan bingung mau melakukan sesuatu. Selalu ada hal yang bisa dilakukan dan dikerjakan. Pastinya nggak sia-sia. Pernah merasa waktu yang ada jadi sia-sia nggak? Itu artinya nggak produktif. Coba deh, tiap ada waktu luang dimanfaatin buat do something (yang bermanfaat). Masih merasa waktu jadi sia-sia? Ngomong produktif itu gampang, emang "gampang" kok. Prakteknya juga gampang. Serius. Apa ada syarat dan ketentuan yang memberatkan buat jadi produktif? Justru, syarat dan ketentuan itu kita sendiri yang bikin. Masalahnya ada di dalam diri masing-masing. Selalu aja ada "masalah" buat jadi produktif 'kan? Masalah itu ya diri-sendiri. Hanya kita yang bisa menyingkirkan masalah-masalah itu. Masalah terb

KATANYA...

Heran.. Katanya suka, katanya cinta, tapi.. Ya gitu.. Seorang teman pernah bilang, "..karena nggak menjadikan 'itu' sebagai prioritas." Ada benarnya juga. Bukan prioritas, makanya susah, walau katanya suka, katanya cinta. Hei, 'itu' apa maksudnya? Jangan ambigu dong. Bisa-bisa gagal paham dan jadi salah paham. 'Itu' yang aku maksud adalah... *nelen ludah* me-nu-lis. Yes, menulis. Jadi.. kamu gitu, Gus? Bukan aku yang jadi bahasan kali ini, tapi orang di sekelilingku. Oke.. aku memang belum jadi penulis yang produktif. Penulis? Apa kamu pantas memakai gelar itu, Gus? Mana tulisanmu? Mana bukumu? Lain kali aku bakal ngobrolin tentang tulisan dan buku. Heran. Masih sangat heran. Mungkin karena aku sendiri juga nggak produktif. Nulis masih berkala, kala-kala iya, kala-kala nggak. Lagi semangat nulis, ya nulis. Nggak semangat, tetap nulis.. tapi di Twitter. (-__-) Ganjalan hatiku tentang orang di sekelilingku yang katanya suka, katanya cinta dengan du

NABUNG

Nabung di bank apa nabung di celengan ayam? Masih bingung. Katanya, orang modern kalau nabung di bank. Keuntungan nabung di bank apa? Sebenarnya hanya beda media penyimpanan. Nabung di bank tentu lebih "aman" dibanding nabung di celengan ayam. Selama bank tempat kita nabung "baik-baik" saja, tabungan kita juga bakalan baik. Kalau suatu saat terjadi hal urgent, misal bencana alam atau musibah, uang yang kita simpan di bank tetap aman karena nggak ikut jadi "korban". Ya, inilah keuntungan nabung di bank. Selain itu apa lagi? Entah. Aku bukan ahli perbankan. Aku hanya orang awam yang pengen punya tabungan. Rasanya sayang banget kalau nggak ada simpanan sama sekali. Seenggaknya berpikir untuk ke depannya, nggak cuma menikmati apa yang ada saat ini. Pilihanku BNI, tapi.. entah kenapa aku masih ragu. Aku sudah berencana membuat rekening BNI. Surat keterangan mahasiswa (karena aku nggak punya KTP Jogja) sudah aku siapkan. Saat akan didata, petugas CS meminta

MASIH SAMA

"Eh, I-Radio Jogja lagi bukaan penyiar lho," kata Mas Kamal. Mendengarnya, mataku berbinar. Bukaan penyiar? Kesempatan. "Aku ikut ah. Siapa tau.." tekadku penuh semangat. Malamnya, aku dengarkan I-Radio Jogja. Selama ini aku jarang banget dengerin I-Radio Jogja. Aku ingin mempelajari gaya bersiaran ala I-Radio Jogja. Untuk memastikan info dari Mas Kamal, aku stalking Twitter I-Radio Jogja. Ternyata memang benar! Aku semakin bersemangat. Malam itu, aku rasanya nggak pengen tidur. Pengen cepat-cepat pagi biar bisa take vocal di Rasida FM. Aku share info itu di grup BBM Rasida FM. Tanggapannya macam-macam. Aku optimis bakal lolos seleksi ini. Aku memang begitu orangnya. Sangat optimis. Saking semangatnya, malam itu aku sama sekali nggak tidur. Nggak bisa tidur lebih tepatnya, saking excited-nya. Masih ada beberapa hari sebelum batas akhir pengumpulan berkas. Waktu yang ada justru nggak aku manfaatkan untuk take vocal. Aku terlalu banyak menunda. Aku sempat akan take v

BUKAN SEKARANG

  Gagal lagi.. Hmm.. untuk yang kesekian kalinya aku gagal. Ya, gagal dalam meraih apa yang selama 3 tahun belakangan ini menjadi obsesiku. Aku nggak bakal menyerah. Aku akan terus berusaha. Baru sekian kali aku gagal. Masih banyak peluang yang menanti untuk aku jemput. Ya, aku sangat yakin, peluang dan kesempatan itu ada untukku. Mungkin bukan sekarang, tapi nanti. Rasanya gagal? Kecewa, iya, tapi nggak boleh berlarut-larut. Klise! So, why ? Biarlah dianggap klise, tapi faktanya memang begitu kok. Kecewa berlama-lama nggak akan mengubah apapun. Capek banget kalau harus menikmati kekecewaan terlalu lama. Cukup bilang, "aku kecewa", setelah itu lupakan dan cari hal-hal lain yang sudah menunggu untuk aku jemput. Nggak segampang menuliskan note ini memang, tapi aku selalu bisa melakukannya (walau nggak gampang juga). Seorang teman pernah berkata, "Kalau kita gagal, berarti kita memang bukan yang mereka cari." Yap, sepakat! Gagal bukan berarti kita jelek. Masi

PERCAYA

Menjaga rasa percaya itu berat. Sekali saja berkhianat, selamanya akan luntur rasa percaya itu. Bisa dibilang, menjaga amanah, menjaga kepercayaan yang diberikan untuk memegang/ punya kuasa atas sesuatu. Banyak yang pengen dipercaya orang banyak. Berharap dipilih menjadi sesuatu, berharap dukungan banyak orang, rasa ingin dipercayanya besaaar banget. Kalau cuma pengen orang lain percaya, gampang (asal sebelumnya belum pernah mengkhianati orang itu), tapi menjaga rasa percaya itu yang susah. Nila setitik, rusak susu sebelanga. Amanah! Bukan sesuatu yang bisa dimainkan seenaknya. Contoh lain menjaga rasa percaya orang, banyak kok. Begitu dekat dalam kehidupan kita. Menjaga kepercayaan yang berhubungan sama uang (ini yang sensitif), susah-susah gampang. Godaannya Man , cukup besarrr. Uang gitu. Siapa yang hari gini nggak tertarik uang? Realistis saja. Kalau tekad menjaga kepercayaan orang kurang kuat, bisa-bisa termakan nafsu sendiri. Amanah koyak, rasa percaya orang lain jadi caca

STATUS

Wisuda. Coba ya wisuda sarjana bisa kayak wisuda SMA yang serempak. Lihat teman seangkatan kuliah (akhirnya) wisuda, uuh.. pengen. Aku kapan? Pertanyaan klise mahasiswa semester akhir. Senang ya jadi sarjana. Apalagi yang bisa lulus tepat waktu di waktu yang tepat. Pendapat orang emang beda-beda. Lulus cepat (tepat waktu) jelas bagus & jadi teladan (musti dicontoh itu). Lulus "nggak cepat" (alibinya lulus di waktu yang tepat :D) juga bukan berarti buruk. Yah.. ada positif & negatif dari keduanya. Lulus, jadi sarjana, tapi akhirnya justru bingung mau ngapain, ini nih yang jadi masalah. Tapi sebagian yang lain, belum lulus udah kerja (biasanya mereka ini bukan tipikal mahasiswa kupu-kupu). (Mungkin) mahasiswa adalah zona nyaman. Belum dibebani beban yang terlalu membebani. Lulus itu harus! Jangan kelamaan. Apalagi kalau alasan nggak lulus itu karena diri-sendiri yang nggak giat a.k.a malas. Beuuuh... alasan macam apa itu? Kalau emang udah masanya, ya segera dikerj

CITA DAN CITA

"Apa cita-citamu?" "Aku pengen jadi pilot!" Aku masih ingat banget saat jelang TK dulu, aku jawab dengan semangat ingin jadi pilot saat ditanya cita-cita. Aku sekarang lupa kenapa dulu pengen jadi pilot. Bukan dokter, guru, insinyur atau apapun itu. Lama-lama cita-cita jadi pilot itu samar-samar lalu hilang. Aku punya cita-cita lagi. Hmm.. kapan ya tepatnya? Saat SD - SMP, kayaknya aku lupa dengan cita-cita. Saat SMA, aku punya cita-cita jadi wartawan. Berawal dari aku suka nulis, muncul keinginan jadi wartawan. Aku memilih Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) pun karena ada Konsentrasi Jurnalistik. Tanpa ragu, aku memilih KPI ini sebagai studiku selepas SMA. Sekarang saat ditanya cita-cita, aku mikir lama. Apa ya cita-citaku? Apa cita-cita hanya pantas untuk anak kecil? Dipikir, kayaknya iya. Jarang ada orang dewasa (seenggaknya bukan lagi anak kecil) yang menjawab dengan riang cita-citanya. Ah ya, bukan lagi istilahnya "cita-cita" tapi "keing

WAWANCARA

Deg-degan rasanya saat interview calon Penyiar Radio Q FM. Takut salah sikap, salah ini.. salah itu.. Tapi, aku nyaman kok. Not bad. Jawab seperlunya. Bilang nggak tau kalo emang nggak tau. Sebelum interview, nunggu dulu selama sekian menit. Selama menunggu itu, ada dua yang aku kenal (tau namanya). Asep dari Hubungan Internasional UMY dan Faizul dari Teknik Lingkungan Hidup UII. Lainnya, belum kenalan. Kebanyakan sibuk dengan gadget. Pengen ngajak kenalan cewek yang duduk di sebelahku, tapi bingung mau memulainya. Ya udah, akhirnya diam. Semuanya juga gitu. Aku sempat ngobrol sama Faizal (duh.. Faizal apa Faizul ya?). Obrolannya nggak jauh-jauh dari kampus. Dia juga nanya ke aku sering siaran/ nggak. Aku bilang, aku ikut rakom kampus. Bukan sering, tapi pernah. Yah.. obrolan basa-basi gitu. Ngobrolnya nggak lama. Setelah itu kembali melakukan aksi diam. Bingung juga mau ngobrolin apa. Baru aja kenal juga. Saat giliranku interview, aku merasa yakin dan percaya diri. Masuk ke ruanga

BUKAN BERLARI

Sejak kapan ya aku pengen jadi penyiar radio? Ini bukan keinginanku dari kecil. Dulu, aku sama sekali nggak ada keinginan buat jadi penyiar radio. Aku masih ingat waktu itu rasanya bete saat dengerin radio, penyiarnya yang masuk. Aku pengennya lagu-lagu, SMS-ku dibacain, lagu request-ku diputerin (mungkin ini kali ya keinginan mereka yang nggak tertarik jadi penyiar radio). Nunggu SMS dibacain penyiar radio itu rasanya excited banget. Berharap SMS-ku dibacain. Sayangnya, SMS-ku justru seing nggak dibacain. Padahal aku udah SMS seawal mungkin, tapi tetep aja... nggak dibacain. Lama-lama, muncul keinginan baru: jadi penyiar radio. Nah, ini bermulanya sejak kapan, agak lupa-lupa ingat. Bisa jadi keinginan yang muncul begitu aja atau karena Rasida FM. Aku cenderung ke opsi kedua. Dulu, awal kuliah, aku sempat ikut oprec Suka TV. Latah ikutan lebih tepatnya. Saat di kelas, Bu Evi bilang, Suka TV lagi oprec, teman-temanku (dan juga aku) berbondong-bondong daftar. Saat akan workshop (ba

HARI TERAKHIR

Perjuangan yang luar biasa. Tepat di hari terakhir open recruitment Radio Q Jogja, sederet "cobaan" datang. Pertama, file sampel suaraku yang aku rekam pake hape, tipenya 3gp, bukan MP3. Padahal persyaratan sampel suaranya dalam format MP3. Aku minta tolong rental komputer buat ganti tipe 3gp itu ke MP3. Nggak bisa! File-nya nggak kebaca. Padahal aplikasi buat ngubah ke tipe MP3 ada. Kedua, foto yang mau aku cetak, entah kenapa nggak bisa dimasukin ke Corel Draw buat dicetak. Si Bapak dan si Mas rental komputer bahkan sampai ganti komputer 4 kali demi nyetak fotoku itu. Di komputer ke-4, akhirnya fotoku berhasil dimasukin ke Corel Draw. Itu juga setelah fotoku di-copypaste ke dalam folder lain. Entahlah kenapa daritadi nggak bisa masuk ke Corel Draw. Ketiga, saat aku sampai Radio Q di Jl. Kaliurang KM 7, sepi. Radio Q nggak kelihatan kayak studio radio. Ada di tengah perumahan, bukan di pinggir jalan besar. Memang ada papan nama Radio Q gede banget di jalan kecil tepat di

HANYA SEBENTAR

Umur manusia memang nggak ada yang tahu batasnya, kecuali Allah SWT. Ada yang menikmati hidup mendekati ratusan tahun (mungkin sampai merasa bosan), ada juga yang hanya diizinkan puluhan tahun atau bahkan bisa kurang dari itu. Kematian adalah rahasia Ilahi. Hanya Allah yang tahu garis kematian manusia. Jika kita tahu kapan ajal datang, apa yang akan kita lakukan? Kejahatan pasti nggak akan ada karena setiap orang tengah berlomba menyiapkan bekal menuju kematiannya. Manusia memang nggak dianugerahi Allah untuk mengetahui kapan nafas terakhirnya berhembus. Mati segan, hidup pun nggak mau. Hidup, artinya terus tumbuh, semakin bertambah usia dan siapa pun pasti akan mengalami masa tua. Bersyukurlah mereka yang bisa merasakan masa tua. Setiap masa pasti ada enak dan nggak. Namanya juga hidup di dunia. Bukan di Surga. Aku masih belum percaya salah satu teman kosku di DeHa, kos pertamaku di Jogja, meninggal, yang katanya gara-gara diabetes dan serangan jantung. Aku masih ingat banget kebe

LITTLE THING

Bahagia itu memang sederhana. Nggak ribet kok kalo mau bahagia. Bahkan dari hal paling kecil sekali pun, kita bisa bahagia. Nggak percaya? ;) Kalimat "bahagia itu sederhana" terdengar klise ya. Banyak orang bijak (dan juga orang "sok" bijak :D) yang mengatakan itu. Walau klise, bukan kalimat yang "waw", tapi memang iya kok, bahagia itu sederhana. Contohnya, beuuh.. banyak banget dalam kehidupan kita sehari-hari. Saat bahagiaku salah satunya adalah ketika aku berhasil menahan godaan. Eits, jangan mikir yang aneh-aneh dulu. "Godaan" itu maksudnya keinginanku membeli sesuatu (finansial banget). Ya.. begitulah. Aku cukup sering "lapar mata" saat membeli... makanan. Iya, makanan, bukan baju, sepatu, atau shopping. Aku bukan tipikal yang mewajibkan "shopping" (yang artinya biasa aja). Pasti kamu bilang, "Makan? Cocok banget sama badannya." :3 Oke, baiklah, aku memang "sedikit" lebar, tapi apa orang yang badanny

SEMACAM YANG PERTAMA

Salah satu mimpiku adalah menjadi penyiar radio. Setelah mengikuti seleksi penyiar radio di sana-sini (sayangnya belum berjodoh), akhirnya.. alhamdulillah aku berjodoh dengan Radio Widoro, sebuah radio komunitas di UPT Malioboro, Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta. Setelah aku dinyatakan lolos seleksi, malamnya (atau besok malamnya, agak-agak lupa) aku diminta datang ke Radio Widoro. Siaran tandem bareng Mbak Yuni. Rasanya deg-degaaan banget. Tetap aja ini kali pertama aku open mic sebagai penyiar radio (kerja). Waktu itu siarannya jam 19.30-22.30. Mbak Yuni banyak bercerita kepadaku. Cerita tentang kehidupannya, Radio Widoro dari tahun ke tahun, dan obrolan kami (yang didominasi oleh Mbak Yuni) sanggup bertahan dari opening siaran sampai closing di jam 22.30. Aku pikir kedatanganku malam itu "benar-benar" tandem. Ternyata bukan. Menurutku bukan tandem. Waktu opening pertama, Mbak Yuni sama sekali nggak menyebut namaku atau merasakan "kehadiranku" di si

MIMPIKU...

Sebulan berlalu sejak aku resmi menjadi penyiar radio (yang sesungguhnya). Alhamdulillah... Berawal dari tawaran seorang kakak tingkat di kampus, skenario indah dari Tuhan pun berjalan untukku. Aku masih ingat banget, waktu itu di minggu ke-4 Januari 2015. Kakak tingkatku itu bilang, ada radio yang lagi nyari penyiar. Kebetulan penyiar radio di radio yang tengah mencari penyiar itu (blush! x_x) teman Kakak tingkatku. Setelah aku memberikan nomor kontakku ke Kakak tingkatku itu, katanya aku nanti bakal ditelepon sama radio dan nggak lama lagi aku akan langsung siaran. Aku pun menunggu dengan sangat antusias. Sayangnya, saat radio itu nelpon aku, justru nggak aku angkat. Nggak tahu ada telepon masuk. Tahu begitu, aku langsung stand by terus pegang hape. Ke mana pun, aku bawa hapenya. Takutnya nelpon lagi dan nggak aku angkat. Lama nunggu... Lama... Nggak juga ada telepon masuk. Aku pun sempat galau. Jangan-jangan... Aku sempat berpikir yang nggak-nggak. Aku terus menunggu semalaman dan

GADO-GADO

Halo... Apakabar? Semoga selalu baik ya. Kali ini aku akan bercerita, hmm.. apa ya? Cerita edisi KKN, nggak jelas. Soalnya aku nggak intens berbagi cerita, jadinya aku lupa. Ya.. lupa, mau cerita apa lagi. Gado-gado banget deh cerita-ceritaku di blog ini, tapi baiklah. Walau gado-gado (aku suka Gado Gado asal nggak pedas), tapi aku akan tetap berbagi cerita kok. Tenang aja. Setiap orang pasti punya cerita dalam hidupnya. Bahkan kehidupan setelah hidup (apaan?) juga pasti ada ceritanya, cuma hanya Allah yang tahu seperti apa tepatnya. Duuuh... kok jadi seram gini ya? Nggak kok.. nggak.. Intinya setiap orang punya cerita. Sayang dong kalau cerita-cerita hidup kamu dibiarin hilang begitu saja. Mending dikenang dengan sesuatu yang bisa kamu nikmati, nggak cuma kamu putar dalam otak. Salah satu caranya, menulis. Cerita apapun, bisa kamu tuangkan dalam tulisan, tapi tetap hati-hati ya. Walau kamu punya kebebasan dalam menuliskan ceritamu, tetap... bertanggungjawab. Ini yang penting. Ngomon