HARI ISTIMEWA UNTUK IBU

Tiap 22 Desember, ada sesuatu yang istimewa. Ada hadiah, makan-makan, jalan-jalan, bersenang-senang. Setelah 22 Desember masih ada hadiah dan kawan-kawannya? Masih istimewa? Ini yang perlu kita ingat lagi.
Oke, 22 Desember di Indonesia dijadikan sebagai Hari Ibu. Banyak yang (mendadak?) ingat ibunya. Ibuku superhero... Ibuku begini... Ibuku begitu... Lihatlah media sosial. Semuanya bersukacita merayakan Hari Ibu. Bolehkah kita merayakan Hari Ibu? Aku bukan mau ngomong halal-haram ya. Merayakan Hari Ibu sah-sah saja kok, asal... jangan cuma setahun sekali memperlakukan ibu secara istimewa, ngasih hadiah, ngasih ini... itu... Sungguh terlalu kalo bilang sayang sama ibu cuma waktu Hari Ibu, di media sosial pula. Pencitraan maksimal! Dasar manusia zaman sekarang (talk to my self).
Masih mending sih, sayang-sayangan sama ibu cuma setahun sekali di 22 Desember, daripada yang enggak pernah bilang sayang, enggak pernah ngasih yang istimewa buat ibu. Na'udzubillah...
Ngomongin tentang ibu, banyak yang bisa diceritakan. Setiap orang punya cerita tentang ibu, karena kita lahir ke dunia dari rahim seorang ibu (ya iyalah, Gus). Setiap orang pasti bakal mrebes mili begitu cerita tentang ibu dimulai. Aku jadi ingat waktu kemah di SMA. Tengah malam pasti kakak senior ngebangunin semua juniornya dan dikumpulin di lapangan. Semua mata ditutup kain. Setelah itu mengalirlah cerita tentang ibu. Ada yang jadi sesenggukan, ada juga yang merasa kesal. Bukan karena enggak punya hati, tapi perenungan semacam ini, dibangunin (paksa) di tengah malam, dikumpulin di lapangan, mata ditutup, bahkan sebelumnya diputer-puterin dulu, kayak semacam ada halang rintang tapi cuma bohong-bohongan (namanya juga mata lagi ditutup), menurutku cara ini sangat enggak efektif. Seharusnya waktu perenungan dibikin nyaman, bukan nahan kantuk dan segala macam yang seharusnya tersentuh dan terharu berkat cerita tentang ibu, berubah jadi kekesalan dan ke-keki-an.
Ada yang bilang Hari Ibu bukan budaya kita. Ngapain kita ikut-ikutan budaya orang lain? Seluruh dunia punya Hari Ibu dengan tanggal yang beda-beda. Indonesia memilih 22 Desember sebagai Hari Ibu bukan karena ikut-ikutan, tapi ada sejarah dibaliknya.
Info dari tirto.id, Hari Ibu ada di Indonesia buat mengenang perjuangan kaum perempuan. Indonesia merdeka bukan cuma karena laki-laki yang gagah berani menyerang dengan bambu runcingnya, tapi perempuan juga ikut berjuang dengan caranya sendiri. Masing-masing punya peran waktu itu dan semuanya bersatu-padu demi kemerdekaan Indonesia.
Hari Ibu pertama kali dibahas 22 Desember 1928 di Jogja. Waktu itu banyak perwakilan yang datang buat ngebahas Hari Ibu, mulai dari Boedi Utomo, Pemuda Indonesia, Jong Java, Jong Madoera, Muhammadiyah, dan beberapa perwakilan lain. Ada 600 perempuan dari berbagai latar pendidikan yang juga ikutan ngebahas Hari Ibu waktu itu, untuk yang pertama kali. Organisasi-organisasi mulai dari Wanita Utomo, Putri Indonesia, Wanita Katolik, Aisyah, perempuan-perempuan Sarekat Islam, perempuan-perempuan Jong Java, dan organisasi lain yang ikut pembahasan tentang Hari Ibu. Pembahasan ini ada di agenda Kongres Perempuan Indonesia dan setelah peringatan kongres yang ke-25 tahun 1953, barulah ditetapkan 22 Desember sebagai Hari Ibu.
Heran, kenapa (masih) ada yang bilang Hari Ibu bukan budaya kita. Baca sejarahnya apa enggak? Kita salah memaknai Hari Ibu kalo cuma di hari ini kita bilang sayang sama ibu. Terlalu! Membahagiakan ibu, ngasih hadiah, makan-makan berdua bareng ibu, jalan-jalan sama ibu, enggak perlu nunggu 22 Desember, tapi kalo mau merayakan momennya yang diperingati tiap 22 Desember, sah-sah saja, tapi ingat! Enggak perlu nunggu 22 Desember buat bilang sayang sama ibu. Ingat ya. Harus loh! Catat itu! Camkan!
Kebumen, 22.12.2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar