GERHANA BULAN (YANG) ISTIMEWA

Setiap fenomena alam pasti menarik perhatian banyak orang. Salah satunya malam ini, gerhana bulan yang terjadi tiap 150 tahun sekali. Bisa dibilang, gerhana bulan kali ini special karena ada warna biru dan merah. Biasanya cuma hitam. Dikutip dari news.liputan6.com, warna biru ini karena bulan purnama kedua muncul dalam satu kalender yang sama. Nah, warna merah karena bulan ada di bawah bayang-bayang bumi dan sinar matahari memantul ke atmosfer bumi yang mengarah ke bulan. Hasilnya bulan jadi berwarna merah, semerah darah.
Twitter enggak melewatkan kesempatan langka ini. Ada emoji khusus di tagar #SuperBlueBloodMoon. Sekilas emoji ini mirip cookies. Banyak yang memeriahkan fenomena alam ini. Apalagi dengan perkembangan media sosial yang fantastis, tagar #SuperBlueBloodMoon jadi trending topic dan banyak juga yang menyiarkan secara langsung gerhana bulan istimewa ini. BMKG juga enggak mau kalah loh. Yah.. fenomena yang terjadi tiap 150 tahun sekali, sayang banget kalo dilewatin begitu saja.
Melihat langsung gerhana bulan enggak berbahaya kok. Enggak kayak gerhana matahari yang bisa merusak retina dan perlu alat khusus buat melihat fenomena ini. 150 tahun lagi bakal kayak apa ya? Saat gerhana bulan special ini terjadi (lagi). Bumi semakin tua, semakin mendekati akhir? Semoga 150 tahun ke depan, saat gerhana bulan ini terjadi, bumi masih baik-baik saja.
Jogja, 31.01.2018

BEGINI CARA MENGHADAPI SI ATTITUDE BURUK


Pernah merasa drama banget di satu hari? Sadar atau enggak, justru kita sendiri yang bikin drama. Pasti ada pemicu yang bikin kita merasa kesal, keki, marah, sebal, dan kawan-kawannya, tapi kalo dibikin santai dan segera lupakan pemicu-pemicu enggak penting itu, no more drama. Apalagi di dunia dewasa yang pasti bersinggungan dengan manusia dewasa lainnya. (Ah, beberapa kali aku menyebut kata 'dewasa' di tulisan sebelumnya.) Kalo orang lain enggak (mau) memahami, ya kita yang (harus) memahami.
Banyak sikap yang ada di dunia dewasa. Sikap menyenangkan, sikap kurang menyenangkan, keduanya seperti dua sisi mata uang. Selalu berdampingan. Bagaimana kita menyikapinya, jelas tergantung kita. Apa mau berlarut-larut dalam drama atau segera lupakan dan anggap enggak ada? Toh, semua pemicu drama itu (sebenarnya) enggak penting. Bagaimana caranya menghadapi orang dengan sikap kurang menyenangkan, dalam arti attitude yang buruk? Pernah berhadapan dengan tipikal orang seperti ini? Teman satu kampus, satu kantor, satu lingkungan? Berbalik menyerang dengan sikap yang sama, bukan cara yang tepat. Bisa digunakan, tapi bukan satu-satunya cara. Lebih baik gunakan cara lain buat menghadapi si attitude buruk ini.
Berdasarkan artikel di life.idntimes.com, cara pertama yang kita lakukan adalah membuat benteng perlindungan. Bukan benteng dalam arti secara fisik, tapi benteng buat menahan bahkan memantulkan sikap-sikap kurang menyenangkan dari seseorang dengan attitude jempol mengarah ke bawah. Mau dia bersikap sekurang menyenangkan apapun, kita fine-fine saja. Anggap saja anjing yang menggonggong.
Cara kedua, anggap sikap kurang menyenangkan itu sebagai sesuatu yang enggak penting, bahkan enggak ada. Cara ini kita lakukan biar enggak terbawa emosi. Sayang banget loh kalo kita jadi emosi gegara satu orang dengan attitude enggak banget. Sungguh merugi.
Selanjutnya, pikirkan sesuatu yang menyenangkan dari orang dengan sikap kurang menyenangkan ini. Kalo satu kampus, satu kantor, satu lingkungan, pasti ada saat seseorang ini bersikap menyenangkan, bukan? Ingat kebaikan dari orang yang dominan sikap kurang menyenangkan ini. Motivasi buat diri-sendiri sekaligus mengurangi bahkan menghilangkan sesuatu yang negatif dalam diri kita. Efek sikap kurang menyenangkan ini bisa bikin sesuatu yang negatif masuk ke dalam tubuh loh. Bisa dalam bentuk marah, kesal, benci, keki, dan lain-lain.
Cara keempat, jangan terlalu dipikirkan. Masing-masing pasti punya kesibukan. Lakukan saja kesibukan kita dan lupakan seseorang dengan sikap kurang menyenangkan. Sangat enggak berfaedah kalo kita kepikiran terus, marah terus, sebal terus.
Terakhir, ini cara yang sebaiknya dilakukan paling terakhir, balas sikap kurang menyenangkan orang itu dengan sikap yang sama. Bukan memperbesar api, tapi cuma sikap agar dia sadar, attitude-nya harus diperbaiki. Kalo dia sendiri justru enggak sadar dan menganggap kita yang attitude-nya buruk, gimana? Berarti orang itu enggak sadar diri. Bukan bermaksud melabeling seseorang, hanya saja menyikapi seseorang yang enggak sadar dengan sikapnya yang (memang) enggak menyenangkan, ya... dengan cara yang sama. Reaksi seseorang buat seseorang yang lain pasti karena sikap yang dikeluarkan, 'kan? Kalo dapat sikap yang baik, reaksinya juga baik. Sebaliknya, dapat sikap yang buruk, tapi justru reaksi tetap baik, masih perlu belajar banget jadi orang dengan hati selapang ini.
Jogja, 30.01.2018

INI YANG KITA BUTUHKAN AGAR HIDUP ADA RASA

Suatu siang yang panas di lampu merah, mata saya tanpa sengaja tertuju pada stiker mobil tepat di depan motor yang saya kendarai. Stiker 'happy family' tentang ayah, ibu, kakak, adik. Stiker yang biasa sebenarnya, tapi kali itu stiker yang saya lihat enggak biasa. Ada sosok ayah yang tertulis di bawahnya 'wartawan. Ibu, 'guru'. Kakak, 'arsitek'. Abang, 'pilot'. Adik, 'dokter'. Satu gambaran keluarga yang sempurna. Orangtua mana pun pasti bangga kalau bisa menjadikan anak-anaknya sesuatu yang bernilai lebih.
Melihat stiker itu saya jadi berpikir. Berarti sejak kecil, si anak sudah didoktrin, hmm.. bahasanya terlalu seram ya, buat menjadi ini dan itu. Sudah dikotak-kotakkan. Apa ini cara yang baik? Setiap orangtua pasti punya cara mendidik anak-anaknya. Menerapkan pola seperti stiker 'happy family' yang saya lihat di suatu siang yang panas di lampu merah, enggak ada salahnya, asal enggak memaksakan. Lagipula hidup butuh cita-cita, keinginan, sesuatu yang ingin dicapai. Sesuatu yang bikin hidup jadi lebih hidup.


Kebayang kalau hidup enggak ada tujuan? Semuanya dibiarkan mengalir seperti air. Sepertinya hambar. Apa hidup seperti ini asyik? Menikmati hidup seperti anak-anak, boleh juga. Bukan berarti kita kekanak-kanakan, tapi masih ingat waktu masih bocah dulu ditanya cita-cita? Penuh percaya diri kita bakal bilang 'pengen jadi polisi, pengen jadi dokter, pengen jadi sarjana, pengen jadi ini... itu...' Sama sekali enggak ada kekhawatiran nantinya seperti apa. Semakin bertambah usia, semakin dewasa, membuat kita semakin sadar, keinginan yang dulu waktu masih anak-anak kita katakan dengan penuh percaya diri, enggak mudah buat meraihnya. Harus benar-benar berjuang berdarah-darah. Saya pikir, alasan seperti ini hanyalah cara orang dewasa buat menghindar. Malas berusaha. Malas berjuang. Apapun dalam hidup ini memang harus diperjuangkan dan enggak sedikit harus berdarah-darah 'kan? Menjadi dewasa yang menikmati hidup seperti anak-anak, enggak ada salahnya. Selalu berpikiran positif dan yakin apa yang kita lakukan, sebagai manusia dewasa, bisa terkabul. Kegagalan pasti ada, tapi jangan membuat tekad kita hancur-lebur berkeping-keping bahkan enggak ada sisa.
Hidup memang harus diperjuangkan. Seenggaknya ada rasa. Bukan hambar dan terasa datar.
Jogja, 29.01.2018

KATAKAN CINTA


Sekian lama enggak pernah ikut 'Katakan Cinta', alhamdulillah kali ini masih diberi kesempatan. Sejak menjadi anggota FLP Jogja Angkatan 14 di tahun 2012, belum pernah sekali pun ikut kegiatan bulanan ini. Bukan karena mager, tapi tiap kali ada info 'Katakan Cinta', selalu bentrok dengan kegiatan lain. Sepanjang bisa mengingat, karena saya enggak di Jogja (baca: pulang kampung).
Kegiatan bulanan FLP Jogja ini bukan tentang 'tembak-menembak cinta-cintaan' ala-ala reality show di TV sekian tahun silam. No! 'Katakan Cinta' di sini adalah 'Kajian Tentang Agama Dilanjutkan Cerita Indah Apa... Aja!'. Sebelum-sebelumnya belum pernah ikut. Enggak ada gambaran apa saja yang dilakukan tapi intinya, forum diskusi melingkar dengan satu orang yang menjadi narasumber. 'Katakan Cinta' kali ini ada di Rumah BaCa, Jalan Gedong Kuning 102 dengan tema 'Membangun Kepekaan Sosial sebagai Bahan Pengayaan Karya'. Terkesan kaku ya? Seperti tema seminar-seminar di kampus. Enggak sekaku yang dipikirkan kok. Diskusi atau bahasa lebih khususnya kajian, (entah kenapa kata 'kajian' bagi saya identik dengan diskusi keislaman) berjalan dengan santai. Narasumber a.k.a pembicaranya juga asyik. Seorang dengan gelar Ph.D yang tetap humble dan enggak terkesan pakai bahasa njlimet yang sungguh ilmiah bahkan kaku. Ganjar Widhiyoga, sesepuh FLP Jogja sekaligus pendiri Rumah BaCa, didapuk menjadi pembicara 'Katakan Cinta' episode kali ini.
Ganjar, yang biasa kami panggil 'Pak', membahas empati dalam berkarya. Kenapa? Menulis sesuatu di luar dunia kita, membutuhkan kepekaan khusus. Apa kita bisa memahami orang yang tergusur dari tempat tinggal karena tanah berpijak berstatus ilegal? Kita di sini bisa terbagi menjadi dua kubu yang membingungkan. Sikap penggusur enggak salah, karena mereka bertindak sesuai fakta, tapi pihak tergusur juga enggak bisa disalahkan karena menggunakan tanah yang bukan menjadi haknya. Netral? Solusi jelas dibutuhkan di sini. Namanya solusi pasti mencerahkan semua pihak. Bukan menguntungkan salah satu dan mem-buntung-kan yang lain.
Empati dalam bercerita, empati dalam berkarya, yang nantinya bisa terefleksikan dalam kehidupan nyata. Saya merasa belum benar-benar menjadi orang yang punya empati. Terkadang saya mempertanyakan empati dalam diri saya sendiri. Apa benar yang saya lakukan adalah empati? Atau justru empty? Kosong? Sekarang mencari orang yang empati katanya ibarat mencari jarum di tumpukan jerami. Benarkah? Orang yang punya empati di hatinya masih ada di dunia ini. Orang yang enggak mengenal empati juga (masih) ada. Seperti dua sisi koin yang selalu berdampingan. Saya terus belajar mengenal empati dalam diri dan akan terus belajar. Hidup banyak mengajarkan tentang empati, simpati, dan sikap lain, baik atau buruk. Belajar langsung dalam kehidupan enggak kenal kata 'lulus', kecuali kehidupan kita berpindah ke alam setelah kehidupan.
Sedikit tentang lokasi 'Katakan Cinta' episode kali ini. Kesan pertama yang menyenangkan. Taman baca khususnya buat anak-anak ini punya tampilan yang bikin betah berlama-lama. Jangankan anak-anak, saya saja yang sudah melewatkan masa anak-anak, betah di Rumah BaCa walau kali itu baru kali pertama kedatangan. Saya jadi ingat satu taman baca di Kebumen yang jauh dari kata nyaman. Gimana bisa tercipta rasa nyaman, lha wong tempatnya sendiri jauh dari kata nyaman. Sangat disayangkan.
Semua buku di Rumah BaCa memang berbahasa Inggris. Tuntutan zaman sekarang banget 'kan? Orangtua pasti menginginkan anak-anaknya fasih berbahasa Inggris. Koleksi buku anak-anak di Rumah BaCa sangat direkomendasi walau masih terbatas dalam jumlah.
Selain baca buku, anak-anak juga bisa ikut kegiatan yang bisa menambah soft skill, mulai dari menulis cerita sampai memasak. Apa memasak termasuk soft skill? Yah.. enggak semua orang bisa memasak 'kan? Buku kreativitas di Rumah BaCa membuat saya yang bukan lagi anak-anak tertarik memainkannya. Ya, memainkan, bukan sekedar membaca. Buku cerita yang penuh warna dilengkapi figur karakter dan poster latar untuk bercerita. Melihat anak-anak bercerita sendiri dengan buku kreativitas ini, pasti menggemaskan. Dunia anak-anak memang seharusnya begini. Bebas berimajinasi.
Semoga 'Katakan Cinta' selanjutnya saya masih mendapat kesempatan. Satu kegiatan yang mempertemukan mereka yang jauh, membangkitkan kenangan lama dan menciptakan kenangan baru. Kenangan yang indah, tentu.
Jogja, 28.01.2018

MANUSIA DEWASA

Selamat datang di dunia dewasa. Dunia yang penuh tanggung jawab dan rasanya berat. Terkadang, manusia dewasa rindu menjadi manusia remaja. Masa yang penuh gejolak, katanya. Masa yang bisa bebas suka-suka, ada yang bilang begitu sih. Masa yang paling banyak dirindukan. Setiap orang pasti menjadi dewasa. Bukan seberapa banyak angka di atas kue ulang tahun, tapi seberapa jauh pola pikir dalam membentuk kedewasaan.
Dulu berandai-andai menjadi manusia dewasa itu menyenangkan. Bisa bebas melakukan apa saja. Masuk masa menjadi manusia dewasa, rindu dan ingin kembali ke masa sebelumnya. Dewasa, bekerja, tanggung jawab, menjadi manusia seutuhnya, bukan lagi manusia yang didekap ibu-ayahnya, dalam arti secara fisik.
Setiap waktu adalah berharga. Sekali dilempar, enggak akan kembali. Masa menjadi manusia dewasa harus benar-benar dimanfaatkan untuk kegiatan yang enggak cuma mendewasakan diri tapi juga positif untuk citra diri. Jangan sampai nila setitik merusak susu sebelanga. Kita bukan lagi anak kecil yang menangis karena melakukan kesalahan, orangtua memohonkan maaf, dan kesalahan yang kita buat mendapat pemakluman. Dunia dewasa adalah dunia tanggung jawab. Semua yang kita lakukan itulah yang menjadi tanggung jawab, entah baik atau buruk. Kita punya pilihan dan kita bebas memilihnya. Kita, manusia dewasa yang sudah paham betul baik dan buruk, mendapat kebebasan memilih menjadi putih atau hitam. Kita mendapat jalan sendiri, benar-benar sendiri, dan segala tantangan, kejutan, apapun, siap menanti kita di ujung jalan.
Aku punya satu kisah. Ini bukan kisah dariku, tapi dari satu operet majalah anak-anak yang dulu gemerlap dunianya membuat masa anak-anakku menjadi lebih berwarna. Kisah ini tentang Amanita yang takut menjadi dewasa. Amanita ingin selamanya menjadi anak-anak. Amanita yang merasa dunia dewasa begitu menakutkan. Apa keinginan Amanita terkabul? Tentu tidak. Amanita tetap menjadi dewasa dan akhirnya ketakutan-ketakutan itu hilang dan berganti penerimaan. Sukacita menerima.
Kisah Amanita ini bagiku selalu terngiang-ngiang. Apa aku (dan kamu) takut menjadi dewasa? Sama seperti Amanita, menjadi dewasa bukan tentang bayang-bayang akan seperti apa nantinya, tapi begitu masanya datang, menjadi dewasa enggak seburuk yang pernah kita takutkan. Sadar atau enggak, dunia dewasa pelan-pelan mengganti dunia remaja kita. Saat kita menyadarinya, ada semacam rasa yang menciptakan satu kenangan. Rasanya aku (dan kamu) benar-benar ingin kembali ke dalam kenangan itu.
Jogja, 27.01.2018

BERAPA BESAR PROFESIONAL KITA?

Profesional untuk pekerjaan memang harus banget. Begitulah dunia kerja, dunia yang sebenarnya. Ada banyak lika-likunya. Profesional dan dedikasi diperlukan banget biar enggak makan 'gaji buta'.
Berdasarkan KBBI, profesional artinya berhubungan dengan profesi, dibutuhkan keahlian khusus buat menjalankannya, mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya. Kita bekerja karena punya keahlian. Timbal baliknya kita mendapat gaji. Apa ada di dunia ini yang bekerja tanpa mengharapkan gaji? Beda dengan relawan atau panggilan jiwa ya. Ini be-ker-ja. Adakah yang enggak dibayar, enggak jadi masalah? Melakukan pekerjaan memang enggak semuanya menuntut bayaran. Pekerjaan karena panggilan jiwa, seorang guru yang mengajar di pedalaman, seorang dokter yang bertugas di daerah terpencil dan enggak menerapkan tarif untuk pasien yang datang, dan panggilan jiwa dan dedikasi tinggi lain yang luar biasa. Jenis pekerjaan seperti ini memang enggak menuntut gaji, tapi pekerjaan dalam arti secara umum pasti mengharap, hmm.. bukan mengharap tapi memang hak kita, menerima gaji.
Kita dibayar karena kemampuan kita. Enggak etis dong kalau enggak profesional, apalagi asal-asalan, asal dapat gaji. Enggak sedikit, yah.. begitulah realita, yang bekerja 'semau gue' dan cuma mengharap gaji. Kenapa tipikal orang seperti ini bisa diterima bekerja? Sekarang kita masih menerima gaji, tapi bukan enggak mungkin suatu saat justru kita yang memberikan gaji. Perlu perjuangan yang berdarah-darah sih.
Jogja, 26.01.2018

JAM KERJA

Enggak sedikit mindset orang-orang jam kerja adalah 8 to 4, 9 to 4, dan seterusnya. Jam 8 pagi sampai jam 4 sore atau jam 9 pagi sampai jam 4 sore. Selain jam ini, bukan jam kerja (yang wajar). Mindset karyawan. Jadi karyawan enggak buruk, tapi enggak jadi karyawan juga bukan kesalahan. Ini cuma tentang mindset. Banyak orangtua yang menuntut anak-anaknya menjadi karyawan. Bukan jadi orang yang meng-karyawan-kan orang lain, tapi justru diri-sendiri yang ditekankan jadi karyawan.


Terbiasa dengan jam kerja ala karyawan, seseorang yang bekerja di luar jam ini enggak sedikit merasa hidupnya terbalik. Orang lain pulang, justru dia baru memulai aktivitas. Enggak perlu merasa berbeda karena jam kerja yang enggak sama. Sama-sama bekerja, halal, dan enggak merugikan orang lain 'kan? Belum tentu mereka yang punya jam kerja 8 to 4 lebih produktif.
Dalam seminggu, jam kerja karyawan di Indonesia, dikutip dari bisnis.liputan6.com, ada 45-50 jam belum termasuk lembur dan perjalanan yang macet terutama di kota besar. Wow! Lama juga ya. Segini masih bisa dibilang enggak banyak dibanding Jepang yang punya jam kerja dalam seminggu 60-90 jam. Jepang memang dikenal sebagai negara yang orang-orangnya gila kerja. Dedikasi kerja mereka tinggi walau buat orang Indonesia, mereka terlalu memaksakan diri. Enggak kayak kita yang tetap ada masa santai sekali pun dikepung deadline. Iyalah, hidup itu harus dinikmati.
Beberapa negara lain justru punya jam kerja yang lebih sedikit dibanding Indonesia. Bayangkan kalo jam kerja kita dipangkas. Semakin banyak yang bersantai? Irlandia menghabiskan waktu 39 jam kerja dalam seminggu. Yah.. beda tipis sama Indonesia. Lebih keren lagi, pola kerja dan hidup di Irlandia seimbang. Enggak ada tuh yang lembur sampai malam banget. Ada aturan dilarang kerja lebih dari 48 jam dalam seminggu.
Rusia punya jam kerja 40 jam seminggu dan enggak boleh kerja lebih dari 50 jam. Jatah cuti buat karyawan di Rusia ada 28 hari dalam setahun. Lumayan 'kan? Hampir sebulan tuh. Mau jam kerja yang lebih sedikit? Silakan jadi karyawan di Jerman. Negara yang terkenal dengan teknologi medisnya ini menerapkan aturan 35 jam kerja dalam seminggu. Hebatnya, angka pengangguran di negara ini rendah loh. Indonesia bisa begini? Bisa.
Kerja itu penting, tapi bahagia juga enggak kalah penting. Makanya di Swedia ada kebijakan, dalam sehari cukup 6 jam saja yang jadi jam kerja. Hasilnya? Justru lebih produktif. Sedikit jam kerja justru dimaksimalkan. Bukan jadi kesempatan buat lebih bersantai-santai. Lama atau sebentar jam kerja, yang terpenting adalah produktivitas. Percuma dong jam kerja tinggi tapi enggak produktif. Sia-sia banget capek kerja kalo enggak ada hasil sesuai target. Begitu juga jam kerja yang sebagian dari kita menganggapnya jam kerja terbalik. Entah 8 to 4 atau 6 to 12 a.k.a jam 6 sore sampai 12 malam, paling penting adalah produktif, enggak sekedar makan gaji buta. Mereka yang punya jam kerja bukan berarti harus jadi karyawan 'kan?
Jogja, 25.01.2018

IKATAN ANTARA MANUSIA DAN HEWAN

Kadang heran sama hubungan manis antara manusia dan hewan. Kok bisa? Kenapa hewan bisa bersahabat dengan manusia? Apa rahasianya? Tentu bukan sembarang hewan. Sama kayak hubungan sesama manusia, hubungan dengan hewan juga enggak datang tiba-tiba. Ada proses sampai akhirnya terciptalah satu ikatan yang luar biasa.


Hewan bisa bersahabat dengan manusia? Bisa. Manusia bisa bersahabat dengan hewan? Bisalah. Enggak sedikit manusia di bumi ini yang memperlakukan hewan secara istimewa. Manusia punya rasa, hewan juga. Manusia punya naluri, hewan punya insting. Apa bedanya? Naluri biasanya identik dengan manusia dan insting identik dengan hewan. Menurut brainly.co.id, naluri adalah pembawaan alami yang dilakukan secara enggak sadar. Semacam anugerah dari Tuhan. Manusia dan hewan sama-sama punya naluri, misal naluri keibuan. Manusia dan hewan sama-sama bisa bersikap keibuan sama anak-anaknya 'kan?
Insting artinya kemampuan khusus berbuat sesuatu secara enggak sadar. Misal, burung yang bikin sarang, manusia yang mencari cara bertahan hidup saat tersesat mendaki gunung. Sama-sama punya rasa, bukan kosong tanpa isi kayak seonggok benda, manusia dan hewan yang sudah punya ikatan khusus pasti bisa bersahabat. Ada banyak persahabatan dua makhluk ini yang bikin kita merasa takjub. Kisah Hachiko, jadi satu dari sekian banyak cerita menyentuh tentang hubungan antara manusia dan hewan. Enggak semua orang bisa bersahabat dengan hewan. Enggak jarang juga yang enggak suka dekat-dekat dengan hewan, entah itu anjing atau kucing yang lazim jadi hewan peliharaan. Padahal memelihara hewan punya manfaat buat kita loh yang tanpa kita sadari.
Dikutip dari qubicle.id, memelihara hewan bisa melatih tanggung jawab, disiplin, terorganisir, dan sabar. Harus punya komitmen dengan diri-sendiri untuk merawat hewan peliharaan sebaik mungkin. Kalau enggak bisa merawat, cuma sekedar ingin memelihara hewan, lebih baik jangan. Komitmen untuk merawat ini yang harus ada banget dan enggak segampang yang dibayangkan.
Hewan peliharaan juga perlu diajak main biar enggak stres. Bukan cuma manusia yang bisa stres, tapi hewan juga. Efeknya? Sama kayak manusia, mood jadi jelek, lebih agresif, dan bisa bikin celaka kita atau sesuatu yang enggak kita harapkan. Selain main, jalan-jalan juga perlu. Enggak ada salahnya juga, jogging bawa hewan peliharaan, biasanya sih anjing. Enggak cuma sekedar dikasih makan ya.
Kita juga bisa belajar menyayangi, berempati, dan menjaga ikatan. Hati lebih gampang tersentuh dan enggak keras kayak batu cadas. Sayang yang kita kasih buat hewan peliharaan adalah sayang yang tulus. Kita suka dan kita sayang tanpa menuntut apapun. Mengalir saja dan tanpa disadari terciptalah satu ikatan.
Seseorang yang komitmen memelihara hewan, two thumbs up! Enggak gampang dan butuh proses.
Jogja, 24.01.2018

MITOS ANGGOTA BADAN, ARTINYA APA YA?

"Eh, kuping saya kok mendadak panas ya? Kayaknya ada yang ngomongin nih."
Pasti enggak asing dengan istilah ini 'kan? Katanya, telinga panas pertanda lagi diomongin sama orang. Ada lagi, mata bintitan sering diledek karena karma ngintip. Ya.. ngintip yang begitu-begitu. Apa lagi? Bulu mata jatuh artinya ada yang kangen. Tahi lalat a.k.a andeng-andeng di bibir artinya cerewet. Mata kedutan artinya mau nangis. Ada juga yang bilang bakal nerima rezeki nomplok. Benar 'kah?


Semua itu cuma mitos, Bro, Sis! Yes! Mi-tos. Masih percaya mitos hari gini? Kuping terasa panas, mata bintitan, dan kawan-kawannya, punya penjelasan yang masuk akal. Pertama, kuping terasa panas, dikutip dari republika.co.id, telinga yang terasa hangat, panas, dan biasanya kemerah-merahan, bisa jadi karena ada infeksi telinga luar, sering menggosok atau membersihkan lubang kuping terlalu keras, kena sengatan hewan, lebah misal, atau juga karena terlalu lama terkena sinar matahari. Telinga kemasukan air juga bisa loh efeknya jadi hangat dan merah yang kita terjemahkan 'lagi diomongin orang'. Kalau enggak ada penyebab, mendadak hangat dan merah gitu, kenapa dong? Yakin enggak ada penyebabnya?
Selanjutnya, mata bintitan. Ini sih karena bakteri. Langsung dari zetizen.com, bakteri yang bikin mata bintitan namanya Stafilokokus. Biasanya bakteri ini memang hidup di kulit manusia dan enggak bikin masalah, tapi lain cerita kalau bakteri ini kena yang kotor-kotor, bakteri ini bisa bikin mata bintitan karena kulit mata terinfeksi. Bukan karena ngintip yang tidak-tidak ya, tapi kalau mata bintitan pasti enggak sedikit yang langsung dituduh sebagai tukang ngintip.
Ketiga, bulu mata jatuh. Bukan berarti ada yang lagi kangen, tapi bulu mata memang bakal lepas tiap tiga bulan sekali karena faktor usia. Wajar kok dan bakal tumbuh lagi juga karena bulu mata enggak bisa tumbuh memanjang kayak rambut di kepala. Kebayang kalau bulu mata bisa tumbuh memanjang? Bulu mata badai Syahrini dong?
Tahi lalat di bibir enggak hubungannya sama cerewet. Secara ilmiah, dikutip dari nasional.kompas.com, tahi lalat bisa muncul karena timbunan pigmen yang dilakukan sel melanosit. Ukurannya juga bervariasi. Ada yang cuma setitik, ada juga yang bulat ngejreng. Kalau ada orang cerewet, coba cek bibirnya. Apa ada tahi lalat? Kalau ada, ya karena pigmen yang numpuk, banyak di area bibir.
Terakhir, mata kedutan. Artinya sih mata lagi capek dan butuh istirahat, kata satu artikel di nationalgeographic.co.id. Bisa juga karena stres dan kebanyakan konsumsi kafein. Solusinya, pejamkan mata sekian menit. Mata kering juga bisa bikin kedutan. Mengompres mata dengan kompres dingin, potongan timun segar tuh, terus dikasih obat tetes mata, bisa mengatasi mata kedutan.
Semuanya ada penjelasan masuk akal 'kan? Kita banyak dicekokin sama mitos sih. Telinga hangat, bulu mata jatuh, dan lain-lainnya itu kalau terjadi secara berlebihan, lebih baik langsung konsultasi sama dokter. Bukan lagi sesuatu yang ringan, tapi bisa jadi karena ada masalah serius. Kalau dicuekin, efeknya bisa bikin ngeri.
Jogja, 23.01.2018

KECANGGIHAN TEKNOLOGI

Semakin canggih teknologi, semuanya jadi semakin mudah. Sepuluh tahun lalu, kita enggak kepikiran order makanan lewat ojek, apalagi order pakai smartphone. Dulu, sepuluh tahun lalu, smartphone enggak semenjamur sekarang. Kemudahan-kemudahan ini memang menguntungkan, tapi di sisi lain, kita juga harus menerima kenyataan ada sesuatu yang hilang dan tergantikan. Limapuluh tahun lagi, bisa jadi robot-robot kayak di film fiksi ilmiah benar-benar ada di sekitar kita. Ada yang jadi asisten rumah tangga, penjaga pom bensin, penjaga gerbang parkir, akan semakin banyak yang hilang dan tergantikan.
Dulu, menyimpan data di komputer pakai disket, dengan kapasitas yang terbatas. Dulu sih oke-oke saja, lha wong file yang disimpan sebatas Microsoft Word, bukan film dengan ukuran ber-giga-giga. Awal-awal ada flashdisk, harganya masih selangit, apalagi yang kapasitasnya sungguh maha. Semakin bertambah tahun, semakin banyak pembaruan dan kemudahan teknologi, flashdisk semakin murah, bahkan yang kapasitasnya besar sekali pun.


Dulu, mendengarkan musik pakai radio tape, walkman, discman, dan harus beli CD atau kaset. Sekarang enggak butuh lagi tuh radio tape, walkman, discman, dan segala macamnya. Musik digital lebih gampang, enggak ribet, dan bisa didapatkan gratis a.k.a bajakan. Sedih rasanya, kecanggihan teknologi yang menggeser radio tape dan kawan-kawan, justru banyak yang secara sadar menikmati versi bajakan. Alasannya gratis, tapi versi original walau harus bayar, enggak bakal selangit juga.
Sekarang susah banget nyari disket, radio tape, CD, bukan itu loh... YKWIM. Masih adakah yang menjual tiga benda kuno ini? Yah.. mungkin generasi milenial, generasi zaman now, enggak tahu apa itu disket, enggak pernah pakai radio tape, apalagi pakai kaset pita yang sometimes musti diputar pakai pensil buat mendengarkan musik. Toko musik sekarang entah eksis di mana. Toko yang kelihatannya menjual radio tape pun, sekarang enggak lagi menjual radio tape. Kalau masih, modelnya enggak kekinian banget. Ada mini speaker yang bisa sekaligus jadi radio, tapi buat sebagian orang, termasuk aku, mendengarkan radio lewat radio, real radio, bukan mini speaker, jadi suatu keinginan yang HQQ!
Sedih juga, kecanggihan teknologi menggeser sesuatu yang lain, menggantikan, bahkan menghilangkan. Bukan enggak suka dengan kemajuan teknologi, tapi saat pengen menikmati sesuatu yang mulai menghilang karena kecanggihan teknologi, rasanya semacam sedih juga.
Jogja, 22.01.2018

PESONA WISATA INDONESIA ENGGAK CUMA BALI LOH

Rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau. Kenapa? Kok rumput di rumahku enggak sehijau rumput mereka? Enggak sedikit dari kita yang berpikir begini, termasuk juga untuk urusan liburan. Korea Selatan, Milan, Paris, Hongkong, Jepang, dirasa lebih berkelas dibanding liburan ke daerah lokal. Negara kita punya banyak tempat kece yang sebanding dengan negara-negara tetangga. Buat apa jauh-jauh ke luar negeri kalo di dalam negeri kita juga punya?
Enggak sedikit juga loh, wisatawan mancanegara yang pengen banget liburan ke Indonesia. Sama kayak kita yang pengen liburan ke Korea Selatan, Jepang, Paris, dan lain-lain. Destinasi wisata Indonesia buat turis asing enggak cuma Bali. Jangan salah! Bali memang terkenal banget. Coba sebutkan nama Bali sama orang luar negeri. Pasti langsung bilang 'Indonesia'. Beberapa kota di negara kita ini juga jadi tujuanb favorit wisatawan mancanegara loh, selain Bali tentu.


Berdasarkan data dari tim riset Majalah SWA dengan melibatkan 120 wisatawan, dikutip dari hipwee.com, posisi pertama ada Jogja! Yap! Bukan Bali, tapi Jogja. Banyak yang merasa jatuh cinta sama kota pendidikan dan budaya satu ini. Enggak cuma wisatawan lokal atau mahasiswa dan perantauan yang tinggal di Jogja, tapi wisatawan asing juga dibikin jatuh cinta sama Jogja. Wisata alamnya banyak, wisata edukasi jangan ditanya lagi, wisata kuliner, beuuh.. mantap! Enggak heran, Jogja masuk di urutan pertama.
Lanjut ke nomor dua, ada Makassar karena keindahan dan keramahan kotanya. Setiap bulan, Kota Makassar selalu menampilkan festival yang jadi daya tarik wisata. Pemkot Makassar juga sadar betul banyak wisatawan mancanegara yang mulai jatuh cinta dengan Kota Daeng ini. Banyak loh fasilitas wisata, angkutan umum, dan fasilitas lain yang mendukung dibagus-bagusin demi kenyamanan wisatawan.
Selanjutnya ada Bali! Tujuan wisata yang kata orang paling populer di Indonesia ini ada di urutan ketiga. Bali memang keren. Pantai Sanur dan Pantai Kuta jadi pilihan wisata yang banyak dipilih di Kota Dewata ini. Favorit wisatawan asing di Bali sih ada Tanah Lot, Danau Bedugul, dan Kawasan Legian.
Jangan lupakan ibukota negara kita. Yap! Jakarta masuk urutan keempat sebagai kota yang jadi tujuan wisata buat turis asing. Bisa dibilang Jakarta itu semacam transit. Enggak sedikit loh yang mampir ke Jakarta sebelum lanjut ke Jogja atau Bali. Enggak cuma sekedar mampir di bandaranya doang terus ganti pesawat ke Jogja, misal, tapi benar-benar menikmati wisatanya. Taman Mini Indonesia Indah jadi satu pilihan wisatawan asing menikmati Jakarta, kota pusat bisnis dan pemerintahan.
Nomor lima ada Medan yang keberagaman budaya dan wisata alamnya bikin wisatawan mancanegara tertarik datang ke salah satu bagian dari Sumatera Utara ini. Danau Toba dan Pulau Samosir jadi destinasi favorit yang sayang banget dilewatin. Apalagi dengan adanya bandara internasional terbesar kedua, Bandara Kualanamu, wisatawan asing punya alasan buat liburan ke Kota Melayu Deli.
Terakhir, kita mampir ke Indonesia Timur. Lombok dan Kota Mataram jadi pilihan liburan yang pesonanya susah ditolak sama wisatawan asing. Kondisi alamnya yang eksotis dan belum terlalu banyak pembangunan, bikin Lombok dan Kota Mataram punya daya tarik buat wisatawan seluruh penjuru dunia.
Masih banyak pesona Indonesia yang sama kerennya, bahkan lebih keren, dengan pesona negara-negara tetangga. Tugas kita, mengenalkan semua pesona keindahan Indonesia ke seluruh dunia. Indonesia keren, Indonesia kece, jelas dong. Yuk kita dukung, enggak cuma wisatanya tapi semua yang bikin Indonesia makin dikenal baik di mata dunia.
Jogja, 21.01.2018

KLISE: KALAH SEBELUM KOMPETISI



Sesuatu yang belum dicoba memang bikin ragu-ragu, enggak yakin, memikirkan ini-itu yang belum tentu terjadi. Bukan sesuatu yang negatif atau melanggar norma ya, tapi sesuatu yang positif. Menulis, misal. Enggak semua orang merasa punya ketertarikan lebih sama dunia menulis. Semua orang bisa menulis, asal ada kemauan. Lha wong tiap hari menulis di media sosial. Termasuk menulis juga 'kan?
Keinginan menulis setiap hari, mood bukan lagi jadi alasan. Bukan menunggu mood baik datang, tapi harus memancing mood baik itu keluar kemudian tangkap! Belum juga menulis setiap hari, tapi ada saja pikiran begini dan begitu. Bisa enggak ya? Yakin enggak ya? Mau nulis apa ya?
Contoh lain, seseorang yang akan mencoba peruntungan di dunia bisnis. Sembilan dari sepuluh pintu rezeki ada dalam perdagangan. Banyak yang ingin berbisnis tapi ragu memulai. Gimana kalau enggak laku? Gimana kalau merugi? Gimana cara marketing-nya? Enggak sedikit yang berpikir semacam ini sebelum melakukan sesuatu yang belum pernah dicoba. Olahraga, membaca buku, tidur enggak larut malam, enggak begadang, dan masih banyak yang bikin kita banyak berpikir sebelum melakukannya. Bukan memikirkan caranya, memikirkan bagaimana melakukannya, tapi memikirkan efeknya, bisa apa enggak, dan begini-begitu yang akhirnya enggak membuat kita take action.
Setiap sesuatu yang kita lakukan, pasti ada hambatannya. Menulis setiap hari, terhambat bingung mau nulis apa. Berbisnis, terhambat penjualan yang tersendat. Olahraga, terhambat mager. Pasti akan selalu ada hambatan. Enggak mungkin bakal mulus-mulus saja. Jalan tol pasti ada kerikil. Hambatan yang akan kita temui bukan jadi skak mat buat take action. Lakukan saja. Hadapi hambatan. Enggak ada halangan yang enggak bisa kita pecahkan.
Klise ya? Sok memotivasi ala Golden Ways? Rasanya memang klise karena orang bijak mana pun pasti juga bilang begitu. Teori gampang, aksi susah. Kalau kita selalu menganggap klise sesuatu yang sebenarnya benar, mau sampai kapan kita jalan di tempat?
Hanya sekedar mengingatkan, bukan sok bijak, sok menggurui. Toh, hidup adalah belajar.
Jogja, 20.01.2018

ALASAN CINTA DAN PUITIS

Jadi gini. Gimana reaksimu lihat adik yang selama ini masih bocah, tanpa kamu sadari, berubah jadi remaja yang mulai mengenal cinta? Enggak nyangka? Kaget? Speechless? Seorang adik yang selama ini enggak kelihatan ada suka sama pelajaran Bahasa Indonesia, apalagi tertarik sastra dan puisi, secara mengejutkan menuliskan kata-kata puitis yang entah di dapat darimana. Bikin sendiri? Nyontek di Gugel?


Jatuh cinta memang luar biasa. Mengubah yang biasa menjadi di luar kebiasaan. Salah satu contohnya, si adik ini. Seumur-umur, dari zaman si adik masih bocah, enggak ada tuh dia berpuisi apalagi bikin kata-kata yang terkesan romatis. Setelah mengenal cinta, tahu apa itu sayang dan takut kehilangan, rasanya si adik yang dulu bocah, sekarang berasa dewasa banget. Kata-kata puitisnya itu loh.
Bukan melarang si adik jatuh cinta, menjalin hubungan istimewa, atau apalah yang memang sudah masanya memasuki fase itu. Sepanjang masih normal dan wajar, kenapa harus dilarang? Begitulah the power of love. Ada magis di dalamnya. Bukan cuma si adik yang mulai mengenal cinta, tapi siapapun yang sedang jatuh cinta, pasti jadi puitis, romantis, dan enggak habis-habis.
Dikutip southuniversity.edu dari vemale.com, orang yang jatuh cinta memang punya lebih banyak energi dan perasaan yang positif. Good mood banget. Secara fisik, jatuh cinta juga bisa bikin telapak tangan berkeringat, pusing, jantung berdebar-debar, dan juga segudang perasaan positif. Orang yang lagi jatuh cinta, enggak peduli tuh sama kejelekan orang yang dicintainya. Apa kata orang, terserah. Dia selalu sempurna dan begitu indah. Enggak heran, otak memproses kata-kata puitis sebagai respon suatu keindahan. Rasanya pengen selalu dekat, selalu ada, selalu bersama, dan dimensi waktu seakan cuma ada mereka. Memang begitulah cinta, sejak dulu penderitaannya tiada akhir. Kok familier ya sama kalimat ini?
Cinta itu sebenarnya keindahan atau kepedihan? Keduanya ada. Jelas, cinta membuat semua menjadi indah, tapi sebenarnya itulah kepedihan. Cinta membuatmu terus memikirkan dia, ingin dekat dengan dia, ingin bertemu dengan dia, ingin memperjuangkan dia. Apa semua itu enak? Enggak. Justru menyiksa. Suatu siksaan yang indah.
Jatuh cinta bukan sesuatu yang salah. Kenapa menyalahkan? Salah satu nikmat yang diberikan Tuhan adalah membuat kita menyukai keindahan. Seperti dua sisi mata uang, seperti kebaikan dan kejahatan, seperti air dan api, cinta enggak cuma menyajikan keindahan, tapi juga kepedihan. Menyesal jatuh cinta? Jangan. Pedihnya cinta akan membuat kita kuat. Cobaan pasti ada, karena beginilah kehidupan di dunia. Enggak cuma ada manis-manisnya, tapi juga ada asin, asem, pahit.
Jogja, 19.01.2018

MOOD SWING DAN KESEHATAN JIWA

Dorrr! Ini tulisan sambungan kemarin. Pertama kalinya bikin tulisan bersambung kayak gini. Kali ini kita cerita tentang mood. Pernah mengalami mood swing? Setiap orang pasti pernah mengalami mood swing, perubahan suasana hati dalam waktu singkat. Sekarang happy, lima menit kemudian bad mood. Pasti ada penyebabnya. Bisa karena rencana yang berantakan, tempat makan favorit tutup, dan lain-lain. Mood swing tanpa penyebab, justru harus diwaspadai. Bisa jadi gejala bipolar loh.

 
Dikutip dari lifestyle.kompas.com, biasanya cewek yang lagi PMS, sering mengalami mood swing yang bisa juga tetap berlanjut setelah masa menstruasi lewat. Perubahan suasana hati yang enggak ekstrim, masih wajar. Pasti ada penyebab yang bikin mood kita berayun-ayun. Biasanya, perubahan suasana hati ini juga enggak terus-terusan, enggak setiap waktu juga. Capek tuh kalo setiap menit mood jadi bunglon banget.
Ngebahas tentang masalah jiwa memang kompleks. Stres yang dicuekin, bisa jadi gila. Mood yang berubah drastis bahkan tanpa penyebab apapun, bisa mengarah ke bipolar. Apa jiwa kita benar-benar sehat? Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan biar terhindar dari penyakit jiwa.
Dikutip lifehack.org dari vemale.com, cara pertama yang bisa kita lakukan adalah mematikan gadget sebelum tidur malam. Paling enggak, sejam sebelum tidur, kita harus bebas dari aktivitas yang berhubungan sama gadget. Hindari banget cek medsos sebelum tidur. Yakin cuma cek? Cuma scroll sebentar?
Olahraga juga jadi cara biar jiwa kita tetap sehat. Ingat mens sana in corpore sano? Di dalam tubuh yang kuat ada jiwa yang sehat. Olahraga memang terbukti bisa bikin mood kita jadi baik karena ada peningkatan hormon endorfin yang bikin kita merasa happy. Enggak harus olahraga yang berat. Olahraga kecil-kecil semacam jogging, senam, juga bisa. Sesibuk apapun aktivitas harian, asal kita menyempatkan waktu buat olahraga, pasti bisa kok. Minimal cuma 30 menit. Setengah jam doang loh.
Tidur cukup, udah. Olahraga, juga udah. Pola makan juga harus dijaga, salah satunya membatasi konsumsi gula dan kafein. Terlalu banyak gula bisa bikin berat badan naik dan mengganggu sistem kekebalan tubuh. Kafein juga jangan over. Cukup dua cangkir sehari dan imbangi dengan konsumsi air putih buat menjaga fungsi tubuh.
Cara yang terakhir, simpel banget tapi enggak semua orang bisa melakukannya: ber-syu-kur. Sudah bersyukur hari ini? Berhenti membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Ada seseorang yang punya bentuk tubuh aduhai menarik, sementara kita, misalnya, jauh dari kata menarik karena terlalu berlemak atau sebelas-duabelas sama tiang listrik. Stop! Terlalu banyak membandingkan, apapun, enggak baik buat kesehatan jiwa. Mood bisa gampang terombang-ambing kalau kita tetap membanding-bandingkan.
Bikin jiwa kita sehat sebenarnya enggak susah, cuma kita mau apa enggak menjaganya?
Jogja, 18.01.2018

PENGANTAR

Mood...
                                Mood...


            Mood...


                                             Mood...

Apa ini? Pengantar buat tulisan besok nih. Sekarang waktu sangat terbatas. Daripada hari ini enggak ada update blog. Demi konsistensi.
Jogja, 17.01.2018

KUTUKAN DAN YANG MISTIS, PERCAYA?


Kutukan, mitos, takhayul, dan kawan-kawannya ada sebagian orang yang percaya. Sebagian lagi merasa geli, hari gini masih ada yang percaya klenik dan sesuatu yang enggak masuk akal. Orang-orang tua, sebagian ada yang percaya kutukan dan segala macamnya. Anak-anaknya, cucu-cucunya, pasti juga percaya karena pemahaman dari orang tua memang seperti itu.
Kutukan, menurut kbbi.web.id, artinya kata-kata yang bisa bikin susah seseorang atau bikin kena musibah. Sementara mitos menurut KBBI Online, adalah cerita tentang dewa dan pahlawan zaman dulu yang punya penafsiran asal-usul semesta alam dan manusia yang diungkapkan dengan cara gaib. Takhayul justru enggak berhubungan sama sesuatu yang klenik karena menurut KBBI, takhayul adalah sesuatu yang ada cuma dalam khayalan. Bisa juga percaya sama sesuatu yang dianggap sakti. Enggak melulu mistis bin klenik 'kan?
Sesuatu yang gaib memang ada, tapi dilihat dari sudut pandang kita yang punya pantangan ini nanti jadi begitu, biasanya dibilang mitos, enggak sedikit yang percaya, daripada celaka dan kenapa-kenapa. Takhayul, real-nya, sering dihubung-hubungkan sama makhluk/ kejadian gaib yang masih dirasa abu-abu, antara percaya dan setengah enggak percaya. Kutukan masuk tingkat yang tertinggi. Benar-benar enggak bisa berkutik kalau sampai kena kutukan.
Percaya atau enggak, semua itu berhubungan dengan pikiran kita sendiri. Bisa jadi sesuatu yang kita lihat adalah mitos, salah kaprah yang mereka bilang, karena pikiran kita sendiri. Sesuatu yang sebenarnya enggak ada, tapi justru muncul di pikiran kita. Sesuatu yang gaib memang nyata ada, tapi terlalu menghubungkan kejadian ini sama kutukan, kejadian itu sama mitos, dan lain-lain, dan sebagainya, sebaiknya jangan deh.
Jogja, 16.01.2018

SELF SERVICE, UJIAN KEJUJURAN


Self service di negara kita belum banyak diterapkan. Sistem seperti ini sebenarnya menguntungkan customer karena enggak ada lagi curiga-curigaan takarannya enggak pas dan lain sebagainya. Kita sendiri yang mengatur. No tipu-tipu. Salah satu layanan self service di Indonesia ada di SPBU. Apa mungkin satu-satunya? Jangan lupakan kantin kejujuran.
Rasanya awkward banget pertama kali pakai self service SPBU. Biasa dilayani, eh.. ini melayani sendiri. Memang masih belum sempurna, tapi sistem ini perlu dipertahankan dan disebarluaskan. Self service benar-benar menguji kejujuran. Semua tergantung kita. Curang, sangat ada kesempatan karena kita yang pegang kendali. Jujur, kita juga yang memilih. Self service memberikan pilihan sekaligus ujian kejujuran.
Kalau mau benar-benar self service, paling enak pakai uang digital. Enggak perlu ribet ada kembalian apalagi mengharuskan uang pas. Self service di negara manapun pasti menggunakan uang digital untuk pembayaran. Lebih praktis dan menghilangkan kesempatan curang. Bukan enggak mungkin 'kan ada oknum yang mengambil uang kembalian lebih atau seharusnya enggak ada uang kembalian, tapi sengaja diada-adain.
Supermarket di Inggris, dari satu artikel di bbc.com, banyak yang pakai sistem self service. Pembeli enggak perlu antri di kasir, cukup scan belanjaan sendiri, masukan kartu kredit atau uang ke mesin sebagai pembayaran, keluar kuitansi dan uang kembalian, selesai. Bahkan kasir mandiri ini enggak ada petugas jaga. Benar-benar mandiri. Memudahkan dan praktis tanpa harus antri kayak di kasir biasa.
Kejujuran itu pilihan setiap orang. Negara manapun pasti ada kejujuran. Begitu juga kecurangan. Jangan negatif dulu dengan mengatakan kejujuran di Indonesia masih payah. Inggris, juga punya orang-orang yang enggak jujur, khususnya di sistem kasir mandiri ini. Ternyata ada juga pembeli yang enggak bayar dengan memanfaatkan berbagai cara biar bisa mengelabuhi mesin kasir. Kerugian dari kecurangan ini setiap bulannya sekitar Rp 300 ribu, tapi dihitung secara nasional, kerugian dalam setahun mencapai Rp 1,7 triliun! Gimana dengan (orang-orang) negara kita kalau self service ini ada di supermarket? Sungguh ujian sebenar-benarnya ujian.
Indonesia sepertinya belum siap 100% pakai sistem self service. SPBU yang menerapkan sistem ini juga masih menempatkan petugas jaga untuk menerima uang dan mengatur tombol liter BBM. Masih setengah-setengah, tapi okelah. Masih berproses.
Seberapa penting sih self service ini? Kayaknya penting banget. Memang penting! Untuk apa? Untuk menguji kejujuran kita sebagai manusia.
Kapan Indonesia siap?
Jogja, 15.01.2018

KEBLINGER GADGET? JANGAN DEH!


Gadget memang penting di zaman now. Hampir semua informasi bersumber di gadget a.k.a smartphone. Mengenalkan anak pada gadget ada baiknya juga. Enggak selamanya buruk kok. Asal kita bisa benar-benar memberikan gadget sesuai porsinya. Anak usia sekolah bolehlah dibekali gadget, sebatas untuk komunikasi dengan keluarga. Gadget tercipta untuk memudahkan kita. Ada yang sampai keblinger a.k.a menyesatkanmerugikan diri-sendiri, jangan salahkan gadget, tapi salahkan diri-sendiri karena enggak bisa mengendalikan diri.
Gadget buat anak sebaiknya enggak perlu dilengkapi aplikasi multimedia, games, dan segala macamnya. Biarlah anak gaptek, tapi nanti akan ada waktunya anak mengerti fungsi aplikasi-aplikasi itu tanpa keblinger. Tentu orangtua tetap mengawasi anak dalam bergadget-ria.
Masing-masing orangtua juga punya cara mengenalkan gadget sama anak. Ada yang membatasi waktu, hanya di saat tertentu anak boleh menggunakan aplikasi multimedia di gadget. Ada juga yang membiarkan anak gaptek sampai nanti saatnya anak siap menggunakan. Rasanya agak sedih lihat anak-anak, bahkan balita, fokus banget sama gadget. Bukan enggak membolehkan anak mengenal gadget, tapi kalo sampai keblinger, ini yang gawat. Se-edukatif apapun aplikasi di gadget anak, tetap harus dibatasi dan mengimbanginya dengan aktivitas yang mendukung perkembangan motorik, psikologis, sekaligus mengenalkan cara bersosialisasi yang baik. Peran orangtua/ orang dewasa sangat penting untuk membentengi anak biar enggak keblinger karena gadget.
Enggak cuma anak yang dibatasi menggunakan gadget. Kita juga harus punya batasan ketat. Ada satu kasus remaja SMP kecanduan gadget yang efeknya sama kayak pecandu narkoba. Saat muncul keinginan menggunakan gadget tapi enggak terpenuhi, remaja ini akan membentur-benturkan kepalanya di dinding. Psikologisnya terganggu karena penggunaan gadget yang berlebihan.
Gadget punya sisi baik dan buruk tergantung kita sebagai penggunanya. Gadget akan sangat bermanfaat saat digunakan untuk kepentingan bisnis, misal. Aktivitas yang kita lakukan dengan gadget bukan sesuatu yang sia-sia. Kalo kita cuma geser-geser media sosial berjam-jam tanpa ada tujuan yang penting, sungguh enggak berfaedah 'kan?
Kita sudah paham baik dan buruk. Kita juga sudah bisa bersikap bijak dalam menggunakan sesuatu, termasuk untuk urusan gadget. Ya 'kan?
Jogja, 14.01.2018

JAM TAYANG DAN DRAMA KEBANYAKAN MICIN

Tayangan TV yang bisa dinikmati berjuta manusia kapan pun dan gratis memang sudah seharusnya memberikan konten yang bermutu, bukan sekedar menghibur. Pemilihan jam tayang juga perlu banget diperhatikan. Negara kita punya Lembaga Sensor Indonesia dan Komisi Penyiaran Indonesia yang jadi "polisi" siaga 24 jam. Sekali ada tayangan yang enggak sesuai kepatutan, langsung tegur. Sayangnya ada beberapa tayangan yang seharusnya disensor justru bebas dan tayang prime time pula. Oh My...
Seperti dua sisi mata uang, hidup ini punya kebaikan dan kejahatan yang berdampingan. Sinetron di negara kita banyak yang menampilkan kebaikan melawan kejahatan tapi dengan bumbu yang terlalu banyak. Rasanya? Bukan lagi nikmat, tapi "terlalu". Seperti masakan yang kebanyakan garam, pasti asin. Kebanyakan lada, pasti pedas. Bisakah tayangan-tayangan kebanyakan bumbu ini disiarkan bukan prime time? Midnight sekalian.
Sinetron dan tayangan-tayangan yang sebenarnya enggak patut di prime time itu karena mengejar rating. Harus tayang di jam yang banyak orang menyalakan TV. 18.00 - 22.00 adalah jam emas siaran TV. Iklan bisa berharga selangit dan rating bisa melonjak tinggi. Alasan inilah yang bikin sinetron dan tayangan yang seharusnya cuma buat dewasa ada di prime time. Rating itu penting. Patut atau enggak patut buat dinikmati, diharapkan kebijakan masing-masing. What?
Kita memang butuh hiburan tapi karena terbiasa dengan hiburan yang enggak bermutu itu, hanya haha hihi enggak berfaedah, akhirnya kita juga terbiasa. Kalo ada tayangan yang menampilkan sesuatu yang beda, yang sebenarnya mendidik, justru ditinggalkan karena dianggap enggak menarik.
Sinetron bukan tayangan yang buruk, asal sesuai segmentasi. Sinetron remaja, sesuaikan dengan remaja pada umumnya, bukan remaja yang penuh drama dan bikin kita "apa sih ini". Oke, setiap orang pasti punya masalah. Remaja juga punya masalah. Bisakah masalah yang ditampilkan sinetron remaja itu enggak kebanyakan bumbu? Bully, berkata kasar, sok berkuasa, dan lain-lain, dan kawan-kawan. Realitanya memang ada seperti itu, tapi bisa 'kan tampilkan tayangan yang wajar dan berfaedah? Sangat jarang sinetron yang menampilkan permasalahan sehari-hari tanpa drama berkepanjangan, bahkan ada rentetan rencana jahat yang bikin kita "apa sih ini".


Remote TV memang ada di tangan kita, tapi apa daya jika 90 orang dari 100 orang memilih meninggalkan remote TV dan justru menikmati tayangan-tayangan yang enggak berfaedah itu. Apa yang harus kita lakukan? Demo besar-besaran menuntut tayangan enggak berfaedah berhenti tayang? Atau jadi pengawas aktif yang enggak diam saja dengan tayangan-tayangan enggak bermutu? Menjadi pengawas aktif dan melaporkan setiap pelanggaran tayangan bisa jadi cara menekan tayangan enggak berfaedah. Mengalihkan perhatian orang-orang terdekat dari tayangan macam itu bukan sesuatu yang gampang dilakukan.
Rasanya memang risih dengan tayangan TV yang you know what I mean, tapi kalo kita diam saja, apa jadinya?
Kebumen, 13.01.2018

HATI-HATI! STRES DATANG SETIAP HARI

Setiap hari kita berhadapan dengan macam-macam masalah. Enggak selalu masalah yang besar, tapi pasti ada sesuatu yang jadi hambatan-hambatan, semacam kerikil kehidupan. Masalah-masalah ini tanpa kita sadari menciptakan satu ruang bernama stres. Sebenarnya stres bisa datang setiap hari saat kita menghadapi satu hambatan. Siapa pun bisa menjadi sasaran si stres ini. Stres, apa yang kamu lakukan sama saya, jahat!


Menurut satu artikel di nationalgeographic.co.id, stres bukan termasuk gangguan jiwa. Stres cuma ungkapan orang awam yang mengarah ke gangguan jiwa. Arti stres adalah tekanan yang bikin seseorang harus beradaptasi menghadapi sesuatu untuk bisa bertahan hidup. Stres bisa datang setiap hari tapi kalau kita enggak bisa mengelolanya, semakin banyak, semakin menumpuk, bukan enggak mungkin jiwa bisa terganggu.
Stres yang berkepanjangan bisa meningkat jadi gangguan jiwa, dimulai dari level yang ringan. Gangguan jiwa ini adalah depresi yang enggak terlalu berat, kayak murung, enggak bersemangat, bahkan panik. Tugas yang menumpuk, masalah ini dan itu, pasti bikin kita chaos 'kan? Beruntung, kita bisa beradaptasi, bisa mengelola stres dengan baik, jadinya segala macam bentuk gangguan jiwa level ringan bisa kita hempaskan jauh-jauh.
Gimana caranya biar kita enggak stres? Life must go on. Masalah pasti selalu ada. Wajar, inilah hidup, tapi sebanyak apapun masalah yang datang, kita harus ksatria menghadapinya. Jangan lari dari masalah, lari dari kenyataan, karena enggak menyelesaikan apapun. Justru bikin level stres makin tinggi, makin mendekati gangguan jiwa, bisa-bisa masuk gangguan jiwa level berat. Depresi juga jadi satu tanda gangguan jiwa level berat, tapi bukan lagi sekedar murung, tapi kemampuan berpikir, kognitif, psikomotorik yang menurun, dan terlalu cemas sama masa depan.
Apakah kamu terlalu mencemaskan masa depan? Santai aja, Bro! Asikin aja, Sis! Hidup itu selalu penuh kejutan dan Tuhan pasti sudah menyiapkan kejutan yang menyenangkan buat kita. Selalu berpikir positif dan terus berusaha meraih kejutan yang menyenangkan.
Stres datang enggak langsung dadakan tanpa kabar. Ada tanda-tanda yang dirasain tubuh kita, yang bisa jadi tanpa disadari. Dikutip magforwomen.com dari merdeka.com, kalo kita susah konsentrasi dengan level yang akut, jadi salah satu tanda stres. Mungkin juga karena kita kurang minum air putih ya. #semacamkorbaniklan Selain susah konsentrasi, serangan panik, insomnia, gangguan suasana hati, enggak nafsu makan, juga jadi tanda-tanda si stres menyerang kita tanpa ampun. Kalo gejala-gejala ini kita biarkan, bukan cuma bakal berefek ke pikiran, tapi juga bisa menyerang kesehatan. Mulai dari nyeri otot yang datang dadakan, tekanan darah tinggi, sakit kepala, gampang capek, pencernaan terganggu tanpa sebab, misal karena makan pedas, bahkan bisa juga alergi.
Stres memang bisa datang kapan pun karena hidup memberi kita bermacam masalah. Hadapi dan nikmati karena inilah cara kita bisa tetap menjalani hidup normal dan baik-baik saja. Begitulah hidup.
Jangan lupakan liburan ya. Let's enjoy our life!
Kebumen, 12.01.2018

DUNIA SERBA REALISTIS

Selamat datang di dunia dewasa, dunia yang realistis. Idealis boleh, tapi enggak bisa lagi seidealis mahasiswa. Hidup ini realistis, Bro! Bukan berarti apa-apa jadi serba praktis. Realistis tanpa mengorbankan harga diri. Berapa sih harga diri kamu?
Idealis itu penting buat pegangan biar enggak tersesat dan enggak tahu arah jalan pulang. Kata seorang teman, idealis tapi bisa menempatkan diri pada tempatnya. Menurut Wikipedia, seorang yang idealis adalah orang yang mengandalkan pemahamannya pada visi yang jelas karena punya keyakinan yang kokoh dengan sesuatu yang sedang dihadapi. Hidup yang punya tujuan jelas. Mau ke mana? Kanan? Kiri? Lurus? Belok? Atau ikut arah terbanyak?


Mengerjakan sesuatu yang enggak menghasilkan uang buat apa? Semacam mengambil pasir dengan jaring nelayan. Aku setiap hari menulis di blog, tanpa mendapatkan uang, justru mengeluarkan uang, buat apa? Pertanyaan yang cukup menggelitik hatiku. Apa aku harus berhenti menulis di blog dan beralih menulis yang menghasilkan uang?
Jangan salah! Aku memang enggak mendapatkan uang dari aktivitas menulis di blog setiap hari, sekarang ini, tapi aku mendapatkan sesuatu yang manfaatnya pasti aku rasakan nanti. Aku produktif, walau yang aku tulis hanya sekelumit, secuil, sebagian kecil. Aku bukan, belum, menulis yang mengharuskan riset dulu, persiapan ini dan itu. Aku menulis di blog mengejar konsistensi, bukan mengejar uang, untuk sekarang ini. Rutinitas yang aku mulai sehari sebelum usiaku yang ke-24, menjadi semacam booster untuk menjadikan hidupku lebih hidup. Kata iklan keripik kentang di TV, "Life is never flat!" Inilah caraku untuk membuat hidup yang lebih berwarna. Kalo aku berhenti nge-blog, menyudahi rutinitas produktif ini, terus apa?
Aku kangen juga menulis untuk media massa dan mendapatkan uang. Kepuasan melihat karya sendiri dipublikasi ke seluruh penjuru negeri, skala lokal pun enggak jadi soal, dan indahnya menerima honorarium pemuatan. Aku bukan tipikal orang yang enggak peduli honor. Hei, hidup harus realistis. Menulis untuk ibadah, untuk kepentingan ummat, kepentingan orang banyak, dan honor adalah penghargaan dari media massa yang memuat tulisan kita. Wajar 'kan? Asal, harus diingat baik-baik, kita memang menulis untuk media massa dan mendapat honor, tapi jangan pernah honor menyetir tulisan kita demi kepentingan satu oknum yang ingin memporak-porandakan sesuatu yang lain. Jangan pernah! Na'udzubillah... Hidup memang realistis tapi jangan sampai akal sehat jadi kritis. Jangan kita terpedaya dengan alasan hidup harus realistis.
Kamu punya satu rutinitas yang enggak menghasilkan uang? Asal rutinitas yang baik, lanjutkan. Ini adalah rutinitas panggilan jiwa. Urusan perut memang bisa membenturkan kita pada situasi apapun, bahkan situasi paling buruk, tapi jangan pernah tinggalkan panggilan jiwamu. Realistis mengumpulkan uang tapi juga punya satu rutinitas yang bisa membuat kita lebih berdaya, membuat hidup jadi lebih berwarna.
Kebumen, 11.01.2018

BALADA TELEVISI


Youtube lebih dari sekedar TV. TV cuma sekedar kotak hitam yang eksistensinya pelan-pelan hilang karena acara yang dirasa enggak mendidik dan enggak berfaedah. Bukan cuma karena Youtube, posisi TV bergeser, tapi lebih tepatnya karena internet. Sekarang kalo kita pengen tahu tentang sesuatu, internet punya akses membuka jalan keingintahuan. Berita, internet punya. Hiburan, Youtube punya banyak dan lebih asyik. Cari jodoh, internet juga bisa menghubungkan. Enggak perlu lagi ikut-ikut acara semacam katakan cintamu yang pernah eksis di TV 10 tahun lalu, kurang-lebih, saat internet belum semenjamur sekarang.
Buat yang punya akses internet kencang, Youtube dan segala rupa yang berhubungan dengan internet, benar-benar bisa menggeser posisi TV, paling enggak buat sekedar cari hiburan. Sebaliknya, internet yang aduhai lambat nian, posisi TV tetap yang paling utama, khususnya buat cari-cari hiburan. Sekarang seperangkat TV bukan sesuatu yang istimewa. Setiap rumah punya satu kotak berwarna hitam dengan berbagai ukuran. TV secara harfiah di zaman old. Layar cembung pula. Gambar juga masih monokrom. Sekarang, bye-bye TV yang kuno sekali itu.
Desain TV sekarang memang beragam. Lebih estetis dan lebih canggih, tentunya juga lebih mahal dengan penambahan fitur yang bikin TV lebih dari sekedar TV. Fungsi multimedia bukan sesuatu yang baru di dunia per-TV-an. Sekarang TV jadi multifungsi. Enggak cuma sekedar bisa nonton acara-acara TV, tapi fungsi lain mulai dari internet dan games, ikut dibenamkan juga di seperangkat TV zaman now.
Kita sebenarnya bisa mengendalikan acara TV, sama halnya kita mengontrol channel Youtube yang mampir di akun kita. Sayangnya enggak semua orang mau merepotkan diri macam ini. Apa pun yang disajikan satu stasiun TV, oke-oke saja. Enggak merasa acara yang ditonton sejatinya enggak ada guna selain hahahihi enggak jelas. Acara-acara seperti ini yang bikin TV ditinggalkan dan berpindah hati ke internet, Youtube, bahkan radio.
Aku lebih suka mendengarkan radio, yah.. karena passion-ku ada di dunia yang satu ini, dibanding nonton TV. Memang fakta, TV juga bisa jadi salah satu pilihan buat menghibur diri, tapi kalo ada pilihan lain, TV jadi nomor ke sekian. Saat internet benar-benar busuk, TV memang membantu banget buat menikmati waktu. Lumayanlah buat hiburan. Apalagi buat perumahan di pinggiran kota, di desa, di kampung, TV benar-benar bisa menyatukan seluruh keluarga dan duduk bersama, walau acaranya sungguh menyedihkan. Lebih menyedihkan, kita justru menikmati acara yang semacam itu. Kita menikmati, mereka akan tetap unjuk gigi sekalipun acara yang dihadirkan sungguh bikin sakit hati. Kok bisa ada acara semacam itu?
Kita sebenarnya yang punya kuasa buat mengizinkan satu acara berhak tayang atau enggak. Ada satu acara yang enggak berfaedah, kita bisa laporkan ke KPI, bukan KPK ya. Kita sangat-sangat punya hak buat enggak jadi salah satu dari penyumbang rating.
Sebenarnya kita penguasanya. Bukan acara TV yang enggak berfaedah itu.
Kebumen, 10.01.2018

CARA KITA MELIHAT SESUATU

Aku dan kamu punya sudut pandang yang berbeda. Cara melihat sesuatu pasti juga berbeda. Berikan satu gambar dan tanyakan apa yang dilihat dari gambar itu. Jawaban yang sama atau jawaban yang berbeda? Tergantung sudut pandang. Ada yang punya sudut pandang sama, ada juga yang sebaliknya. Karena berbeda, jangan sok suka maksa harus sama ya.
Ini real terjadi padaku. Satu malam waktu aku siaran, seorang teman yang akan siaran setelahku datang ke callbox a.k.a studio siaran. Waktu itu aku lagi baca satu artikel yang menampilkan foto-foto cowok dari beberapa negara. Pasti ada yang memandang berbeda 'kan dari tulisanku yang baru sampai bagian ini? Seorang teman itu bilang, "Wah.. lagi lihat model-model rambut, Gus?" Bukan itu fokus sudut pandangku, tapi fokus sama kegantengan cowok-cowok dari berbadai negara itu, apalagi ada yang menunjukan otot enam kotak di perutnya, hei.. hei.. jangan ngaco, Gus. Padahal fokusku isi artikel itu. Bukan model rambut cowok-cowoknya apalagi fokus sama cowoknya.
Ada juga real di timeline Twitter, satu akun memposting foto seorang cowok di kereta yang tetap duduk manis sementara ada ibu-ibu yang sedang menggendong anaknya. Ramailah netizen. Apalagi satu akun ini bukan menuliskan yang sebenarnya terjadi, tapi menuliskan sesuatu yang bikin reaksi geram dari netizen. Ada juga (pernah dengar kasus ini 'kan?) kakak-adik cowok dianggap homoseksual karena mereka terlihat terlalu mesra di depan umum. Faktanya? Tidak seperti itu.
Apa yang kita lihat, belum tentu sesuai dengan yang kita pikirkan dan belum tentu faktanya juga sama dengan isi pikiran kita. Berhati-hatilah.
Jogja, 09.01.2018

MEMPERTAHANKAN PROSES

Keinginan menjadi atletis (masih) tetap jadi goals, walau sekarang masih halu. Seperti apa rasanya punya perut rata, kencang, bahkan dengan gurat enam kotak dan v-shape? Hampir semua cowok pengen punya body goals macam ini. Reaksi orang lain ada banyak macam saat mendengar keinginan menjadi atletis. Ada yang mendukung, ada yang enggak nyangka, ada juga yang menjadikannya sebagai lahan bisnis.
Kalo atletis berhasil terpahat di tubuh, terus apa? Menjaganya. Perjuangan mendapatkan postur seperti ini enggak senikmat melihat hasilnya. Penuh perjuangan bahkan ada yang sampai drop jiwa dan raga. Atletis besar-besar macam binaraga atau atletis looking good, proporsi ototnya pas begitulah, itu semua pilihan. Ada juga yang terlalu menikmati latihan sampai badan mirip Hulk.
Satu hal yang sangat lekat dengan mereka pemilik tubuh atletis, kecanduan selfie, apalagi yang memperlihatkan otot-otot yang berhasil terpahat. Bikin iri mereka yang punya perut empuk kenyal-kenyal. Enggak semua pemilik tubuh atletis kecanduan selfie, tapi enggak sedikit juga yang adiktif banget memotret diri-sendiri. Lihat kaca, rasanya pengen buka baju dan cekrek.. cekrek.. cekrek..
Wajar juga. Begitulah salah satu cara menikmati kerja keras. Semua usaha terbayarkan waktu merasakan manisnya hasil. Berproses itu enggak ada batasan waktu. Buat yang berhasil mendapatkan body goals-nya, perjuangan enggak berhenti sampai di sini. Proses masih terus berjalan untuk mempertahankan hasil manis yang berhasil didapatkan. Mempertahankan bisa jadi lebih susah dari mendapatkan. Siap?
Jogja, 08.01.2018