Melodi yang Hilang, dimuat di Majalah Kuntum edisi Mei 2012


MELODI YANG HILANG

                Gerimis tipis turun dari langit. Aku segera mengambil payung lipat berwarna biru di dalam tas. Untung saja aku bawa payung. Sekarang, cuaca sungguh tidak bisa ditebak. Pagi tadi cerah-ceria. Tidak ada tanda-tanda akan hujan, dan pagi menjelang siang ini, tiba-tiba saja mendung datang dan menumpahkan rintik-rintik kecil air.
                Aku lihat sekeliling. Banyak yang tidak membawa payung. Walaupun gerimis, mereka tetap bertahan di tempat masing-masing. Mungkin kalau badai datang, mereka tidak akan peduli dan tetap berdiri di tempat masing-masing. Mereka kesini membawa mimpi. Mereka berkumpul di tempat ini, menunggu dari pagi, hanya untuk merealisasikan mimpi mereka.
                Bukan hanya mereka, tapi aku juga. Aku punya mimpi. Mimpi untuk sedikit saja membalas kebaikan dan cinta kasih Ibu. Membalas? Sepertinya tidak tepat aku katakan bahwa apa yang aku lakukan ini adalah untuk membalas semua yang Ibu berikan. Kasih ibu sepanjang masa, kasih anak sepanjang galah. Apapun namanya aku hanya ingin membuat Ibu bahagia.