Langsung ke konten utama

WARNET PERTAMA


Angkat tanganmu Shaggy... yang di zaman now masih pake warnet! Hands up! Hands up, Shaggy! Kebanyakan pasti ketawa nyinyir kalo ada yang masih main di warnet. Hari gini? Kebutuhan warnet di kota besar bukan lagi akses internet di komputer-komputer berbilik, tapi lebih dari itu. Bisa akses (baca: copy-copy) film, bisa pesan macam-macam makanan, mulai dari makanan berat sampai cemilan, bisa buat nongkrong dan wifi-an pake personal computer, harus ber-air conditioner, harus pelayanan yang oke banget, mulai dari keramahtamahan operator warnet sampai pelayanan lain-lain yang mungkin dibutuhkan. Panjang ya. Warnet di desa beda lagi. Enggak perlu itu semua. Cukup komputer-komputer di balik bilik, beruntung bukan komputer tabung, akses internet yang enggak jelek-jelek amat tapi terlalu menutup mata kalo bilang aksesnya cepat, bisa pesan kopi, cemilan, tapi seadanya, enggak perlu cemilan ini-itu. Bisa buat nongkrong? Bisa... di bilik masing-masing. Bisa akses a.k.a copy film? Ngng.. maaf ya, enggak bisa. Wifi? Jangan harap.
Warnet sekarang ada di mana-mana. Kota besar, desa kecil, penyebarannya merata yang tentu fasilitas dan layanannya beda-beda. Warnet a.k.a warung internet mulai datang ke Indonesia sejak tahun 1997 - 1998. Kepo di id.wikibooks.org, warnet pertama kali ada bukan warnet namanya. Masih jadi perdebatan waktu itu, mau pake nama warin atau warnet. Sama-sama kependekan dari warung internet. Akhirnya setelah melalui konferensi meja bundar, enggak ding, bercanda, nama warnet lebih banyak dipilih pada masa itu karena dirasa lebih kece, diambil dari kata "internet", "-net", jadilah warnet. Bukan warin.
Sekarang warnet tersebar di seluruh Indonesia. Pelosok juga mungkin? Kalo sinyal hape masuk, bisa jadi ada warnet. Sebaliknya kalo susah sinyal, jangan harap bisa ngadem di bilik warnet sambil main Facebook. Dulu, masa-masa SMA-lah, main di warnet just update social media macam Facebook, iya banget. Enggak ada tuh copy-copy film. Kalo ada, cuma segelintir banget-banget. Pengguna warnet zaman now, terutama warnet di kota besar, enggak butuh buka medsos di komputer berbilik. Medsos di genggaman tangan juga gampang diakses. Butuhnya cuma copy-copy film, nonton film yang jadi koleksi warnet, ngng.. terus apa lagi ya?
Kalo ada yang hari gini masih akses medsos di warnet, siap-siap dikomentarin ini dan itu. Aku juga salah satu pengguna warnet, tapi bukan update Twitter apalagi Facebook. Just blog, yeah.. because I'm blogger. Wuiiih... blogger nih ye~ Pilih warnet karena enggak ada wifi di kost-an. Awal-awal rajin ngeblog, wifi Perpustakaan Kota Jogja jadi andalan, tapi karena PC-ku sungguh membuat kesabaranku teruji, aku lebih memilih ngeblog di warnet atau disela-sela siaran.
Pilihan kedua ini yang butuh melawan rasa ogah-ogahan. Harus bagi-bagi fokus, mulai dari nyari bahan siaran, ngeplaylist lagu, cari lagu yang enak juga, ditambah ngetweet, terus gimana ngeblognya? Ya itu tadi... perlu melawan rasa ogah-ogahan. Kalo akhirnya ngeblog di warnet, mau enggak mau rasa ogah-ogahan harus disingkirin. Kalo masih kek gini, gimana bisa update blog? 'Kan sayang.
Jogja, 14.12.2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato dari Net City, warnet yang a

BUKAN KELUARGA CEMARA

  Rasanya seperti nggak percaya aku ada dalam sebuah geng. Terkesan alay. Eits! Jangan ngejudge dulu, Gus. Nggak semua geng itu alay. Dan nggak semua geng itu hanya untuk remaja SMA demi eksistensi diri. Sebenarnya poin eksistensi dirinya sama sih. Aku, Mbak Iham, Mbak Dwi, Mbak Yatimah, dan Rina secara resmi, hari ini, Minggu, 4 Juni 2023 membentuk sebuah geng bernama Cemara. Berawal dari obrolan random dalam perjalanan menuju Pantai Goa Cemara, kami sempat membahas tentang Keluarga Cemara. Ada Abah, Emak, Euis, Ara, dan Agil. Apakah kami berlima merepresentasikan karakter-karakter karangan Arswendo Atmowiloto ini? Bukan. Hanya karena kami berlima dan pas lagi ngobrol tentang Keluarga Cemara, lahirlah Geng Cemara. Awalnya kami hanya janjian main. Kali pertama kami main ke Solo. Waktu itu Rina belum bergabung di klub ini. Kami hanya janjian main dan... selesai. Kami bikin grup chat dan mengalirlah rencana-rencana untuk main ke mana-mana. Kali ini kami main ke Pantai Goa Cemara. Ide yan