Jejak digital! Hei! Bukan kok. Bukan jejak digital yang merusak reputasi tapi aku baruuu... baca ceritaku di sini pas awal-awal punya blog. Aku lupa sih kali pertama bikin blog di tahun aku cerita itu apa bukan. Terposting cerita di 2012. Ceritaku paling awal. Wah... bisa nostalgia nih. Beberapa cerita aku baca. Aku masih ingat banget momennya. Daaan... aku sekarang menilai waktu itu aku julid ya. Wkwkwk. Ceritanya nggak pakai filter dan berasa banget julidnya. Oh iya di era itu 'kan aku tanpa tedeng aling-aling pas cerita virtual alias di blog dan terutama Twitter. Facebook iya juga tapi eranya sudah lewat setahun atau dua tahun sebelumnya. Kok bisa ya aku sejulid itu? Tanpa penghalusan makna pula. Ternyata setelah aku baca ceritaku di tahun itu, aku jadi merasa ada perubahan dalam diriku. Tiap orang pasti berubah. Sekarang aku menilai diriku sendiri lebih wise. Nggak meledak-ledak, lebih menjaga perasaan. Waktu era ceritaku yang julid vibes itu aku lupa rasanya. Apa ada menjaga p
Udah sering kayak gini dan sekarang terulang lagi? Harus ada batas antara realita dan ilusi. Sadar, woy ! Jangan bermain api kalau nggak mau kena luka bakar. Ini malah main api dengan riang gembira. Heran! Lagian apa enaknya? Kamu cuma menikmati ilusi yang sampai kapan pun nggak akan jadi nyata. Kecuali kamu masuk ke dunia Hogwarts dan meminum ramuan Polijus. Kalau bisa masuk pun nggak semudah itu bisa meminum ramuannya. Ini ngomongin apa sih? Random aja. Lagian siapa juga yang baca? Wkwkwk. Ada kok pembacanya. Jejak digital yang suatu hari nanti bisa saja jadi konsumsi publik. Makanya sekali pun aku bisa banget bercerita tanpa batas tapi aku tahu sebaiknya jangan melakukan itu. Siapa yang tahu nantinya cerita-ceritaku di sini bisa dibaca banyak orang? Siapa yang tahu suatu hari nanti aku jadi orang terkenal. Ha ha. Nggak sih. Aku nggak sampai ke sana berkhayal jadi orang terkenal. Menjalani kehidupanku yang sekarang, alhamdulillah, menyenangkan. Tetap ada roller coaster nya tapi aku b