TAKUT

Kita butuh rasa takut. Biar kita ingat ada yang lebih dari kita. Biar kita nggak bersikap sembarangan. Takut bukan berarti menyerahkan diri dan tunduk. Ada takut yang tercipta agar kita saling menghormati. Tergantung dari jenis takut yang kita rasakan.

Takut akan kuasa Tuhan pasti membuat kita berserah dan tunduk. Takut akan adanya sesuatu yang gaib karena kita menghormati keberadaannya. Takut karena imajinasi-imajinasi yang kita bikin sendiri? Ada juga jenis takut yang tercipta dari isi pikiran. Takut yang sebaiknya dilawan.

Takut akan omongan orang, takut akan hal-hal yang belum terjadi, takut yang membuat kita overthinking, cukup. Cukup sampai di sini. Rasa takut itu memang perlu tapi jangan membiarkan diri kita dikuasai olehnya. Seperlunya. Secukupnya.

Ada momen kita harus melawan rasa takut. Bukan hal yang mudah tapi bukan berarti mustahil dilakukan. Saat berhasil melawan rasa takut, ada perasaan lega. Ada rasa takut yang harus dilawan. Rasa takut yang justru mengurung pikiran-pikiran kita dengan rasa negatif. Overthinking, cemas, khawatir. Padahal belum tentu yang akan terjadi seperti yang kita khawatirkan.

Jogja, 3 September 2023 

NO GAME NO LIFE, KATANYA

Iyakah? Sampai segitunya? Beberapa orang ada yang no game no life. Tiada hari tanpa main game. Kalo udah jadi pekerjaan dan menghasilkan uang sih beda ya. Ada faedahnya karena bisa punya penghasilan dari main game. Kalo sekedar just for fun boleh aja tapi harus ingat waktu. Ingat batasan.

Pengecualian buat gamers yang menghasilkan uang ya berarti. Mungkin kedengaran nggak adil tapi karena main game jadi pekerjaan, yah... biarkan. Jangan ganggu dia. Pekerjaan kayak gini banyak diinginkan terutama oleh generasi sekarang. Mungkin orang tua di era sekarang bisa memfasilitasi dan mengarahkan kalo anaknya pengen jadi gamers yang nggak sekedar main game tapi juga menghasilkan uang.

Aku suka main game tapi bukan yang addict sih. Aku merasa gitu. Nggak semua game aku mainkan. Nggak banyak game juga yang aku tahu. Apalagi game-game PC. Secara aku mainnya game mobile. Sekarang aku mainnya Mobile Legends. Pengen main game lain tapi terkendala device.

Pengen juga main game PC kayak Youtuber gamers itu. Cuma ya sekedar pengen dan nggak jadi obsesi. Nggak ngejar pengen banget. Kalo suatu hari bisa main, alhamdulillah. Nggak kepikiran juga jadi streamers kayak yang di Youtube itu. Aku main game cuma buat bersenang-senang walau bete juga sih kalo kalah.

Nggak kepikiran jadi streamers tapi kalo dibuka kesempatannya ya nggak nolak dong. Kalo aku nggak main Mobile Legends, apa yang akan aku lakukan ya? Scroll Instagram, Twitter, Facebook, Tiktok? Sekarang game yang aku mainkan cuma Mobile Legends. Udah bye sama AoV gara-gara berasa nggak dikasih kesempatan menang.

Iya aku tahu pasti ada menang, ada kalah tapi di AoV benar-benar nggak ngerti lagi. Chance menangnya cuma nol koma sekian kayaknya. Bye sama AoV bukan karena kepentok device tapi karena aku kecewa sama sistem entahlah apa namanya itu. Aku sekarang nggak peduli lagi sama update di AoV. Mau ada skin baru Annette, Ishar, siapalah itu khususnya dari hero yang aku suka, bodo amat. Udah terlanjur kecewa berat. Banget.

Alhamdulillah aku bersyukur bisa mengontrol waktu main gameku. Nggak all the time tapi ada waktu-waktunya sendiri. Aku kasih jeda sekian jam sebelum main lagi. Aku sengaja nggak nge-push karena aku nggak mau jadi terlalu terikat sampai susah lepas.

Jogja, 2 September 2023

MEMUTUS LINGKARAN SETAN

Capek ya, Bun. Capek nggak sih kalo terjebak di 'lingkaran setan'? Nggak ada manfaat buat masa mendatang tapi masih muter-muter di sini terus. Bentuknya banyak ya. Secara umum lebih ke kebiasaan buruk. Pengen ninggalin kebiasaan ini tapi kok susah ya?

Nilai buruknya bisa jadi relatif. Aku bilang kebiasaan merokok adalah lingkaran setan. Orang lain belum tentu sepakat denganku. Aku mau cerita spesifik deh di sini. Tentang seseorang yang terjebak dalam lingkaran setan bernama hutang.

Siapa sih yang mau punya hutang? Tiap orang pasti berusaha biar lepas dari jerat hutang. Ada yang berusaha melunasi, ada juga yang justru kabur nggak tahu diri. Ini adalah cerita dari seseorang yang berhutang untuk kebutuhan pribadinya.

Dia punya penghasilan sendiri. Dia bisa membayar hutangnya. Sayangnya penghasilan yang dia dapatkan habis untuk membayar hutang. Bagaimana dia melanjutkan hidup sampai tanggal 27 berikutnya?

Terjebaklah dia di lingkaran setan. Harus ada cara yang dilakukan biar lingkaran setan ini terputus, begitu tekadnya. "Jangan pinjam dong." Saran yang lain. Dia pun pengen nggak pinjam lagi tapi hidup terus berlanjut. Akhirnya pilihan yang dia ambil adalah pinjam (lagi) untuk ke sekian kalinya.

Dia bahkan nggak punya tabungan sama sekali, seperti yang dia ceritakan. Kerja sekian tahun nggak ada hasil yang bisa membantu keluarga. Habis hanya untuk kebutuhan pribadi dan yang lebih buruk adalah habis untuk melunasi hutang.

Memang membayar hutang adalah kewajiban tapi di sisi lain dia juga bersedih. Sampai kapan lingkaran setan ini terputus? "Apa aku jual diri aja ya?" Katanya sembari menatap cermin. Dipandanginya lekuk-lekuk tubuhnya yang menawan. Hasil dari pahatan di pusat kebugaran.

"Jangan, jangan lakukan itu." Ucap hatinya yang lain. Dia pun tertawa sendiri. Dia bersyukur nggak seputus asa itu sampai ingin jual diri. Bahkan yang lebih parahnya lagi mengakhiri hidup. Nggak, nggak gitu.

Hidup ini indah kok, katanya. Dia pun yakin bisa memutus lingkaran setan ini. Selalu ada harapan.

Pasti.

Jogja, 2 September 2023

MEREKA BILANG NAMANYA INNER CHILD

Random banget mampir ke Gramedia. Udah lama juga aku nggak 'main' ke sana. Aku kepikiran tas ransel Marvel yang sempat aku lihat beberapa bulan lalu. Rasa-rasanya aku nggak beli apa-apa sih tapi aku mampir aja ke Gramedia. 'Cuci mata'.

Pertama, aku kepincut sama ransel We Bare Bears. Warnanya hitam perpaduan cokelat. Ah, menarik juga nih. Aku pengen tas yang ada gambarnya gini. Kalo ada tas bergambar Sailor Moon, aku mau! Wkwkwk. Aku lihat tag harganya, tentu saja yang pertama aku pastikan. Oke masih aman nih.

Aku cek tasnya, resletingnya, dalam tasnya, setelah menimbang-nimbang, aku taruh lagi di rak. Beralih ke ransel warna kuning dengan tulisan 'kita butuh kucing dalam hidup' kurang lebih begitu dalam Bahasa Inggris. Ada detail kuping kucing. Lucu juga. Harganya juga masih aman buatku.

Warnanya kuning sih. Ngng... Aku taruh lagi di rak. Ada ransel-ransel lainnya yang aku pertimbangkan masuk keranjang tapi harganya nggak aman buat sekarang. Mungkin nanti, pikirku. Ah, satu lagi pertimbanganku nggak beli ransel We Bare Bears sama yang warna kuning. Kurang gede nggak sih?

Aku mampir ke rak mainan. Ada Barbie dan teman-temannya. Boleh juga nih, batinku. Aku lihat tag harganya. Aman. Sekian detik kemudian aku meninggalkan rak dengan tangan hampa. Kakiku melangkah pasti menuju lantai atas. Rak novel.

Udah lama aku nggak menikmati suka cita membaca buku. Ke mana semangat dan antusiasku sama novel? Sepertinya aku merindukannya. Ada beberapa novel yang menjadi pertimbanganku untuk aku bawa ke meja kasir. Harganya juga aman banget. Lebih murah dibanding ransel. Lagi. Aku kembali meletakkan novel-novel itu kembali ke rak. Aku mendongak. Mataku tertuju pada lantai tiga. Area komik.

Aku kangen majalah. Sayangnya sepanjang mataku menelusuri, nggak tertangkap retinaku rak majalah. Ke mana rak majalah yang penuh waktu itu? Lagu dari Nadin Amizah yang samar terdengar dan entah lagu punya siapa serasa menjadikan rasa rinduku sama majalah seperti adegan dalam sebuah film.

Aku melihat ada komik ini dan itu, berseri entah sampai nomor berapa, dan aku memutuskan turun ke lantai dasar. Aku memilih pulang. Tanpa apa pun yang aku peluk menuju rumah. Mungkin nanti.

Semoga. Aku harap begitu.

Jogja, 29 Agustus 2023

BUKAN KELUARGA CEMARA

 Rasanya seperti nggak percaya aku ada dalam sebuah geng. Terkesan alay. Eits! Jangan ngejudge dulu, Gus. Nggak semua geng itu alay. Dan nggak semua geng itu hanya untuk remaja SMA demi eksistensi diri. Sebenarnya poin eksistensi dirinya sama sih.

Aku, Mbak Iham, Mbak Dwi, Mbak Yatimah, dan Rina secara resmi, hari ini, Minggu, 4 Juni 2023 membentuk sebuah geng bernama Cemara. Berawal dari obrolan random dalam perjalanan menuju Pantai Goa Cemara, kami sempat membahas tentang Keluarga Cemara. Ada Abah, Emak, Euis, Ara, dan Agil. Apakah kami berlima merepresentasikan karakter-karakter karangan Arswendo Atmowiloto ini?

Bukan. Hanya karena kami berlima dan pas lagi ngobrol tentang Keluarga Cemara, lahirlah Geng Cemara. Awalnya kami hanya janjian main. Kali pertama kami main ke Solo. Waktu itu Rina belum bergabung di klub ini. Kami hanya janjian main dan... selesai. Kami bikin grup chat dan mengalirlah rencana-rencana untuk main ke mana-mana.

Kali ini kami main ke Pantai Goa Cemara. Ide yang tercetus spontan dan langsung disambut oleh kami. Kata Rina, Geng Cemara si paling satset tanpa wacana. Alhamdulillah rencana-rencana yang kami lontarkan bisa terealisasi berbekal semangat dari masing-masing. Tentu saja karena semangat ini, nggak ada tuh yang namanya wacana. Satset hayuk begitu.

Jam 6 pagi kami janjian ketemu di Jalan Jlagran. Mbak Dwi sudah siap dengan mobil warna limenya. Aku, Mbak Iham, dan Rina jalan kaki dari parkiran di Stasiun Yogyakarta menuju Jalan Jlagran. Sementara Mbak Yatimah diantar Mas Miyanto dari Posko Jogoboro. Sebelum berangkat kami sempat menikmati apa ya itu namanya? Bubur kacang hijau tapi bukan. Airnya aja gitu. Apa sih namanya? Ada juga cireng, arem-arem, piscok yang dibawa Mbak Iham dan Rina.

Perjalanan menuju Pantai Goa Cemara alhamdulillah lancar. Nggak ada kemacetan. Aku sempat ngebayangin gimana kalo macet? Apalagi long weekend. Aku main air di pantai, Mbak Dwi foto-foto, Rina yang jadi fotografer untuk Mbak Dwi, Mbak Iham yang rekam-rekam aksi yang niat hati ingin anggunly tapi apalah daya kenyataan nggak seanggun itu. Kami berlima duduk dengan kaki telanjang di atas pasir hitam, eh... kayaknya aku doang yang lepas alas kaki pas lagi lesehan. Kain lebar bergambar tengkorak punya Mbak Iham, kami jadikan tikar.

Kami santai dan tertawa lepas sembari menikmati cilok gajahan dan jajanan yang dibawa Mbak Iham dan Rina, juga sestoples kastangel dari Mbak Yatimah. Sebelum jarum jam menunjuk angka 10 pagi, kami melanjutkan perjalanan dan berhenti di Jembatan Baros. Jembatan yang kata Mbak Yatimah banyak yang nongkrong di sini yang diaminkan kesaksian dari Mbak Penjual Corndog. Tepat di bawah jembatan ada sungai yang lumayan besar dan ada kano... eh, iya bukan ya namanya? Ada kano yang bisa disewa untuk merasakan sensasi menyusuri sungai. Yah... bolehlah untuk experiencenya. Jangan membayangkan seluas Sungai Progo ya.

Dua tempat ini adalah saksi dari lahirnya Geng Cemara. 4 Juni 2023. Bisa tuh dijadikan sebagai anniversary Geng Cemara. Perlu dirayakan dan diingat untuk anniversary yang pertama tahun depan? Pastinya cerita tentang jalan-jalan dan piknik akan terus ada di Geng Cemara.

Next mau ke mana lagi ya kita?


Jogja, 4 Juni 2023

TENTANG KESEMPATAN YANG DATANG MENYAPA

Kesempatan belum tentu datang dua kali. Rasanya susah ya buat sebagian orang menerima setiap kesempatan yang datang. Ada rasa ragu, nggak yakin, dan macam-macam pikiran lainnya. Jadi kalau ada kesempatan yang datang mau diambil apa nggak?

Aku termasuk yang nggak semudah itu menerima kesempatan. Nggak bisa yang langsung bilang, "Ok, let's go!" Aku perlu mikir ini dan itu. Termasuk bisa apa nggaknya aku kalau menerima kesempatan yang datang.

Buat orang yang kurang antusias sama tantangan, menerima kesempatan yang datang tidak semudah itu. Pasti iri sekali ya sama orang yang bisa hayuk pada setiap kesempatan tanpa perlu berpikir ini dan itu. Bahkan mungkin nggak perlu bingung-bingung karena bagi penyuka tantangan, setiap kesempatan tidak boleh dilewatkan.

Salah nggak sih kalau nggak semudah itu menerima kesempatan? Mungkin bukan salah atau benar tapi mau atau nggak. Kesempatan apa pun, asalkan baik, nggak ada yang salah. Pilihan ada di tangan kita. Mau menerimanya atau nggak. Sesimpel itu tapi prakteknya juga pasti nggak semudah itu juga, Esmeralda.

Pernah melewatkan kesempatan yang kalau diambil sebenarnya oke banget? Setelah melewatkan justru menyayangkan kenapa nggak ambil kesempatan yang datang? Pasti rasanya nyesek dan menyesal tapi yah... life must go on. Berharap semoga ada kesempatan lain yang datang dan lebih baik lagi.

Ada baiknya dengarkan kata hati juga. Kalau merasa ada yang mengganjal saat kesempatan datang, merasa nggak yakin terus padahal hati sudah berusaha meyakinkan, bisa jadi ini adalah pertanda dari semesta kalau kesempatan yang datang memang bukan untuk kita.

Setiap kesempatan pasti akan bertemu dengan jalannya. Kita pasti bertemu dengan kesempatan yang memang datang untuk kita. Walau begitu bukan berarti setiap ada kesempatan datang terus merasa ragu kemudian diabaikan. Bisa jadi keragu-raguan itu adalah cobaan. Apakah kita akan kuat untuk menghadapinya atau justru menyudahi sebelum memulainya?

Kesempatan yang memang ada celah untuk kita ambil, baik untuk diri-sendiri dan nggak merugikan siapa pun, nggak ada salahnya langsung bungkus.[]

Jogja, 12 April 2023

HIRUK-PIKUK MEDIA SOSIAL

Kontrol media sosial sepenuhnya kita yang atur. Konten apa yang mau kita nikmati ada di tangan kita. Pilih-pilih aja mau yang ini atau tinggalin yang itu. Sebagai pengguna media sosial, khususnya Twitter, pusing juga sama tweet yang berseliweran.

Pusing sama instansi dan pejabat negeri ini yang bikin geleng-geleng kepala. Aku pun menilai nggak lagi objektif sekarang. Ya emang sih kita menilai sesuatu pasti subyektif tapi beda aja gitu kalo menilainya murni menilai tanpa tau sudut pandang lain.

Bahkan sekarang aku jadi trust issue sama mereka. Sebentar lagi Pemilu pula. Makin-makin nih bingung mau memilih apa nggak. Selain spill instansi dan kelakuan pejabatnya, ada juga kejadian yang bikin pengen aku 'hiiih' rasanya. Ikut emosi bacanya.

Sebenarnya nggak mau terlibat sih. Aku juga nggak ngikut segitunya kok. Ya udah cuma lihat sekilas tanpa ikut berkomentar. Walau ada juga sih satu-dua jempolku menari. "Ayo, netizen, kawal kasus ini!" Aku rasa soal kawal-mengawal ini aku percayakan sama kalian, warganet. Aku nggak sanggup kalo terlibat terlalu dalam, semakin dalam, dan semakin jauh ke dalam. Capek!

Sekedar tau aja masih oke buatku tapi lebih dari itu mohon maaf aku menepi saja deh. Aku lebih memilih menikmati konten lain yang jauh dari politik dan sebangsanya. Ini di Twitter. Instagram beda lagi.

Untungnya akun IG-ku nggak seemosional akun Twitter-ku. Maksudnya di IG konten yang ditampilkan nggak jauh-jauh dari Mobile Legends, game, dan hal-hal receh dan lucu. Tergantung apa yang kita cari, 'kan? Seenggaknya pernah berinteraksi sama topik-topik tertentu yang bikin capek.

Begitulah yang terjadi padaku di Twitter. Adaaa... aja tweet yang bikin geleng-geleng saking geram dan emosionalnya. Padahal aku hanya ingin menikmati hal-hal yang santai.

Oke, kendali sepenuhnya ada di tanganku. Salah satu cara yang bisa dilakukan: skip. Jangan tinggalkan komentar apa pun. Media sosial 'kan untuk bersenang-senang.

Jogja, 11 Maret 2023

FILM VIRGO YANG BIKIN MERINDING

Asli! Nggak pake bohong apalagi mengada-ada. Film Virgo and the Sparklings karya sutradara Ody Harahap sangat enjoyable. Awal film dibuka dengan apik, lagu-lagunya juga sangat easy listening, apalagi ada lagu dari Melly Goeslaw yang nggak perlu diragukan lagi. Scene Riani lihat warna suara dari ruang musik bikin merinding sekaligus berharap film jagoan di masa depan bisa bersaing sama film superhero.

Aku sangat menikmati film dari Bumilangit Cinematic Universe ini. Film ketiga setelah Gundala (2019) dan Sri Asih (2022). Next bakal ada Tira, kalo nggak salah, yang tayang di Disney+. Terus juga bakal ada Godam, Aquanus, Merpati, waaaw... sungguh bikin merinding. Sebangga itu aku sama para jagoan.

Film Virgo and the Sparklings tentu nggak sempurna. Udah bisa bersaing sama film superhero besutan Marvel? Mungkin belum. Jalan ceritanya simpel sekaligus juga masih banyak teka-teki yang bikin tidur nggak nyenyak. Luka di pinggang Riani gimana? Ganendra yang muncul di cergam Virgo and the Sparklings di Webtoon?

Awal film sampai pertengahan memang aku sangat menikmati dan happy. Sayangnya gara-gara efek CGI di tengah film yang... nggak sebagus efek CGI di awal, bikin aku jadi nggak se-enjoy itu. Sampai akhir film aku tetap menikmati kok. Walau sempat kena spoiler yang bikin aku nggak netral lagi menilai jalan ceritanya tapi overall aku suka.

Biasanya buku/komik yang dijadikan film ada yang bikin kecewa karena karakter-karakternya ada yang nggak sesuai ekspektasi. Justru di film Virgo and the Sparklings aku tetap puas sama karakter-karakternya walau nggak (berusaha) nyamain kayak di cergam Webtoon. Awalnya sempat nggak yakin. Aku pernah sih kecewa sama karakter Ussy di film, pada waktu itu, karena nggak sesuai ekspektasi.

Sekarang aku bangga banget malah. Masing-masing versi punya rasa yang beda. Untuk kali ini aku bilang baik karakter di cergam atau film tetap punya daya tariknya.

Jogja, 9 Maret 2023

SEPOTONG CERITA DI RADIO

Ada rasa nggak nyangka aku bisa menjadi bagian dari cerita di Retjo Buntung FM. Beberapa kali aku lewat di depannya saat selesai siaran, aku membayangkan seperti apa jika aku bersiaran di sana. Semesta mendukung. Aku dapat kabar dari Pak Pra, Retjo Buntung sedang membutuhkan penyiar cowok.

Sebenarnya sejak awal tahun sebelumnya Bella udah ngasih tau aku, Retjo Buntung lagi nyari penyiar. Cuma waktu itu aku merasa nggak yakin. Ada sepotong keragu-raguan yang membuatku enggan melakukannya.

Anta bilang, terlalu nyaman di zona nyaman. Setahun kemudian, setelah Pak Pra menginfokan, aku memberanikan diri untuk mencoba. Alhamdulillah gayung bersambut. Retjo Buntung memanggilku untuk sesi interview.

Sempat hopeless karena udah seminggu lebih nggak ada kabar apa pun dari Bu Asik. Yah... sudahlah, pikirku waktu itu. Belum rezekinya. Eh, ternyata, alhamdulillah, saat aku udah mulai berusaha ikhlas, Bu Asik kasih kabar baik buatku. Aku bisa lanjut di Retjo Buntung.

Mulailah aku dengan sederet jadwal training. Senin sampai Sabtu. Hari pertama training bareng Mas Arya di Sapa Pemiarsa. Dua hari pertama, Selasa dan Rabu, bareng Mas Arya. Kamis training bareng Anta di Warta Nada. Jumat bareng Tria di Radio Gogo. Sabtu bareng Mbak Noorma di Sapa Pemiarsa. Senin bareng Mbak Mey di Warta Nada.

Selain training, aku juga diharuskan rekaman siaran. Sapa Pemiarsa dan Warta Nada yang jadi fokusku. Senin rekaman Warta Nada. Selasa rekaman Sapa Pemiarsa. Rabu juga sama. Kamis rekaman Warta Nada. Jumat-Sabtu libur rekaman. Oh iya sama satu lagi Lentera Rohani, yang diplesetkan jadi Lentera Rohalus sama Mas Arya.

Lentera Rohani satu paket sama Sapa Pemiarsa. Sama halnya kayak Siaga dan Warta Nada. Aku nggak difokuskan ke Siaga sih. Cuma Sapa Pemiarsa yang bakal jadi calon program yang aku bawain. Bu Asik bilangnya begitu.

Staf yang aku kenal di masa-masa training ini, selain Bu Asik, Bu Widya dan Mbak Mey, ada Mas Fuad, Pak Tri, Mas Cecep, Mas Bayu, Pak Nur. Oh iya dan tentu saja Mas Aan yang dulu pernah di Rakosa FM juga.

Banyak cerita yang aku dapatkan di Retjo Buntung. Bangun sebelum subuh demi training jam 5 pagi. Pelan-pelan mulai mengenal setiap sudut Retjo Buntung. Nantinya tentu akan menjadi "rumah"ku juga. Sama kayak waktu siaran di Rakosa FM dulu.

Ceritaku di sini memang hanya sepotong tapi tetap berharga. Aku akan selalu mengingat hari-hari kemarin, cerita-cerita di Retjo Buntung dengan segala pernak-perniknya. Oh iya aku juga udah ketemu sama Arrow. Penyiar baru juga tapi lebih duluan diterima Retjo Buntung.

Mungkinkah ceritaku yang sepotong ini akan mendapatkan potongan-potongan lainnya? Mungkin saja.

Jogja, 8 Maret 2023

CERITA DI 2023

Tahun yang baru udah berjalan tujuh hari. Gimana? Masih so fun? Semoga tetap menyenangkan ya. Awal tahunku disibukkan sama berkas-berkas kontrak kerja a.k.a siaran. Lumayan bikin spaneng ya karena prosesnya satu-satu. Semacam mencari kepingan puzzle untuk kemudian disatukan jadi puzzle yang utuh.

Alhamdulillah di hari ke-7 di 2023 ini urusan berkas-berkas kontrak siaran udah kelar. Fiuh... bisa bernapas lega juga. Mas Krishna, teman siaranku, kasih ide buat ngadain nongki bareng. Merayakan kelancaran pengurusan berkas yang menyita perhatian.

Aku oke-oke aja kalo mau meet up, nongkrong bareng, makan-makan. Nggak tau sih teman-teman yay or nay. Mas Krishna bilang buat yang mau-mau aja. Sekedar ide yang muncul waktu kami lagi ngobrol. Sepertinya Mas Krishna juga nggak nge-up ide ini di grup chat.

Tahun yang baru, tempat siaran juga baru. So far masih fresh ya karena emang baru banget Radio Widoro alias W pindah ke sisi timur Teras Malioboro 2. Setelah tiga tahun Radio Widoro mengudara di kawasan Parkir Abu Bakar Ali (ABA) lengkap dengan cerita-ceritanya, sekarang cerita yang baru di tempat baru siap menjadi bagian dari perjalanan.

Bagiku kepindahan ini jadi bring back memories. Sebelum pindah ke Parkir ABA, W dan UPT Malioboro ada di Jalan Malioboro Nomor 56 yang sekarang jadi Teras Malioboro 2. Sejak pindah, aku kembali lagi masuk ke Malioboro buat menuju W. Sama kayak dulu.

Bedanya yang sekarang lokasinya ada di halaman belakang alias di sisi timur. Walau sama-sama kembali masuk ke Malioboro tapi untuk menuju W musti lewat Jalan Perwakilan. Dulu 'kan nggak perlu muter kayak gini.

Lokasi yang baru ini nyaman sih buatku. Parkirnya sangat memudahkan. Udah disediain parkir khusus buat kami dan Jogoboro. Nggak perlu lagi bayar parkir kayak waktu masih di Parkir ABA. Bisa sih nggak bayar. Bilang aja "dari UPT". Sebuah kata sandi yang jadi privilege kami. Cuma aku merasa nggak nyaman ya. Bukannya nggak mau tapi respon-respon setelah kami bilang "dari UPT" itu yang bikin aku memutuskan bayar aja deh.

Sekarang no more parkir nggak enak hati. Lebih nyaman yang sekarang untuk urusan perparkiran. Pemandangan di depan studio juga lebih kelihatan karena dinding kacanya. Jadi bisa ikut menikmati hiruk-pikuk wisatawan, khususnya yang lagi makan di Lesehan, walau dibatasi dinding kaca.

Momen cukup unik waktu hujan turun. Lesehan yang meja-mejanya outdoor langsung kalang-kabut mengamankan meja masing-masing. Wisatawan yang lagi makan ayam penyet pun ikut buru-buru berteduh dengan membawa makanannya. Kenapa nggak dikasih payung ya? Biar tetap estetik gitu dikasih payung-payung. Kalo hujan jadi nggak perlu bubar pasar.

Jogja, 7 Januari 2023