Langsung ke konten utama

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014. Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang.

Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon, Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu sekitar 2011 atau 2012, agak lupa.

Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover-nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas. Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato dari Net City, warnet yang ada di Timoho. Di warnet itu memang koleksi filmnya baaanyak banget. Aku punya episode lengkap Sailor Moon juga dari Net City. Wedding Peach hingga tulisan ini diketik, aku belum punya lengkap. Waktu itu sih aku iseng nyari anime Kobato. Eh.. ternyata ada.

Anime Kobato sudah lama jadi koleksi netbook-ku, walaupun aku baru melengkapi episodenya belum lama ini. Cerita anime ini drama banget. Beda dengan Sailor Moon, Wedding Peach, atau Card Captor Sakura, walau sama-sama ada magic-nya, tapi Kobato nggak kebanyakan simsalabim berubah wujud. Bahkan Kobato nggak bisa berubah wujud (seperti halnya Sailor Moon). Episode pertama nyeritain kedatangan Kobato yang muncul dari langit secara misterius bareng Iorogi (yang dipanggil "Iryogi(?)" oleh Kobato). Sejak itulah kisah Hanato Kobato, gadis yang penuh semangat, ceria, dan selalu berpikiran positif dimulai.

Kobato harus ngumpulin konpeito (tercipta dari rasa sedih manusia) agar keinginannya untuk pergi ke tempat yang ia inginkan bisa terwujud. Tapi ada syarat yang nggak boleh Kobato abaikan. Selama 4 musim (panas, dingin, semi, gugur) Kobato harus sudah ngumpulin konpeito yang tersimpan di botol (aku lupa nama botolnya). Kalau nggak, maka keinginan Kobato nggak akan bisa terwujud. Selama aku ngikutin cerita anime ini, jujur ya, kadang aku ngantuk. Bagus sih, cuma karena kisahnya drama (khas anime banget) kadang aku bosan. Tapi aku terus ngikutin (karena penasaran) hingga episode terakhir.

Selama Kobato ngumpulin konpeito, ia kerja di TK Yomogi yang diasuh oleh Sayaka. Namanya juga anime ya, Kobato yang jelas-jelas orang asing, bisa dapat pekerjaan dengan mudah sebagai pengasuh di TK Yomogi. Sayaka juga baik banget orangnya. Selain gampang dapat kerjaan, Kobato juga gampang dapat tempat tinggal. Sebuah apartemen milik Chitose menjadi hunian Kobato selama setahun (dalam 4 musim itu).

Aku nggak nyangka banget ending Kobato. Tebakanku, Kobato berasal dari dunia entah apa, sama kayak Kohaku yang seorang "malaikat" (bidadari mungkin lebih tepatnya), tapi ternyata Kobato bukan manusia. Ia adalah jiwa dari orang yang kehilangan kehidupan (atau mati) dan ingin lahir kembali. Untuk itulah Kobato harus mengumpulkan konpeito agar keingannya bisa terwujud. Mungkin keinginannya, ya bisa terlahir kembali itu.

Di episode terakhir, Fujimoto, yang juga ngebantu Sayaka di TK Yomogi, tahu siapa Kobato sebenarnya. Kobato yang selalu pakai topi (kadang bando, yang jelas semacam penutup kepala gitu) ternyata begitu topi dilepas, tepat di atas kepala Kobato ada mahkota dari cahaya. Itu semacam cincin yang digambarin di anime Dragon Ball untuk karakter yang sudah mati, tapi di Kobato bukan pakai cincin, melainkan mahkota dari cahaya itu. Nah.. ini ending yang aku nggak nyangka banget. Sebelum-sebelumnya aku nonton Kobato kadang sampai ngantuk, menjelang episode akhir, ceritanya jadi bagus karena mengundang rasa penasaranku tentang kisah akhir Kobato.

Kobato memang nggak berhasil memenuhi botol dengan konpeito, tapi beberapa tahun kemudian, muncul cewek yang mirip dengan Kobato. Mungkin ia terlahir kembali. Perginya Kobato di episode akhir jadi terlupakan. Bahkan mereka yang sebelumnya mengenal Kobato, jadi nggak kenal lagi. Semacam ingatan mereka tentang Kobato dihapus. Kobato yang bertemu Fujimoto di akhir episode, tiba-tiba kayak diingatin lagi dengan kehidupan sebelumnya yang mencari konpeito. Kobato pun memeluk Fujimoto sambil menangis haru, sedih, kayaknya campur-campur perasaannya.

Nah, itulah kesanku tentang anime Kobato. Ceritanya emang flat dan terkadang membosankan, tapi endingnya keren. Intinya sih Kobato yang udah mati pengen hidup kembali dengan mengumpulkan kesedihan manusia (menyembuhkan kesedihan lebih tepatnya). Fujimoto, Sayaka, Chitose, Chiho-Chise (anak kembar Sayaka yang juga jadi Chii di Chobits), semuanya cuma "bumbu" biar ceritanya semakin "enak". Clamp emang lumayan sering bikin anime yang karakternya tuh berasal dari anime Clamp yang sudah ada. Bukan lumayan sering, tapi malah hampir setiap anime yang dibuat, ada karakter dari anime Clamp lain.

Jogja, 4 April 2014

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta

BUKAN KELUARGA CEMARA

  Rasanya seperti nggak percaya aku ada dalam sebuah geng. Terkesan alay. Eits! Jangan ngejudge dulu, Gus. Nggak semua geng itu alay. Dan nggak semua geng itu hanya untuk remaja SMA demi eksistensi diri. Sebenarnya poin eksistensi dirinya sama sih. Aku, Mbak Iham, Mbak Dwi, Mbak Yatimah, dan Rina secara resmi, hari ini, Minggu, 4 Juni 2023 membentuk sebuah geng bernama Cemara. Berawal dari obrolan random dalam perjalanan menuju Pantai Goa Cemara, kami sempat membahas tentang Keluarga Cemara. Ada Abah, Emak, Euis, Ara, dan Agil. Apakah kami berlima merepresentasikan karakter-karakter karangan Arswendo Atmowiloto ini? Bukan. Hanya karena kami berlima dan pas lagi ngobrol tentang Keluarga Cemara, lahirlah Geng Cemara. Awalnya kami hanya janjian main. Kali pertama kami main ke Solo. Waktu itu Rina belum bergabung di klub ini. Kami hanya janjian main dan... selesai. Kami bikin grup chat dan mengalirlah rencana-rencana untuk main ke mana-mana. Kali ini kami main ke Pantai Goa Cemara. Ide yan