DUA BENTUK CERITA

 Sejak Agustus 2022, aku kembali membiasakan kebiasaan lama: menulis diary. Sekarang aku menyebutnya buku cerita. Kesannya kalo buku diary itu terlalu alay. Ha ha. Aku aja yang ngerasa gini kok. Lagian pilihan juga 'kan mau bilang buku diary, buku cerita, jurnal, dan lain-lain.

Lumayan sering aku ngobrol di buku cerita. Walau teknologi semakin canggih dan menulis pake pena kadang dianggap ketinggalan tapi aku justru menyukainya. Takkan terganti sih. Ada emosi yang aku rasain waktu nulis pake pena.

Cerita di sini aku jarang banget. Dulu pernah mencoba konsisten cerita-cerita di blog tiap hari. Minimal sehari ada satu ceritalah. Sempat berjalan sampai sebulanan sampai aku memutuskan udahan. Lama-lama malah jadi terbebani. Aku enggak enjoy. Malah ada momen aku maksain buat cerita di blog. Enggak mau ada yang bolong karena udah tiap hari aku cerita.

Emang sih kebiasaan baik itu perlu dipaksa biar terbiasa tapi aku enggak mau maksain diri-sendiri. Yang penting aku happy. Kecuali kalo aku kerja yang diharuskan tiap hari nulis. Eh, udah pernah tapi ya lama-lama aku merasa enggak menikmatinya. Merasa tiap hari malah jadi beban.

Jogja, 28 Desember 2022

JKT48 TOUR DAN EUFORIA DI JOGJA

Mungkin telat aku cerita sekarang tapi lagi pengen cerita nih. Padahal waktu itu aku udah niat banget pengen langsung cerita. Biar fresh from the oven gitu. Eh, malah lupa dan baru ingat sekian minggu setelahnya. Hari ini. Bukan sekian minggu lagi malah tapi sekian bulan.

JKT48 Tour adalah kali kedua aku datang ke event JKT48. Sebelumnya aku pernah datang ke JKT48 Circus sekitar 2018 kayaknya. Sebelum pandemi deh. Waktu itu acaranya di UGM. Gedung apalah itu namanya yang di depan Grha Sabha.

Kali kedua aku datang ke event JKT48 lokasinya ada di Sleman City Hall a.k.a SCH. Event JKT48 yang pertama setelah dua tahun hiatus karena pandemi. Hiatus event maksudnya. Show Theater sih tetap jalan.

Aku datang sendiri. Sempat kepikiran ngajak teman tapi dia bukan Fans JKT48. Bisa sih SKSD alias sok kenal sok deket, in a good way, sama Fans JKT48 Jogja tapi rasanya... beda rasa ya antusiasku ngajak orang lain kenalan pada waktu dulu dan sekarang.

It's ok datang sendiri. JKT48 Tour udah dimulai sejak jam 1 siang tapi aku menyempatkan datang jam 7 malam. Setelah sholat maghrib langsung capcus ke SCH. Pas otw ke lokasi sempat ada drama.

Iya, aku tau SCH di mana tapi entah kenapa yang ada di pikiranku malah Jogja City Mall a.k.a JCM. Udah hampir sampai tuh di belokan yang masuk ke JCM, barulah aku 'ngeh'. Woooy... SCH! Bukan JCM, Mamet!

Aku putar balik. Perjalanan setelah itu so far, so good tapi drama dimulai kembali. Sampai di lampu merah, aku hanya tinggal belok kanan dan tadaaa~ sampai di SCH. Eh, posisiku dan Tabita, motorku, terlalu ke kiri. Enggak bisa dong aku belok ke kanan walau pelan-pelan. Apalagi di sampingku truk besar. Tronton apa bukan ya? Truk besarlah pokoknya.

Oke, aku jalan lurus. Drama lagi nih. Aku enggak salah ambil jalur, 'kan? Eh, ini jalur mobil? Sempat panik tapi aku melihat ada belokan ke arah jalur motor. Oke kembali ke jalur yang seharusnya. Aku cuma perlu awas sama rambu putar balik di depan.

Alhamdulillah enggak drama. Aku enggak melewatkan rambunya kayak yang udah-udah. Drama ternyata belum selesai. Aku selalu masuk ke SCH lewat pintu samping. Bukan pintu depan. Bisa masuk pake motor enggak ya? Kali aja sama kayak di Hartono Mall.

Eh, ternyata bisa dong. Ada pintu masuk motor. Udah keburu kelewatan. Aku tetap masuk lewat pintu samping kayak biasanya deh. Fiuuuh... Dramanya masih ada kok tapi nanti setelah JKT48 Tour selesai.

Waktu aku menuju ke pintu masuk SCH yang di samping, aku melihat ada beberapa cowok lagi jalan. Aku tebak mereka Fans JKT48. Terus di halaman SCH juga aku sempat lihat lumayan banyak anak muda, kelihatannya, yang duduk-duduk. Aku juga menebak mereka Fans JKT48. Bisa jadi bukan sih.

Sampai di parkir, aku mengingat-ingat nomor parkirku. Jangan sampai lupa. Harus diingat. Perihal nomor blok parkir ini bakal jadi drama nantinya.

Venue acara di atrium? Main hall? Entah apa namanya tapi di lantai dasar gitu. Bukan lantai satu tapi dua. Lantai yang luas di tengahnya ada panggung buat acara-acara.

Rameee~ Waktu aku datang, ada game show bareng member JKT48. Aku sempat lihat booth 2Shot. Wah... tapi aku enggak 2Shot. Meet and Greet juga enggak. Aku datang hanya untuk mini perform. Makanya jam 7 malam baru datang.

Pertama kali lihat member JKT48 secara langsung, eh... enggak pertama deng tapi kedua, cakep banget parah. Aura bintangnya sangat berasa. Memancar silau sekali. Benar-benar bukan Mbak-Mbak Biasa kayak kata Frieska.

Apa yang aku lihat di foto dan media sosial beda ya. Lihat secara langsung tuh bikin mereka bersinar sekali. Cakep parahlah pokoknya.

Enggak kayak waktu JKT48 Circus Jogja, kali ini aku enggak dapat spot yang enak. Pas baru datang aku ada di sisi kiri tapi karena aku ngerasa kurang pas sama posisinya, aku pindah ke sisi kanan. Berharap dapat spot yang asyik.

Iya sih lebih baik tapi ada speaker gede yang menghalangi pandangan. Baiklah. Ini pilihan terakhir. Belum tentu kalo aku pindah dapat spot yang sesuai sama keinginanku.

Ada satu game show yang aku nikmati dari awal sampai akhir. Gamenya biasa banget sih. Suit. Siapa yang menang, dia yang bertahan. Mainnya bareng-bareng antara member JKT48 dan Fans. Mereka yang ikut game show dapat hadiah goodie bag JKT48 gitu.

Yah... walau aku enggak dapat tempat pewe a.k.a posisi wuenak tapi tetap bisa menikmati show. Nunggu mini perform hampir 30 menit. Sampai kaki pegal rasanya.

Tas ransel yang aku bawa udah aku pindah ke posisi depan. Jelas keramaian kayak gini aku enggak mau ambil resiko. Khawatir ada yang grepe-grepe isi tasku. Na'udzubillah...

Ada juga sih yang bawa tas ranselnya di belakang kayak biasa. Dia enggak khawatir apa ya? Serame itu enggak tau loh orang yang dateng baik-baik apa enggak. Ingat kata Bang Napi, "Kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat pelakunya tapi juga karena ada kesempatan."

Walau isi ranselku enggak berat, aku enggak bawa botol minum btw, tapi tetap bikin pundak pegal. Abis nonton JKT48 Tour, pundak kiriku ada pegal-pegalnya.

Setelah nunggu 30 menitan, mini perform dimulai. Seruuu! Aku bener-bener seenjoy itu walau nontonnya berdiri dan desek-desekan. Kehalang sama sound system pula. Sepanjang mini perform aku sing a long banget.

Sama sekali enggak ada momen rekam-rekam kayak yang lain. Aku pengen menikmati mini perform JKT48 Tour tanpa fokus ke kamera. Kenangannya udah tersimpan rapi di memoriku. Lagian capek enggak sih bukannya menikmati mini perform dengam sing a long, eh... ini malah sibuk ngarahin kamera. Rekam... rekam... rekam...

Bisa jadi emang ada cara menikmati mini perform kayak gitu. Aku sih enggak ya. Lebih enak bener-bener menikmati mini perform tanpa sibuk sama sorotan kamera dan rekam-rekam.

Total ada 5-6 lagu kayaknya yang dibawain di mini perform. Salah satunya Flying High, single original kedua JKT48. Aduh... aku lupa lagi apa-apa aja lagu yang dibawain.

Overall, JKT48 Tour Jogja lancar. Fans tertib. Enggak ada insiden kayak di JKT48 Tour kota sebelumnya. Alhamdulillah aman dan nyaman juga memuaskan.

Jogja, 26 Desember 2022

CERITA DI SEMBILAN

Ada cerita apa aja di sembilan? Eh, tunggu. Sembilan? Nama tempat? Bukan. Sembilan. Angka sembilan. Emang kenapa sama angka sembilan?

Angka yang mendekati sempurna. Nilai 9 sanggup membuat si peraihnya tersenyum. Bisa membuat orang tuanya bangga. Ada yang angka favoritnya 9. Dan sembilan-sembilan yang lain.

Hari ini sembilan resmi menjadi milikku. Setelah sebelumnya banyak cerita di 9, 19, dan sekarang 29. Cerita yang baru sebagai manusia yang semakin dewasa.

29 ya? Rasanya mengalir begitu cepat. Delapan baru saja resmi menjadi kenangan untukku. Sembilan siap menantikan banyak cerita. Apakah salah satunya adalah menikah?

Kebanyakan cerita di 29 adalah menjadi manusia yang berumah tangga. Bertanggungjawab bukan hanya untuk dirinya sendiri tapi juga orang lain yang sudah mengikat janji suci dan manusia baru yang Allah titipkan.

Rasanya takut ya menjadi semakin dewasa. Tanggung jawab semakin besar. Sebenarnya enggak semenakutkan itu. Sama aja kayak waktu baru memiliki angka delapan. Ada ketakutannya juga, 'kan? Nyatanya berhasil melewatinya. Ada baik, buruk, tapi banyak yang baiknya.

Selamat datang di sembilan. Ada debar yang berbeda dibanding saat memiliki 9 atau 19. Semoga di sembilan ini ada banyak cerita baik untukku, untuk kita.

Jogja, 16 Agustus 2022

AKU DATANG (SENDIRI)

Sepanjang aku bisa mengingat, pertama kali dapat undangan pesta pernikahan a.k.a kondangan waktu SMP. Anak tetangga yang menikah waktu itu. Walau enggak seumuran tapi aku dan dia bisa dibilang teman main walau enggak lama.

Rasanya deg-degan waktu diundang ke kondangan pertama kali. Aku? Diundang ke nikahan seseorang? Apa artinya aku sudah gede? Begitu yang aku pikirkan kala itu.

Undangan kedua dan selanjutnya tentu enggak semendebarkan itu. Mulai dari undangan kondangan teman sekelas di SMA, teman kuliah satu angkatan, teman kuliah lintas angkatan, teman dari komunitas, teman dari ini... itu... hingga sampailah aku di titik memenuhi undangan ini sendirian.

Bukannya aku enggak ingin pergi bersama tapi waktunya enggak pas. Si A enggak bisa, si B enggak bisa juga, si C masih abu-abu. Akhirnya aku (memberanikan diri) datang ke kondangan sendirian.

Aku tetap menikmati. Bukan berarti aku tersiksa menjalaninya. Aku tahu pasti ada pikiran yang berkomentar ini dan itu. Aku enggak bisa mencegah pikiran orang lain. Biarlah dan (mencoba) bersikap bodo amat.

Datang ke lokasi naik Gojek. Aku enggak paham lokasi kondangannya. Nama tempatnya sih enggak asing. Secret Garden. Daripada aku lama di jalan dan berusaha membaca Gmap sebaik yang aku bisa, aku memilih diantar Gojek. Pasti sampainya.

Sebelum berangkat, aku sempatkan makan malam dulu. Acaranya sore menjelang malam. Walau aku tahu di sana pasti ada makanan tapi seenggaknya perutku enggak keroncongan duluan.

Sampai di lokasi, tentu saja pesta sudah dimulai. Aku melangkah menuju meja tamu. Mungkin aku satu-satunya yang datang sendiri. Rasanya agak canggung tapi aku berusaha menciptakan rasa nyamanku sendiri.

Saat memasuki sesi bersalaman dan mengucap selamat kepada kedua mempelai, aku dengan riang memasuki barisan. Aku berbeda sendiri. Dalam barisan menuju ke kursi dua mempelai, aku enggak kenal siapa pun. Seorang cewek yang mengatur barisan sempat mempertanyakanku sama rombongan cowok di belakangku.

"Bukan. Dia bukan teman kami." Begitu mereka kompak menjelaskan. Ya, aku memang enggak kenal mereka. Biarlah mereka mengomentariku dengan pikiran-pikirannya.

Sampai di hadapan dua mempelai, aku menyapa dengan riang, mengucap selamat, dan menepi. Enggak ada sesi foto karena aku datang sendiri. Enggak apa-apa. Aku tetap menikmatinya.

Beruntung sekian menit setelah sesi salaman dan mengucap selamat, saat aku sudah menghabiskan seporsi Selat Solo, aku bertemu dengan orang-orang yang aku kenal. Aku enggak sendiri lagi.

Sepanjang sisa acara aku bareng mereka. Bella, Halwa, Mbak Ken (yang baru pertama kali kami say hi), Alif, Isna, Tiara Apriani, dan Nuzula (yang aku sempat lupa namanya saat kami saling menyapa). Aku lebih banyak ngobrol sama Alif. Banyak yang kami ceritakan. Dari Rasida, siaran di radio, dan cerita-cerita lalu yang kembali diceritakan hari itu.

Aku beruntung (masih) bisa bersalaman dengan kedua mempelai dan mengucap selamat. Berkat memasuki barisan yang enggak seharusnya aku ada di sana. Bisa jadi langkah yang aku terapkan saat datang ke kondangan sendirian lagi nanti.

Kalau datang sendiri, kalau mau bersalaman dan mengucap selamat memang harus lihat situasi. Ah, enggak apa-apa ding ikut barisan yang enggak dikenal. Tujuannya salaman dan mengucap selamat. Foto bersamanya mau enggak mau skip dulu.

Ini adalah kali pertama aku datang ke kondangan sendirian. Tentu beda rasa kalau dari awal kedatangan aku bersama orang yang aku kenal. Seperti sebelum-sebelumnya.

Nanti kalau ada undangan kondangan (lagi) dan aku (harus) datang sendirian, enggak jadi masalah. Enggak ada salahnya datang ke kondangan sendirian. Enggak merugikan siapa-siapa juga.

Iya, 'kan?

Jogja, 6 Juni 2022

SEBUAH JERAT BERNAMA HUTANG

Sebisa mungkin berusahalah biar enggak terjerat hutang. Jangan sekali-kali mendekati hutang kalau memang enggak mendesak. Jadi kalau mendesak boleh?

Susah sih ya. Susah-susah gampang. Apa sih yang membuat kita terjerat hutang? Kebutuhan? Keinginan? Enggak bisa mengatur keuangan sendiri dengan baik? Ada banyak alasan dan setiap orang punya ceritanya sendiri.

Aku ada seorang teman. Sebelumnya hutang yang dia punya adalah Gopaylater dan beberapa pinjaman ke teman dan saudara. Dia selalu tepat waktu membayar hutangnya. Kalau ada kendala, dia langsung berkabar. Bersyukur banget teman dan saudaranya bisa memahami.

Akhir tahun 2021, keuangan dia berubah. Keuangannya enggak sebanyak sebelumnya. Hutang Gopaylater dan pinjaman ke teman dan saudara berubah menjadi hutang di pinjaman online. Dia mengakui sangat payah mengatur keuangan. Sekarang dia harus rutin membayar tagihan sampai tahun depan. Ada 9x tagihan yang harus dia bayar. Totalnya berkali lipat dari yang dia pinjam.

Dia bilang hutang di pinjaman online sebanyak Rp3 juta dengan cicilan tagihan Rp660 ribu selama 9x. Total ada Rp5 juta lebih. Angka yang mengejutkan karena hutang dia enggak sampai di angka Rp5 juta. Begitulah sistem pinjaman online. Bisnis tetaplah bisnis.

Sekarang dia berusaha mengatur keuangannya sebaik mungkin. Membayar tagihan rutin setiap bulan, menghindari menambah pinjaman, dan berusaha menabung sedikit demi sedikit. Dia ingin punya penghasilan lain sama seperti sebelumnya. Semoga bisa mendapatkan sesuai dengan yang diinginkan ya.

Oh iya dia berhutang dengan tagihan 9x demi membayar hutang. Gali lubang dan tutup lubang. Mungkinkah lingkaran setan ini akan terputus? Semoga ya. Mari kita doakan.

Hidup tanpa jerat hutang pasti sangat mungkin. Bersyukurlah kalau kamu enggak punya hutang. Berusahalah terus agar hutang yang kamu punya bisa lunas. Jangan lari dari tanggung jawab. Membayar hutang itu wajib hukumnya. Jangan main-main.

Cerita dari seorang teman ini membuatku lebih peduli dengan keuangan diri-sendiri. Gimana cara aku mengatur keuangan? Hutang apa saja yang harus dibayarkan? Gimana tabungan? Hidup bukan hanya untuk hari ini. Menabunglah selagi bisa. Sebuah catatan buatku yang susah sekali bang-bing-bung yuk kita nabung.

Semoga kita bisa terhindar dari jerat hutang. Semoga yang masih terikat hutang bisa melunasinya tepat waktu. Jangan coba-coba bermain mendekati hutang. Jangan. Kalau memang siap terjerat hutang, pahami konsekuensinya dan bertanggungjawablah.

Jogja, 2 Juni 2022

PERKENALAN DENGAN EMPAT KATA

S-e-k-s. Kapan ya pertama kali aku mengenal seks? Dalam artian mendapat edukasi tentang seksualitas. Tentang do dan don't yang harus aku tahu.

Entah aku enggak bisa mengingatnya. Sejak kecil aku enggak pernah merasa ingat dapat edukasi seks. Alhamdulillah masa kecil dan masa remajaku berjalan biasa. Normal tanpa ada kejadian yang membuatku syok, traumatis, dan semacamnya, khususnya yang berhubungan dengan seks.

Waktu SMP, aku ingat pas rambut di sekitar penisku mulai tumbuh. Gatal banget! Mungkin terdengar menggelikan. Apa fase ini termasuk bagian dari edukasi seksualitas? Aku menjalani masa kecil belum kenal cinta-cintaan. Belum kenal getar-getar di dada saat melihat dia.

Perubahan bagian tubuh, salah satunya tumbuh rambut di tempat yang sebelumnya enggak ada, mungkin bukan bagian dari edukasi seks tapi edukasi pubertas. Mungkin ya. Waktu itu aku benar-benar melaluinya bersama waktu. Mengalir aja gitu.

Sempat ada rasa enggak nyaman waktu orang lain menyadari bulu kakiku mulai tumbuh. Seingatku sebatas itu. Enggak sampai bikin aku krisis kepercayaan diri yang parah. Sempat ada enggak pedenya sih. Bahkan sampai aku cukur habis bulu kakiku waktu itu.

Masuk masa remaja sudah ada tuh getar-getar cinta. Aku ingat di kelas 7 ada yang membuatku merasakan perasaan yang berbeda. Kelas 8 juga sama. Aku waktu itu enggak menggebu-gebu menerimanya. Let it flow banget. Galau karena cinta mungkin cuma seujung kuku. Entah bisa dibilang galau apa enggak.

Aku enggak ingat dapat edukasi seks apa enggak tapi sepanjang aku bisa mengingat, aku sudah tahu batasan-batasan tentang seksualitas. Aku menjalani masa remaja enggak dengan rasa penasaran yang begitu besar tentang seks. Lagi-lagi aku bilang, "Let it flow banget."

Alhamdulillah aku juga menjalani dua masa ini tanpa rasa trauma yang berhubungan dengan seks. Alhamdulillah berjalan dengan baik. Sekarang aku jadi bertanya-tanya, "Edukasi seks seperti apa ya yang dulu aku dapatkan? Pernahkah aku mendapatkannya?"

Temanku pernah bilang, waktu SMP dia mengira cowok dan cewek tidur bersama, benar-benar tidur dalam arti yang sebenarnya, bisa terjadi kehamilan. Aku enggak pernah terbersit pikiran itu. Semua pemahaman yang berhubungan dengan seks seperti datang dengan sendirinya seiring berjalannya waktu dan bertambah usia.

Edukasi seks memang penting dilakukan sejak kanak-kanak. Harus tahu mana bagian tubuhnya yang hanya boleh dilihat diri-sendiri dan dilarang disentuh orang lain. Dulu aku enggak dapat pemahaman ini. Mungkin karena aku cupu? Waktu remaja aku enggak menggebu-gebu urusan percintaan. Sementara temanku ada yang jadi gundah gulana karenanya.

Sekarang gimana pemahamanku tentang seks? Yah... aku bukan lagi anak-anak dan remaja. Aku sangat memahami batasan dan yah... begitulah manusia dewasa memandang empat kata: s-e-k-s.

Bukan cabul ya. Pastinya memahami dan enggak lagi banyak pertanyaan. Tinggal menunggu waktu saat itu datang. Ya, menunggu waktu. Waktu apa nih? Yah... sebagai manusia dewasa pasti tahulah ya. Walau enggak semua manusia dewasa juga berpikir demikian ya.

Jogja, 1 Juni 2022

PERTEMUAN ORANG-ORANG DARI MASA LALU

"Silaturahim harus dijaga sejak sekarang. Kalau sudah tua nanti bakal susah menyatukan kita kembali." Hisdan, Sang Presiden Direktur Alumni KPI 2011 menuturkan sepatah-dua patah kata. Sebuah kalimat yang ada benarnya. Selagi kita masih ada kesempatan bertemu, kenapa enggak?

Bahkan Halal Bihalal KPI 2011 a.k.a reuni ini benar-benar sengotot itu harus diadain. Makasih, Andy, sudah menyatukan kami, walau hanya sekian orang yang bisa datang dari 300 lebih yang sekarang berada di berbagai tempat.

Sekitar 15 orang mungkin yang bisa datang. Andy, Ifa, Indah, Dupi, Derry, Aris, Akbar, Ahmad, Sidiq, Hisdan, Ina, Nay, Shofi, Farikh dan istrinya, dan tentu saja aku. Ada empat, eh... enam kayaknya yang bukan KPI 2011 tapi ikut memeriahkan pertemuan ini. Teman-teman Andy sepertinya. Salah duanya memecah sunyi dengan nyanyian dan petikan gitar.

Alhamdulillah pertemuan yang layak untuk dikenang-kenang. Aku bersyukur bisa datang. Padahal sempat ada perasaan mager. "Apa aku enggak jadi datang aja ya?" Begitulah sekilas lewat batinku bicara.

Entahlah aku mendadak ada perasaan ogah gitu. Alhamdulillah berhasil aku tangkis karena momen ini adalah kesempatan yang mungkin bisa datang lagi tahun depan. Bahkan mungkin bertahun-tahun ke depan.

Pertemuan kami ini ditemani barbeku dan sukiyaki. Meminjam kantor punya BebasJamKerja HQ (yang dimotori Andy, Aris, and friends), kami berkumpul, melempar canda, tertawa, dan saling bertanya apa kabar.

Enggak ada si superior. Semuanya menyenangkan karena masing-masing paham apa yang perlu ditanyakan dan apa yang sebaiknya cukup disimpan. Reuni skala kecil yang so fun. Apakah kalau reuni besar-besaran (bahkan satu angkatan aja) akan sama-sama se-fun ini? Semoga ya.

Selain ditemani daging-dagingan dan mie-miean dan teman-temannya, ada juga seporsi risol dan pasukan keripik dan cemilan. Kenyang, alhamdulillah. Aku yakin enggak ada yang dibuang walau di akhir masih menyisakan sukiyaki. Semoga sukiyakinya aman dari ancaman pembuangan.

Pertemuan skala kecil begini membuat kami lebih intim. Ada kelucuan yang bisa diketawain bareng. Ada obrolan yang bisa diikuti bersama. Tanpa gap, tanpa sekat, seolah kembali ke masa kami masih menjadi Mahasiswa Strata 1. Ah, lebih pasnya kembali ke masa Semester 1, 2, atau 3. Saat kami belum sesibuk itu dengan urusan perkuliahan. Saat kami masih duduk lesehan bersama di depan kelas setelah dihajar 4 SKS kuliah.

Andy dan Aris yang sedang berkembang bersama BebasJamKerja HQ. Sidiq 'Sukir' yang fokus sebagai author cergam (istilah ini aku ambil dari penjelasan Bumilangit tentang penyebutan komik dari Indonesia, kayak penyebutan manga buat komik Jepang). Derry dengan bisnis barber shop.

Ahmad dengan situs bisangaji.com dan kesibukan di Masjid Nurul Asri. Hisdan dengan kedai kopinya (walau tadi aku enggak nanyain tapi seingatku Hisdan punya bisnis kedai kopi). Akbar, Indah, Ina, Ifa, Dupi, Farikh dengan segala hal, apapun itu, yang menjadi kesibukan. Kami benar-benar memposisikan diri sama tinggi. Bukan si superior walau aku tahu nyata adanya di antara kami. Aku merasa sikap rendah hati enggak perlu koar-koar 'akulah si superior'.

Nyam-nyam yang kami adakan kali ini kayaknya disponsori sebagian sama Farikh. Andy bilangnya begitu. Sebagian sisanya patungan dari kami dengan nominal bebas. Aku lebih suka bilang 'bebas' dibanding 'seikhlas'nya.

Awalnya pas aku tahu patungan bebas, aku membatin, "Kenapa enggak ditentuin aja sekian harga?" Nominal 'seikhlas'nya atau sepantasnya? Aku enggak lihat pantas atau enggak bukan berdasarkan nominal dari teman-teman.

Aku merasa dengan sajian daging-dagingan dan sukiyaki ditambah risoles dan aneka keripik cemilan, 50K adalah best deal. Bisa dibilang lebih murah malah dibanding datang langsung ke resto. Aku lihat sekilas, teman-teman juga memilih nominal 50K. Ada juga yang 100K. Menurutku ini best deal dan enggak kemahalan. Wajar malahan.

Pertemuan singkat. Mungkin tahun depan baru ada lagi sebuah pertemuan. Andy sempat bilang bakal ada pertemuan lagi saat anaknya lahir di Agustus nanti. Tentu beda rasa pertemuan ini dengan pertemuan yang mungkin terjadinya di tahun mendatang.

Sampai jumpa, teman-teman. Tetaplah terhubung. Tetaplah menjadi bagian dari cerita yang suatu hari akan kita satukan kembali.

Jogja, 31 Mei 2022

YANG NAMANYA DIAM-DIAM

Ada yang bilang Maudy Ayunda diam-diam, eh... tahu-tahu nikah sama cowok Korea yang spesifikasinya keren banget. Yakin Maudy Ayunda dan yang lainnya diam-diam terus voila~ jadilah?

Enggak sih. Pasti dibalik itu semua ada perjuangan yang bahkan mungkin berdarah-darah. Perjuangan yang enggak harus semua orang tahu. Kita tahunya ya jalan mulusnya saja yang ditampilkan media sosial.

Wajar banget. Namanya juga media sosial, tentu tiap orang punya kebijakan sendiri mau posting apa. Yang enggak enak-enak mau diposting? Silakan. Buat yang dibilang 'diam-diam terus bla bla bla' adalah orang yang lebih memilih enggak mempublikasikan proses dibaliknya.

Lagian media sosial hanya untuk menampilkan yang bahagia-bahagia, yang menyenangkan-menyenangkan, walau ada juga yang sebaliknya.

Yang dianggap 'diam-diam' bukan berarti tanpa usaha. Apa yang dilakukan juga bukan berarti selalu mudah dan lempeng mulus kayak jalan tol. Maudy Ayunda dan juga Maudy Ayunda lain pasti mengalami naik dan turun mendaki gunung dan lewati lembah dalam menjalani prosesnya.

Kalau ada orang yang julid, "Ih, kok diam-diam bisa ini sih?" Kita sendiri yang ngerasain prosesnya, beneran cuma bisa senyumin aja. Ada yang dianggapnya enggak melakukan apa-apa tapi segala perabot buat di rumah lancar banget datang langsung dari toko.

Ini juga termasuk 'diam-diam' itu sih menurutku. Bukan cuma versi Maudy Ayunda. Orang julid pasti bilang bla to the bla. Dia enggak tahu proses dibaliknya kayak gimana.

Beneran deh kalau ada orang (julid) mempertanyakan 'kok bisa sih' dan seolah menganggap kita 'diam bae' rasanya lucu banget. Enggak semua proses harus diperlihatkan. Enggak semua urusan dibalik media sosial ikut ditampilkan.

Jogja, 30 Mei 2022

RAFTING DI SUNGAI ELO SETELAH SEKIAN PURNAMA

Ini adalah kali kedua aku ikut rafting di Sungai Elo, Magelang. Pertama kali rafting sekian tahun lalu. Ngng... mungkin 2017/2018. Rafting yang kedua diadain sama Jogoboro UPT Cagar Budaya. Lebih tepatnya PT yang menaungi Jogoboro.

Enggak kayak rafting waktu itu, tim W cuma dikasih kuota tiga orang. Awalnya aku ogah ikutan. Masih kebayang siang-siang tengah hari yang panas dikumpulin di tanah lapang dan baris-berbaris. Raftingnya sih seru tapi no thank you buat pendisiplinan baris-berbarisnya.

Ternyata aku salah ingat. Baris-berbaris itu beda kegiatan. Bukan rafting yang kali pertama. Aku oke deh ikutan rafting. Walau ada was-was juga sama kebarbaran pas rafting. Aku enggak bisa berenang. Iya sih pake pelampung tapi tetep aja nyemplung di sungai bikin aku takut.

Selasa, 25 Mei 2022 pagi kami berkumpul dan bersiap berangkat ke area rafting di Sungai Elo. Jogoboro, Tim W, Tim CCTV, Tim Staf, berkumpul di Parkir Abu Bakar Ali. Jam 6.30 pagi berangkat pakai bus tanpa AC. Rencana sih jam 6.30 tapi waktu itu molor deh. Jam 7 pagi kayaknya baru otw ke Sungai Elo.

Perjalanan dari Malioboro ke area rafting Sungai Elo sekitar 1 jam. Mungkin kurang dari itu tapi mendekatilah. Sampai di lokasi, langsung menuju ke satu pendopo yang udah disediakan coffee break. Ada teh manis hangat, setup hangat (minuman dari jambu kalo enggak salah), keripik pisang, gorengan mirip galundeng tapi ada isian sayuran kayak risoles, sama roti yang rasanya kelapa, entah apa namanya.

Abis coffee break sekitar... hmm... 15 menit? Kami siap rafting. Semua berkumpul di lapangan kecil. Pakai pelampung dan helm pengaman. Masing-masing udah siap dengan satu dayung. Ada yang ujungnya warna kuning, ada juga yang biru. Dayungku warna biru.

Persiapannya enggak lama kayak di rafting pertama. Eh, enggak juga deh kayaknya. Sama aja kurang lebih. Setelah semua siap dengan pelampung, helm pengaman, dan dayung, kami berangkat menuju lokasi rafting Sungai Elo naik angkot. Masing-masing angkot ada dua tim. Satu tim ada empat orang.

Kira-kira 25 menitan menuju lokasi rafting dan sampailah di tujuan. Di sini persiapannya agak lumayan lama. Semua udah siap. Tinggal berangkat. Setelah nunggu sekian menit, rafting dimulai. Aku satu tim sama Mas Krishna, Mbak Iham, dan Mas Fikri 'Jogoboro'.

Was-was jadi korban kebarbaran bikin aku enggak nyaman. Berharap banget aku bisa lolos dari cengkeraman ini. Bukan barbar yang sampai melukai dan sejenisnya tapi berlomba menarik satu sama lain biar nyemplung ke sungai. Asal aku enggak jadi korban barbar enggak masalah. Tetap chill.

Alhamdulillah aku aman. Sepanjang rafting, walau ada momen perahu karet timku hampir dibalikin sama tim lain, aku bersyukur banget enggak jadi korban ditarik nyebur ke sungai. TBL... TBL...

Pemandu rafting timku namanya Mas Juni. Enggak 'aneh-aneh' untungnya. Selesai rafting Mas Juni enggak iseng ngebalikin perahu. Fiuuuh... lega rasanya. Pas aku bilang takut ditarik nyebur ke sungai, Mas Juni bilang jangan nunjukin kalo takut biar enggak jadi sasaran empuk tim lain.

Sempat merasakan kebarbaran tapi alhamdulillah masih aman. So far so good. Kenapa sih enggak rafting yang elegan ala jamuan minum teh? Damai tanpa barbar. Cuma dirasa enggak seru kali ya kalo enggak ada yang ditarik nyebur ke sungai.

Rafting ini jaraknya 12 kilometer sekian. Di tengah-tengah rute kami berhenti buat istirahat. Ada kelapa muda, gorengan mirip galundeng dengan isian sayur kayak risoles, dan nagasari. Semua khusyuk menikmati sajian. Sayangnya Pemandu enggak menikmati yang kami rasakan.

Mas Krishna sempat nanya sama Mas Juni setelah istirahat selesai. Kata Mas Juni, rugi nanti kalo Pemandu juga dapat kelapa muda. Cukup air putih, katanya. Agak sedih dengarnya karena enggak sama-sama menikmati kelapa muda. Berasa tega sekali.

Sepanjang menyusuri Sungai Elo, Mas Juni sempat menjelaskan macam-macam. Ada bagian belakang Candi Mendut, bilik mandi warga, alasan warga sekitar masih mandi di sungai padahal kamar mandi di rumah masing-masing juga ada, sampai tentang rumah yang tinggal menunggu waktu buat longsor tanahnya.

Rumah ini serem sih jadinya. Posisinya benar-benar di pinggir sungai yang tingginya udah kayak jurang. Mas Juni bilang, dulu jarak rumah ini sama pinggir sungai lumayan jauh tapi karena longsoran akibat hujan, jadinya pinggiran sungai semakin mendekati rumah.

Rafting yang menyenangkan. Arus jeram? Apa ya namanya? Air yang enggak tenang gitu deh. Kunci dari menguji adrenalin lewat rafting. Masih aman banget arusnya. Bukan yang gede banget tapi bukan yang kecil juga. Cukuplah ngebuat aku deg-degan melewatinya.

Setelah entah berapa jam, ada kali ya satu jam lebih, rafting selesai. Enggak ada Pemandu yang iseng ngebalikin perahu. Makasih, Mas Juni. Sampai ketemu mungkin di lain waktu ya. Tepat di garis akhir rafting ada kolam yang cukup luas. Teman-teman asyik melompat ke kolam. Mbak Iham bahkan sampai santai mengambang pakai pelampung. Aku cukup duduk menikmati dari jarak sekian meter. Ikut merasakan euforia kecipak-kecipuk di kolam walau aku enggak merasakannya secara langsung.

Setelah ngebilas badan dan ganti baju, kami makan siang di pendopo. Ada ayam bakar dan gorengan, kayaknya risol, dan juga lantunan lagu dangdut. Ada dua biduan yang menghibur di tengah makan siang kami.

Rafting kali ini enggak ada tambahan kegiatan kayak waktu itu. Rafting kali pertama kayaknya ada semacam outbond gitu. Permainan beregu dan seru-seruan. Pulangnya sore banget. Lewat waktu maghrib. Sementara rafting kali kedua ini pulangnya menjelang sore. Sampai di Parkir Abu Bakar Ali sekitar jam 15.30.

Menyenangkan. Ada capeknya, telapak tanganku sampai pegal efek mendayung, ada happy, so far enggak ada yang mengecewakan. Alhamdulillah.

Sampai bertemu di rafting selanjutnya. Semoga ya.

Jogja, 26 Mei 2022

TENTANG FILM KKN DI DESA PENARI

KKN di Desa Penari berawal dari thread di Twitter yang ditulis akun bernama @SimpleM81378523. Pertama kali thread KKN di Desa Penari trending di Twitter, enggak perlu menunggu lama juga trending di media sosial lain. Banyak yang membicarakan thread KKN di Desa Penari yang konon berdasarkan kisah nyata.

Awal aku tahu SimpleMan sejujurnya ada rasa greget. Siapa sih dia? Terlihat sangat anonim. Ava Twitternya juga entah sosok SimpleMan yang sebenarnya apa bukan. Bahkan sejak awal aku tahu SimpleMan sampai sekarang avanya enggak berubah.

Boomingnya thread KKN di Desa Penari sampai dijadikan novel dan film. Lumayan berjuang juga film karya Awi Suryadi ini biar bisa tayang. Rencana tayang pertama kali bukan tahun 2022 tapi tahun sebelumnya. Mungkin 2020 atau 2021. Pandemi membuat film KKN di Desa Penari menunda perilisan.

Saking seringnya ditunda enggak jarang warganet yang skeptis sama film horror ini. Ada yang menunggu dengan antusias, ada juga yang tersenyum sinis meragukan film yang ditunda lebih dari satu kali. Rekor kali ya sebagai film yang paling banyak ditunda.

Pasti ada alasan film KKN di Desa Penari ditunda rilisnya, selain karena pandemi. Mungkin pandemi memang alasan utama film ini terus ditunda. Sampai akhirnya di tahun 2022, setelah kondisi semakin menyesuaikan dengan pandemi dan dianggap membaik dibanding sebelumnya, film KKN di Desa Penari resmi rilis.

Mei 2022 menjadi bulan bersejarah buat film (horror) Indonesia. Setelah sebelumnya film Pengabdi Setan menjadi film (horror) terlaris sepanjang masa, kali ini film KKN di Desa Penari merebut rekor. Ya, film yang ditunda terus perilisannya ini resmi menjadi film (horror) terlaris sepanjang masa. Ada 6 juta lebih penonton yang ikut menciptakan rekor baru ini.

Hype yang sangat luar biasa menurutku. Tiket film KKN di Desa Penari selalu habis. Show paling banyak di Theater. Bahkan film Doctor Strange in the Multiverse of Madness bisa dikalahkan film KKN di Desa Penari. Awalnya justru film KKN di Desa Penari diragukan dan banyak yang skeptis karena tayang bersamaan dengan film dari Marvel Cinematic Universe.

Fakta berkata lain. Antusias penonton luar biasa. Bangga juga film Indonesia bisa seheboh dan serame ini bahkan mengalahkan film dari luar yang selalu dianggap superior. Aku menjadi salah satu diantara 6 juta sekian penonton yang ikut membuat sejarah baru perfilman Indonesia.

Menurutku film KKN di Desa Penari worth it ditonton. Enggak sejelek itu. Aku kasih 8/10. Horror yang dibangun tetap membuatku sembunyi dibalik jaket tapi bukan horror yang sangat menghantui penontonnya. Pesan yang aku dapat di film ini juga ngena banget.

Hormatilah setiap aturan di mana pun kita berada. Hormati setiap tempat yang kita datangi. Walau terdengar lelucon, enggak masuk akal, atau apalah itu, menghormati adalah kunci. Jangan sembarangan. Jangan asal-asalan.

Ayu dan Bima yang malang. Widya yang menjadi saksi hidup kemalangan Ayu di dunia lain. Nur yang bisa menarik perhatian "mereka" tapi sosok Mbok Penjaga membuat dia ada dalam situasi "aman". Wahyu yang nyebelin dan pengen aku 'hiiih' rasanya. Anton yang ternyata adalah...

Khusus Anton aku benar-benar enggak nyangka. Calvin Jeremy yang ada dalam benakku bukanlah seperti itu. Calvin Jeremy yang melekat di mataku adalah sebagai penyanyi. Aku suka lagu Berdua. Lagu yang easy listening dan punya lirik yang ngena di hati. Bukan satu kali kiprah akting Calvin Jeremy enggak aku sadari. Sebelumnya di film... Dua Garis Biru? Mariposa? Calvin Jeremy benar-benar bikin aku ternganga.

Ada banyak yang bilang film KKN di Desa Penari begini dan begitu. Lebih cocok jadi film azab di Indosiar dibanding jadi film horror, dialog Bahasa Jawa yang enggak konsisten, dan lain-lainnya. Buatku film KKN di Desa Penari tetap worth it. Pemandangan alam pedesaannya sejuk dan menyenangkan.

Overall, aku suka film ini. Pasti ada kekurangan dan bala-balanya tapi buatku sama sekali enggak sia-sia beli tiketnya. Walau bukan film yang membuatku antusias menggebu-gebu pengen nonton, jujurly aku kena efek hypenya. Good job!

Katanya bakal ada film lain yang mengadaptasi thread SimpleMan. Apakah bakal sebooming film KKN di Desa Penari?

Jogja, 18 Mei 2022

AKHIR DI AWAL

Februari pertengahan kemarin, kalo enggak salah, aku memulai hari pertama sebagai Content Creator di Portal Purwokerto, jejaringnya Pikiran Rakyat. Artikel pertamaku tentang series Stranger Things. Fakta-fakta mengenai series ini.

Mbak Gesti, Editor Portal Purwokerto, bilang artikel pertamaku itu dapat sambutan yang oke. Views-nya bagai gayung bersambut. Aku tentu saja tersenyum bangga mendengarnya.

Artikel keduaku tentang Red Velvet sepertinya. Red Velvet yang merilis single/album baru. Aku bukan fans K-Pop banget tapi aku suka. Masih ingat semangatnya aku nulis tentang Red Velvet.

Pernah juga nulis tentang Bae Suzy yang rilis lagu baru. Ngambil sumbernya di Twitter sama Soompi kalo enggak salah. Eh bukan, tapi media online Korea yang namanya aku lupa. Bukan Soompi deh.

Salah satu aturan menjadi Content Creator PRMN a.k.a Pikiran Rakyat Media Network, sumber tulisan enggak boleh dari media kompetitor. Kompas, CNN Indonesia, Tribun, Republika, dan teman-temannya masuk dalam blacklist. Maksudnya enggak boleh dijadikan sumber artikel.

Nulis tentang kesehatan juga enggak boleh ambil sumber di Halo Dek, eh maksudnya Halo Dok. Sumber yang boleh dan aman sesuai Buku Putih PRMN adalah website luar negeri yang enggak ada versi Bahasa Indonesia.

Soompi, Reuters, Healthline, dan teman-temannya. Betapa pusingnya aku mencari sumber tulisan berbahasa Inggris. Sangat menguras energi. Yah... kemampuan menerjemahku belum serenyah ayam crispy KFC.

Satu-satunya website berbahasa Indonesia yang boleh dijadikan sumber hanya Antara. Aku pernah mengutip beberapa, salah satunya resep makanan ala Jepang. Aku lupa namanya.

Waktu itu aku belum mengandalkan Google Trends dan kueri atau kata kunci. Padahal waktu pelatihan sudah dibahas. Setelah meeting online ke sekian, berkat pengingat dari Mbak Gesti, aku baru mengandalkan Google Trends dan cek kueri.

Harus banget! Apa yang lagi populer? Apa yang lagi dicari warganet? Tulisan tentang apa sih? Kata Mbak Evi, Pemimpin Redaksi Portal Purwokerto, jangan bikin tulisan yang akhirnya jadi "sampah".

Artinya tulisan yang enggak masuk kueri dan enggak berdasarkan Google Trends, ada banget kemungkinan enggak "laku". Jumlah klik sangat menentukan di sini.

Bukan clickbait ya. Bukan sengaja bikin judul tulisan yang membuat orang kena trigger. Makanya Google Trends dan kueri menjadi kunci.

Target setiap hari adalah 10 artikel. Idealnya. Aku belum pernah menulis sampai 10 artikel dalam sehari. Energiku sepertinya enggak cukup banyak untuk itu.

Aku menarget enam artikel sehari. Enggak melulu enam sih faktanya, tapi minimal tiga artikel. Ada hari di mana aku merasa lelah dan memutuskan rehat. Pernah aku rehat Sabtu dan Minggu. Senin adalah hari liburku. Rehat yang panjang.

Gimana enggak panjang? Rehat maksimal itu sehari, kecuali ada urusan tertentu. Perlu izin ke Mbak-Mbak Editor sebenarnya kalo mau rehat sekian hari.

Banyak ilmu yang aku serap dengan menjadi Content Creator di Portal Purwokerto. Banyak cerita yang bikin aku terkenang-kenang. Yah... aku memutuskan mengundurkan diri.

Masih di awal tapi aku memilih untuk mengakhirinya. Aku enggak ingin menulis karena beban. Aku ingin tetap menulis dengan senang. Tanpa tekanan.

Bukan deadline ya. Wajar ada deadline. Bebannya itu lebih ke aku enggak happy. Ada rasa berat yang membuatku enggak merasa ringan.

Bukan alasan ini aja yang membuatku memilih pamit. Aku memilih kesibukan lain. Aku memilih 'rumah' dan cerita lain di luar sana.

Waktu aku izin pamit sama Mbak Gesti dan Mbak Evi, rasanya muncul perasaan lega. Bebanku seolah menghilang. Bukan, bukan aku terpaksa jadi Content Creator. Kali ini tanggung jawab yang baru aku pegang bisa dibilang cukup sampai di sini.

Tetap ada rasa menyenangkan menjadi bagian dari Portal Purwokerto. Walau ceritaku enggak banyak di sini tapi semua kenangannya tetap tersimpan rapi. Sekarang saatnya aku mengenang dan mengingat-ingat masa itu.

Grup WhatsApp Portal Purwokerto masih aku simpan. Aku sudah izin pamit dari grup tapi enggak aku hapus. Biarlah menjadi kenangan yang aku ceritakan suatu hari nanti.

Jogja, 9 Mei 2022

PERASAAN YANG LAIN

Melihat mereka yang menggantikan rasanya ada semacam perasaan enggak rela. Mungkin kalo aku keluar atas kemauanku sendiri beda lagi rasa.

Aku mungkin akan mengenangnya dengan suka cita. Faktanya ada perasaan enggak rela itu karena aku tergantikan. Aku paham. Aku mengerti.

Menggantikan dan tergantikan itu biasa terjadi. Tergantikan secara paksa itu yang mungkin di luar kebiasaan. Dipaksa untuk keluar dari sebuah rumah yang dianggap seperti keluarga.

Makin diingat, makin gedek rasanya. Pelan-pelan harus merelakan sampai perasaan enggak rela itu berubah menjadi perasaan biasa aja. Menunggu waktu.

Termasuk menunggu karma yang akan mendatangi mereka. Siapa yang menanam, dia yang menuai. Oke, cukup. Jangan diingat yang jelek terus.

Masih banyak hal baik yang bisa aku kenang-kenang di sana. Mungkin hal jeleknya enggak sepenuhnya bakal aku lupa tapi jangan juga aku ingat-ingat terus. Cuma capek hati yang ada.

Hal baik yang bisa aku kenang di sana... ah, toilet! Serius toilet? Ya! Toilet di sana menjadi saksi kekonyolanku. Bahkan kalo aku ingat rasanya kayak, "Kok bisa sih aku ngelakuin itu?"

Waktu itu aku dapat siaran pagi. Sengaja aku mandi di sana biar enggak mandi kepagian. Jam 4 pagi mandi itu rasanya super sekali.

Aku masih di tahun pertama siaran. Dulu jam 5-6 pagi muterin rekaman tausiah. Bisa aku tinggal ke mana-mana dong. Termasuk mandi.

Masuklah aku ke toilet. Catat ya, to-i-let. Bukan kamar mandi. Ada kamar mandi di belakang tapi waktu itu aku belum tau.

Toiletnya itu pakai WC duduk. Ada semprotan di sampingnya. Aku pakailah semprotan itu untuk mandi. Bisa dibayangkan air yang seharusnya dipakai buat nge-flush dan cebok, aku pakai buat mandi.

Selesai mandi, Mas Ansory yang tiap pagi bersih-bersih ngasih tau aku jangan mandi di toilet. Saat itulah aku baru tau ada kamar mandi di belakang.

Bayangin mandi di toilet pakai air buat nge-flush. Iya airnya bersih. Bukan air kotor juga. Cuma dipikir-pikir setelah itu bahkan sampai sekarang, bisa-bisanya aku melakukan itu.

Cerita baik lainnya di sana masih banyak. Nanti aku cerita-cerita lagi.

Jogja, 23 April 2022

HASIL PERTAMA

Hasil pertama yang enggak sesuai ekspektasi. Sedih sih ratusan artikel yang aku tulis "hanya" dihargai segitu. Beneran semiris itu.

Yah... walau aku juga tahu yang berhasil dimuat belum nyampe ratusan karena suatu hal.

Balik lagi ke prinsip rajin menulis. Apakah aku masih memegang prinsip ini? Kuncinya memang di page view tapi kuantitas tulisan juga berpengaruh. Kualitas juga tentu.

Rasanya tahu hasil pertama ini mixed feelings banget. Apakah aku akan menyalahkan atau sadar diri usahaku di sini masih belum sekeras itu?

Kenapa kuantitas juga penting? Karena semakin banyak jumlahnya, semakin besar peluang Google untuk melirik dan menjadikannya di urutan pertama pencarian. Hasilnya bisa menambah jumlah page view.

Page view yang ramai tentu sangat mempengaruhi hasil akhir yang biasa disebut payroll.

Oke, aku enggak menyalahkan siapa-siapa. Aku enggak menyalahkan diri-sendiri juga. Sekarang masih let it flow aja. Tunggu sampai bulan ketiga.

Entahlah apakah hasil selanjutnya kalau masih enggak sesuai ekspektasi aku tetap bertahan atau menyerah. Walau kelihatannya bikin artikel segampang itu dengan jumlah kata yang enggak sebanyak itu juga, tapi enggak asal copy kemudian paste.

Ada jerih-payah yang perlu dihargai dan diapresiasi di sini. Mungkin buat yang sudah merasa mendapat penghargaan dan apresiasi akan masuk di zona aman. Sementara buat yang merasa sebaliknya justru terkesan kejam dan setega itu.

Jadi ingat istilah penulis selalu dibayar murah. Kurang penghargaan dan apresiasi. Dianggap "pekerjaan" yang mudah dan gampangan.

Sekarang masih bulan pertama. Ingat terus aja yang sudah masuk di zona aman. Mereka bisa kok. Kamu juga bisa.

Mungkin dengan caramu sendiri.

Jogja, 11 April 2022

KEMBALI KE 2011

Sempat kepikiran kalo teman-teman alumni SMA ngadain bukber terutama alumni yang stay di Jogja, mungkin aku jadi yang paling tua. Teman-teman lulusan 2021, 2020, 2019, aku 2011.

Jauh banget. Berasa tua kalo sama mereka. Faktanya emang aku lebih tua tapi aku enggak merasa setua itu.

Lulusan angkatanku yang masih mau ikutan acara bukber dan semacamnya kayaknya bisa dihitung pake jari. Aku salah satunya. Kecuali bukber seangkatan dan sekelas ya.

Kalo bukber atau acara lintas angkatan, khususnya yang ngadain angkatan di bawahku, mungkin enggak sebanyak itu lulusan angkatanku yang ikut. Jarak angkatannya jauh juga sih.

Aku ngebayangin ada di posisi lulusan angkatan 2021 ngelihat lulusan 2011. Berasa kayak aku ngelihat lulusan 2001. Jauh, 'kan?

Sejauh ini sih belum ada gaung-gaung bukber. Apalagi momennya juga pas banget. Ramadhan.

Mungkin karena masih pandemi. Banyak yang enggak stay di Jogja karena perkuliahan masih banyak lewat online.

Gaung bukber jadi enggak kedengeran. Tahun 2021 ada bukber sama alumni SMA enggak ya? 2020? 2019? 2018 kayaknya ada sih.

Kalo ada bukber lulusan SMA-ku kemungkinan aku datang. Lihat sikon juga sih. Mungkin yang datang bakal dominan angkatan di bawahku jauh.

Lulusan angkatanku kebanyakan mungkin udah sibuk sama urusan keluarga. Sibuk sama kehidupannya masing-masing.

Aku ngebayangin yang udah punya keluarga bisa enggak ya keluar sebentar buat pergi sama teman-temannya? Me time tanpa keluarga sesekali boleh, 'kan?

Mungkin bisa. Aku yang belum mengalami aja yang berpikiran sulit. Kalo udah dijalani mungkin enggak sesusah itu.

Kalo ada bukber teman-teman alumni SMA angkatanku terus banyak yang bawa pasangan sama anaknya, rasanya gimana gitu ya. Bukannya ngelarang apa gimana tapi bisa enggak ya acaranya kita-kita aja yang ada di lingkar pertemanan?

Sesekali loh. Ngobrol seru mengenang cerita waktu SMA. Pastu menyenangkan. Waktu emang mengubah banyak hal ya.

Jogja, 10 April 2022

PERGI MENJAUH

Ada satu tweet yang lewat di timeline gara-gara diretweet entah dilike sama teman. Seseorang ditemukan tewas dengan gantung diri. Sebelum menemui maut, dia menuliskan tentang kehidupannya.

Memasuki dunianya dan ikut merasakan apa yang dia rasakan. Semua orang pasti punya masalah. Semua orang juga punya level kekuatan yang berbeda buat menghadapinya.

Dari ceritanya, dia menyibukkan diri di kegiatan kampus. Mungkin ini satu-satunya cara buat dia merasa lebih hidup. Lingkar pertemanan sangat mempengaruhi kekuatan dirinya untuk bertahan.

Satu hal yang aku tangkap dari ceritanya. Saat dia butuh pelukan justru menjauh. Dia enggak ingin menyakiti orang lain.

Dia enggak mau membuat orang lain merasakan sakit yang dia rasakan. Seberapa dalam aku memahami ini mungkin enggak seberapa. Kalo dia menyingkirkan ego ini dan menerima pelukan dari orang-orang di sekitarnya mungkin kekuatan untuk bertahan masih ada.

Satu hal lagi. Dia enggak mau dikasihani. Dia enggak mau orang lain melihat dirinya rapuh. Harus ada cara yang pas buat memeluk dia dan dia-dia lainnya tanpa merasa dikasihani.

Jalan hidupnya dari cerita yang aku baca memang berat. Menanggung beban di pundaknya sendirian. Tumbuh tanpa ayah dan ibu pasti sangat sulit.

Itu yang dia rasakan. Gimana dia berjuang buat dirinya sendiri. Mencoba bertahan dan bertahan. Walau akhirnya dia sampai di titik menyerah.

Dia bertahan dengan menganggap hidupnya sebagai lelucon. Menjadikannya bahan tawa biar enggak merasa yang dia lalui seberat itu.

Aku enggak kenal dia secara langsung. Aku cuma kenal lewat cerita yang dia tulis. Tentang hidupnya yang penuh liku dan cobaan.

Semoga kita tetap mendapat kekuatan buat menghadapi setiap tekanan. Semoga kata menyerah enggak jadi bayang-bayang kita untuk tetap bertahan.

Tuhan enggak ngasih cobaan buat manusia di luar batas kemampuannya. Walau memang saat menghadapinya ada di titik yang seberat itu.

Semoga kita tetap kuat dan bertahan. Jangan dipendam semuanya sendiri. Semoga masih ada tempat untuk berbagi rasa.

Jogja, 6 April 2022

BUKBER

Satu kata yang sering muncul saat bulan Ramadhan: bukber a.k.a buka puasa bersama. Ingat banget waktu tahun-tahun awal lulus SMA, rencana bukber pasti udah bergaung sejak hari pertama Ramadhan.

Entah kenapa memori bukber teman-teman kuliah enggak semelekat itu. Aku justru ingatnya bukber-bukber teman-teman SMA.

Rencana yang berakhir menjadi wacana. Ada juga yang begini. Tetap ada kok yang terealisasi.

Aku ingat bukber teman-teman SMA, teman-teman sekelas lebih tepatnya, waktu tahun-tahun awal lulus. Mungkin masuk di tahun ketiga kali ya. Masih bisa dibilang tahun-tahun awal tuh.

Waktu itu bukber di Alun-Alun Kebumen. Menunya nasi goreng di kawasan Alun-Alun kalo enggak salah. Langsung pesan di hari bukber. Enggak pake booking-booking dulu.

Bukber waktu itu seru. Enggak ada yang namanya riya ini dan itu. Selayaknya ketemu teman yang udah lama enggak ketemu. Seantusias dan seheboh itu, walau enggak semua datang.

Semakin waktu berjalan, satu per satu mulai berubah. Udah jelas. Perubahan itu pasti datang.

Tahun ini undangan atau rencana bukber yang pada masa itu gencar digembor-gemborkan sepertinya udah mulai dilupakan. Kemungkinan tetap ada, tapi mengingat waktu yang sekarang entahlah.

Masing-masing kami udah punya kesibukan yang jauh berbeda dibanding kesibukan di tahun-tahun awal lulus SMA. Prioritasnya juga beda.

Bukber tetap ada buat yang sedekat itu. Aku ada teman yang dekat banget sama teman yang lain. Mereka udah kayak saudara. Keep in touch sampai sekarang. Aku yakin mereka akan ngadain bukber. Walau namanya secara "resmi" bukan bukber.

Tahun ini hampir semua teman sekelasku di SMA udah nikah. Udah punya prioritas yang beda. Rasanya aku enggak percaya diri buat bilang, "Kapan kita bukber, Gaes?" di grup WhatsApp. Menunggu teman yang lain bilang begini juga rasanya enggak bisa diharapkan.

Prioritasnya sekarang berbeda. Aku hanya melihat subjektif sih. Aku belum pernah ngerasain sendiri. Apakah benar se"kaku" itu?

Prioritas yang berbeda, jelas. Apa benar enggak ada waktu buat pergi sama teman-teman setelah punya prioritas yang beda? Mungkin enggak segitunya juga.

Kalo ada rencana bukber, aku sebisa mungkin bakal datang. Kesempatan bertemu kayak gini yang jarang banget bisa didapat sekarang.

Apakah benar-benar ada rencana bukber itu? Selalu ada kemungkinan. Selalu ada kesempatan.

Jogja, 3 April 2022

YANG PALING BANYAK TERTAWA

Benarkah anggapan orang yang paling banyak tertawa adalah orang yang paling banyak sedih? Bisa iya, bisa juga enggak.

Ada kok yang memang tertawa benar-benar murni menertawakan sesuatu yang lucu. Bukan untuk menutupi perasaan kesedihannya.

Ada juga memang yang tertawa untuk menutupi kesedihan. Aku pernah punya teman seperti ini.

Aku melihatnya dari perspektifku sendiri ya. Bisa jadi yang aku lihat enggak sepenuhnya benar.

Waktu SMA, aku ada seorang teman. Cewek. Namanya... Perlu sebut nama? Anonim saja ya.

Dia selalu bikin ketawa teman-teman di kelas. Capek kalau sama dia. Capek ngetawain tingkah kocaknya.

Satu hari terdengar kabar, dia punya masalah di rumah. Katanya, dia mendapatkan pelecehan dari ayahnya sendiri.

Aku lupa ayah kandung atau bukan, tapi waktu itu sempat beredar kabar seperti itu. Dibalik cerianya, ada satu momen yang aku ingat secara samar, tatapan matanya kosong.

Entahlah aku enggak terlalu ingat, tapi kayak pernah ngelihat dia dengan kondisi begitu. Dia juga pernah pingsan waktu ikut kegiatan ekskul.

Aku enggak tahu sakitnya apa. Sepanjang aku kenal dia, enggak ada tanda-tanda dia sakit. Apa mungkin sakitnya karena psikologis?

Aku melihat temanku dari perspektifku. Sangat subjektif. Bisa jadi salah apa yang aku lihat. Bisa jadi ada benarnya walau enggak sepenuhnya.

Aku juga ada seorang teman. Cewek juga. Personanya adalah ceria. Semangat dan keceriaan sudah menjadi image yang melekat pada dirinya.

Aku tahu dibalik personanya itu, dia menyimpan luka. Dia kuat banget. Sanggup bertahan selama ini dengan luka yang mungkin akan seumur hidupnya dia rasakan.

Hanya pertemuan di alam selanjutnya yang membuat lukanya sembuh. Sekuat itu bertahan. Pasti ada alasan yang menguatkan.

Enggak cuma seorang teman, tapi aku punya seseorang terdekat yang juga sama kuatnya. Aku rasa orang lain belum tentu sekuat itu.

Tertawa enggak selamanya menutupi kesedihan. Tetap ada hal-hal bahagia yang dilengkapi dengan tawa.

Untuk yang menutupi kesedihannya dengan tertawa, aku harap kamu bisa baik-baik saja. Aku harap kamu kuat.

Jogja, 30 Maret 2022

CERITA YANG SEBENARNYA

Ada banyak versi dari setiap cerita. Kalo enggak mengalami sendiri, siap-siap menerima versi yang berbeda.

Ada yang memang valid ceritanya, ada juga yang berdasarkan sentimen pribadi. Enggak ada yang 100 persen putih atau hitam.

Rasanya semua menjadi abu-abu. Perpaduan antara putih dan hitam. Ada sisi baik dari sebuah sisi jahat.

Ada juga sisi jahat dari sebuah sisi baik. Sesuatu yang kita enggak tahu dari seseorang sebaiknya enggak perlu dicari tahu.

Khususnya tentang masa lalu seseorang. Sepanjang saat kita bersama dia enggak ada hal-hal yang merugikan, buat apa mengorek masa lalu yang mungkin akan mengubah sudut pandang?

Setiap orang punya masa lalu. Baik dan buruk. Aku menerima versi seseorang yang sekarang tanpa harus cari tahu masa lalunya. Asal hubungan kami enggak ada yang dirugikan.

Normal aja kayak hubungan manusia kebanyakan. Beda cerita kalo dia manipulatif, penjilat, egois, dan sederet sikap lain yang justru menancapkan pisau dari belakang.

Cerita siapa yang harus dipercaya? Berada di posisi tengah mungkin bisa jadi pilihan, tapi mengambil sikap untuk berada di salah satunya juga enggak ada salahnya.

Aku hanya harus ingat enggak ada putih yang benar-benar putih. Enggak ada hitam yang benar-benar hitam.

Manusia selalu punya sisi.

Jogja, 28 Maret 2022

ALASAN BERTAHAN

Sejak jadi content creator di sebuah media daring, semangatku naik dan turun. Sebelum mulai nulis aku semangat. Pasti bisalah nulis 10 artikel per hari.

Aku udah ngebayangin rencana-rencananya. Pembagian waktunya. Ah, indahnya. Nyatanya tidak berjalan semulus itu.

Sampai cerita ini aku tulis belum pernah aku bikin 10 artikel dalam sehari. Alasannya lelah. Membatasi diri sebenarnya.

Aku bisa bikin 10 artikel sehari. Cuma diri sendiri enggak menguatkan. Menargetkannya malah di bawah 10 artikel.

Gimana bisa melewati tantangan kalo diri-sendiri aja udah bikin batasan? Awalnya aku target enam artikel sehari.

Abis itu berubah jadi lima artikel. Akhirnya justru lebih sering enggak nyampe lima. Tiga paling mentok.

Ada aja alasannya. Sumber artikel juga lumayan bikin pening. Nyari sumber di mana? Media ini kompetitor. Media itu kompetitor.

Solusinya cari sumber di media luar negeri yang enggak ada versi Indonesia. Paling aman begini. Cuma aku pusing nerjemah sendiri. Pusing merangkai kata yang enggak kaku.

Media berbahasa Inggris ya. Bukan bahasa yang lain. Bahasa Inggrisku pasif dan PR banget menerjemah, apalagi di media online yang bahasannya berat.

Semacam apa yang sedang terjadi pada dunia. Pusing! Artikel yang aku bikin, 'kan berpedoman sama Google Trends.

Tiap ada trend yang menarik, media-media kompetitor banyak yang ngebahas tapi mereka dapat dari mana? Kalo enggak dilarang ngambil sumber dari kompetitor mungkin aku enggak sepusing itu.

Lagian kompetitor juga ngambil dari media lain, 'kan? Mungkin media daring luar negeri. Cuma lebih sering pas aku baca media kompetitor enggak ngasih keterangan sumber tulisan.

Alasanku (masih) bertahan di sini karena aku percaya pelangi itu akan datang. Akan ada pelangi setelah hujan.

Ibaratnya semangatku kayak roller coaster. Ujian nih. Aku bisa apa enggak melewati hujan ini? Bisa bertahan enggak?

Kalo aku tetap bertahan pelangi itu pasti ada. Datangnya bisa cepat atau sebaliknya. Aku hanya perlu terus berharap pelangi itu benar-benar datang.

Otw, oke tunggu wae.

Sekarang aku ngerjain apa yang bisa aku kerjain. Pembatasan diri dan sejenisnya biarlah. Yang penting aku enggak maksa banget.

Pasti ada rasa 'maksa' itu, cuma kadarnya beda. Aku juga 'memaksa' diri-sendiri tapi masih dalam batas aku mau melakukannya dan enggak berat.

Beda sih kalo aku ngerasa berat ngejalaninnya. Mending enggak usah sekalian.

Jogja, 27 Maret 2022

CERITA YANG DILEPASKAN

Kayaknya cuma di sini aku bisa bercerita lepas. Yang baca ya aku sendiri. Bisa sih dibaca siapa pun tapi entah kapan dan gimana caranya.

Bisa kok kalo bener-bener diseriusin. Monetisasi. Cuma sekarang aku enggak fokus ke arah ini. Ya udah cerita aja lepas tanpa beban.

Enggak sih enggak selepas itu juga. Aku tau tulisan ini ada di ruang publik. Siapa pun bisa baca. Makanya aku enggak benar-benar lepas cerita semuanya. Sedetail-detailnya.

Tetep jujur kok. Cuma ada bagian cerita yang aku simpan buat diriku sendiri. Aku enggak tau nantinya bakal aku ceritakan di sini apa enggak.

Satu keadaan yang menurutku menyebalkan adalah saat kehabisan uang, gajian masih sekian hari lagi, minjam ke orang (yang biasanya aku pinjam) enggak enak, minjam ke orang tua juga enggak enak sebenarnya.

Aku benci keadaan ini tapi selalu terulang lagi dan lagi. Apa yang sebaiknya aku lakukan? Berhemat seperti apa yang enggak bikin aku berputar di lingkaran yang menyebalkan?

Aku tau solusinya tapi enggak mau ngelakuinnya. Masak. Coba masak sendiri. Bisa lebih hemat, 'kan dibanding tiap makan beli di warung?

Satu menu buat makan seharian, misal oseng-oseng kacang panjang sama tempe goreng. Mungkin Rp10 ribu udah bisa dapat dua bahan ini. Dimasak bisa buat sehari penuh. Sarapan, makan siang, makan malam.

Makan di luar bervariasi harganya. Ada yang sekali makan Rp12 ribu. Ada yang Rp15 ribu. Rp20 ribu juga ada. Bervariasi banget tergantung aku makannya di mana.

Aku enggak pernah makan sehari di warung yang sama. Pasti selalu ganti. Misal sarapan di warung jajanan pasar. Makan siang di Warung Rata-rata. Makan malam di warung ayam goreng dan teman-temannya.

Makan di Warung Rata-rata bisa dibilang lebih hemat tapi aku enggak mau tiap makan di sana terus. Menunya enggak pernah ganti. Bisa mati rasa ini lidah.

Di rumah juga masaknya itu-itu aja tapi, 'kan beda. Itu-itu aja tapi variatif. Enggak ngebosenin. Menu di Warung Rata-rata dan hampir setiap warung makan sih pasti menunya sama terus. Bosan.

Kapan ya bisa terbebas dari lingkaran menyebalkan ini? Sejak aku enggak siaran di tempat kedua efeknya berasa. Sekarang udah ada penggantinya tapi bukan siaran.

Penggantinya ini tergantung traffic. Kalo rame bisa cuan. Kalo sepi ya makan tuh ala kadar. Ada loh yang dapat lebih dari yang pernah aku dapat dari siaran di dua tempat.

Kok bisa ya? Kok bisa dia dapat traffic? Aku emang masih baru di sini. Dibanding mereka yang selalu dapat traffic jelas sangat beda. Bahkan aku diantara yang sama-sama baru juga ada di ururan terakhir yang dapat traffic.

Jadi gimana? Apa aku menyerah aja? Antara iya dan enggak. Iya karena aku merasa enggak dapat sesuai yang ekpektasi. Eh, belum ding. Fee pertama di sini aja belum keluar. Enggak tau sih dapatnya sesuai ekspektasi apa enggak.

Harapan jelas pengen sesuai ekspektasi tapi aku sadar diri. Traffic-ku paling rendah dibanding yang sama-sama baru. Apa ekspektasiku bakal jadi nyata?

Memilih tetap bertahan karena aku masih baru di sini. Bertahan dulu sampai sekian waktu. Sampai aku merasa ekspektasi yang aku inginkan enggak tercapai mulu. Siapa tau dengan aku tetap bertahan nantinya aku bisa ngerasain dapat traffic tinggi.

Semoga. Sangat berharap. Tergantung usaha keras juga.

Jogja, 26 Maret 2022

CERITA TENTANG PERPISAHAN

Namanya hidup pasti ada macam-macam fase. Lagi-lagi aku bercerita tentang perpisahan. Kenapa ya?

Waktu masih sama-sama, masih bisa ketemu, dan main bareng, aku enggak ada kepikiran cerita. Sekarang mendekati perpisahan jadi pengen cerita.

Seenggaknya aku bercerita tentang kenangan-kenangan yang pernah kami lalui.

Awal April 2022, aku harus melambaikan tangan sama seorang teman. Namanya Lyn.

Banyak momen yang kami lewati. Walau enggak sebanyak itu, tapi lumayan banyak. Ada momen yang sengaja kami sempatkan waktunya untuk dibikin bersama.

Kebanyakan momen yang aku dan Lyn buat tentang makanan. Mencoba berbagai kuliner yang melintas di timeline Instagram.

Kami pernah jauh-jauh ke Kulonprogo demi Mie Ayam Pakde Wonogiri. Mie ayam yang topping ayamnya penuh sampai tumpah-tumpah.

Seniat itu!

Pernah juga kami datang ke Malioboro nyobain jajanan ala India. Pemilik kedainya asli orang India. Jangan dibayangin jajanan India yang serba pakai tangan itu ya.

Ini beda. Macam jajanannya sih sama, tapi enggak serba pakai tangan secara langsung.

Nobar a.k.a nonton bareng juga pernah. Terakhir kami nonton film Eternals. Semoga bukan benar-benar terakhir.

Nyobain marugame udon, ramen, kantin ala Jepang di Jalan Magelang, kantin ala Jepang yang penuh banget di sore itu, banyak cerita yang aku lewati bareng Lyn. Akhirnya cerita kami harus berhenti dulu.

April nanti Lyn mau ke Jepang. Bukan liburan tapi melanjutkan hidup. Banyak mimpi yang bakal Lyn wujudkan di Negeri Sakura, salah satunya jadi vlogger.

Rencananya awal April nanti aku sama Lyn kembali bercerita. Ada satu tempat makan namanya Kimukatsu yang bakal jadi saksi cerita perpisahan kami.

Aku berharap suatu hari nanti bisa cerita-cerita sama Lyn lagi. Bisa dapat rekomendasi jajanan dan kuliner yang dikirim Lyn lewat DM Instagram.

Semoga.

Jogja, 25 Maret 2022

JADI CONTENT CREATOR

Bisa enggak ya? Bisa enggak ya? Awalnya aku ragu buat ikutan pelatihan content creator dari Pikiran Rakyat Media Network.

Pikiran Rakyat? Terdengar enggak asing, tapi apa? Waktu Mbak Dessi, temanku, ngajakin ikutan pelatihan, aku sempat mikir, berhubungan sama politik, 'kah?

Tentu saja tidak. Pikiran Rakyat adalah sebuah media online yang enggak kalah sama Kompas, Detik, Tempo, dan kawan-kawan. Kenapa enggak kalah?

Cukup bisa diperhitungkan kok. Bukan sekedar media online biasa-biasa. Mungkin secara ranking, bukan yang menjadi nomor satu.

Bisalah sejajar sama media online lain. Eh, ini pernyataan subjektif banget ya. Bukan berasal dari data. Menurutku sih Pikiran Rakyat enggak kalah keren.

Sebelumnya Pikiran Rakyat adalah koran harian. Semacam Suara Merdeka di Semarang, Harian Jogja di Jogja. Tahun berapa gitu, koran Pikiran Rakyat harus menutup lembaran.

Beralihlah jadi media online. Semakin berkembang dan berproses, Pikiran Rakyat enggak cuma satu, tapi banyak partner-nya, salah satunya Portal Purwokerto.

Di sinilah aku mendaftarkan diri ikut pelatihan. Makasih, Mbak Dessi, udah ngajakin aku. Enam hari penuh dari jam 8 pagi sampai 11 siang buat Sesi 1. Lanjut dari jam 2 siang sampai 5 sore buat Sesi 2.

Capek-capeknya dan bosan-bosannya ikut pelatihan pasti aku rasain. Bahkan aku hampir memilih buat menyerah. Aku mau rebahan dan chill aja deh, pikirku waktu itu.

Berkat tekad dan semangat, aku tetap ikutan pelatihan sampai hari terakhir. Rasanya legaaa... banget. Selangkah lebih dekat jadi content creator di Portal Purwokerto, bagian dari Pikiran Rakyat Media Network.

Sejujurnya aku deg-degan. Aku bisa enggak ya? Ada semacam kekhawatiran. Oke, tenang. Bisa kok. Yuk bisa yuk.

Apa yang bikin aku khawatir? Writer's block. Gimana kalo ini... kalo itu... Tolong, jangan berpikir bla bla bla dulu sebelum menjalaninya.

Aku memang sempat ragu jadi content creator Portal Purwokerto, tapi sekarang di sinilah aku. Sudah lebih dari 100 artikel aku tulis. Walau enggak semuanya di-publish karena kendala bla bla bla.

Semangat naik-turunnya ada banget. Kadang semangat, kadang melempem. Bakal jadi semangat kalo artikelku udah berhasil di-publish.

Capek ngetik dan nyari referensi tulisan serasa terbayarkan. Ada kepuasan tersendiri.

Tantangan ada banget. Sukanya juga ada. Dukanya ya sama ada juga. Nano-nano deh rasanya. Semoga nanti aku bisa menghasilkan rupiah yang lebih kayak mereka.

Bukan semata demi rupiah, tapi, 'kan ini bagian dari hakku juga sebagai content creator.

Jogja, 24 Maret 2022

SAMPAI BERTEMU, AYU

Namanya berpisah pasti selalu ada kesedihan. Enggak bisa ketemu, enggak bisa ngobrol kayak dulu. Walau ada video call bla bla bla tapi rasanya tetap beda.

Kemarin malam aku (dan teman-teman) berpisah sama salah satu teman, namanya Ayu. Teman siaran di Rakosa FM. Aku kenal Mbak Ayu baru beberapa bulan. Sejak Mbak Ayu siaran di Rakosa FM.

Mungkin sekitar September atau Oktober aku kenal Mbak Ayu. First impression-ku, Mbak Ayu kelihatan kayak cewek yang cool dan gaul abis. Setelah kenal, Mbak Ayu menyenangkan dan baik. Mbak Ayu ya Mbak Ayu dengan kekhasannya.

Aku lumayan banyak ngobrol sama Mbak Ayu, terutama waktu jadwal siaran kami ditukar. Aku siaran jam 5 sore sampai 9 malam. Mbak Ayu siaran setelah aku sampai jam 12 malam.

Lumayan sering tiap kelar siaran aku enggak langsung pulang. Duduk santai dulu di sofa abu-abu. Main Mobile Legends (pake paket data sendiri ya). Momen inilah yang bikin sering ada obrolan antara aku sama Mbak Ayu.

Hampir tiap Mbak Ayu datang siaran masih kelihatan sibuk sama kerjaan di sebelah. Apalagi udah deketan liburan akhir tahun waktu itu. Semakin sibuklah Mbak Ayu dengan klien-kliennya.

Pernah di satu malam, Mbak Ayu datang dengan tampang yang capeeek... banget. Kerjaan di sebelah lagi banyak-banyaknya. Mbak Ayu lagi pusing sama urusan kerjaan.

Di sinilah Mbak Ayu mulai membuka obrolan. Aku paham rasanya pengen ngeluarin unek-unek di hati biar ada rasa plong.

Obrolan kami bisa bermacam-macam. Jam 10-an malam aku biasanya pamit pulang. Pertemuanku sama Mbak Ayu emang lebih sering waktu pertukaran jam siaran.

Kemarin malam, Mbak Ayu pamitan. Ada cerita baru di sana yang menunggunya. Hari ini Mbak Ayu masih di Jogja. Persiapan mengurus ini dan itu sebelum resmi pindah.

Mbak Ayu bakal baca ceritaku ini enggak ya? Kalo enggak dikasih tau kayaknya enggak bakalan baca.

Aku di sini cuma bercerita. Memutar kembali cerita bareng Mbak Ayu. Kenangan-kenangannya. Aku bahkan masih ingat waktu ulang tahun Rakosa FM, aku sama Mbak Ayu satu tim buat main game "Uji Chemistry".

Setelah perpisahan ini mungkin momen ketemu Mbak Ayu entah kapan.

Jogja, 13 Februari 2022

7 HARI UNTUK...

Ingat judul film "7 Hari Untuk Selamanya"? Eh, salah. Bukan 7 hari, tapi 3 hari. Duh... salah. Judulnya juga harusnya 6 hari, bukan 7. Yah... udahlah. Anggap aja hari ke-7 adalah bonus.

Bonus untuk mengenang dan memutar kembali cerita. Padahal baru berlalu sehari. Begitulah yang namanya cerita. Kadang ada yang meninggalkan kesan mendalam buat penulisnya.

7 hari, eh... 6 hari yang berkesan, walau di awal aku sempat sedikit ragu. Muncul keinginan untuk berhenti di hari ke-3. Ingin rasanya waktu itu aku fokus menikmati hariku yang santai, selain siaran radio tentu.

Aku merasa bersyukur dan beruntung enggak benar-benar menyerah di hari ke-3. Sekarang aku baru menikmati manisnya. Walau masih seujung kuku, tapi aku sangat-sangat bersyukur sampai di sini. Bersyukur bisa mengakhirinya dengan baik.

Pelatihan Kreator Konten Batch 35 Pikiran Rakyat Media Network atau disingkat jadi PRMN. Makasih buat Mbak Dessi yang ngajakin aku gabung.

Aku ingat di satu sore menuju maghrib, Mbak Dessi kirim chat ke aku. Menawarkan ikut pelatihan kepenulisan. Pertama mendengar nama 'Pikiran Rakyat', aku langsung berpikir yang berat-berat.

Sebelumnya aku enggak pernah notis Pikiran Rakyat. Pernah lihat sekelebat, seingatku, tapi ya udah enggak ada kesan apa-apa.

Waktu Mbak Dessi ngajakin aku ikutan, aku langsung iya walau masih ada keraguan. Aku coba buang jauh-jauh sifat nyebelin ini. Ayo dong yakin.

Sempat ragu lagi mengingat laptopku rusak. Gimana aku bikin tulisan? Kreator konten harus mengirimkan tulisan. Pake apa sementara laptopku rusak?

Aku buang jauh-jauh rasa ini. Aku harus yakin. Show must go on. Jangan kalah sebelum berperang.

Sekarang aku lega banget. Pelatihan selesai. Pintu kreator konten sebentar lagi terbuka. Kali ini aku yakin dan semangat.


Jogja, 12 Februari 2022

MATA YANG BERTEMU

Ada yang unik ya cara seseorang bertemu dengan seseorang lainnya. Saat mata saling tatap, ada senyawa yang mendorong untuk saling sapa. Ini cerita beneran dari seorang teman jauh. Aku tahu ceritanya dari tulisan yang pernah dia bikin di blognya.

Setelah mata bertemu dengan mata lainnya, mereka berkenalan. Bertukar kontak untuk bisa masuk lebih dalam dan semakin dalam. Bisa ya mengenal orang baru dengan cara seperti ini? Masih heran karena buatku sendiri cara ini enggak masuk dalam daftar. Emang unik banget sih. Mata bertemu mata sama seseorang yang asing jelas pernah mengalami sendiri. Kadang jadi berpikir, "Kenapa dia ngelihatin aku? Apakah..." Spekulasi yang mungkin sekedar spekulasi.

Mengenal orang baru di situasi yang mengharuskan saling mengenal, misal waktu gabung di komunitas baru, rasanya wajar. Semesta mendukung untuk menyapa dan mengenal. Bukan lagi berawal dari tatapan mata. Justru mengenal orang lain karena adanya dorongan senyawa dalam tubuh, aku bilang unik banget.

Mungkin bisa dicoba sendiri, tapi harus... (pelan-pelan suara menghilang)


Jogja, 1 Februari 2022

ORANG-ORANG DARI WAKTU YANG BERBEDA

Ada di tempat yang sama bertahun-tahun, pasti ngerasain banget perubahan orang-orangnya. Awalnya kenal si A sampai akhirnya bertahan di tempat yang sama bareng si D. Pertama kali aku siaran di Rakosa FM, orang-orang yang aku kenal jelas berbeda dibanding di masa sekarang. Masih ada yang sama, tapi banyak yang berubah dan berganti.


Hari-hari awal aku siaran di Rakosa FM, ada Mas Sunu yang jadi mentorku. Mas Sunu yang bikin bingung antara bercanda dan serius. Lebih banyak memecah tawa sih. Mas Sunu bukan tipe mentor yang galak. Mungkin karena sebelumnya aku udah pernah siaran di radio kampus, Rasida FM yang bikin Mas Sunu bisa santai tapi terarah jadi mentor.


Aku jadi trainee di Rakosa FM, berapa hari ya? Iya, masih hitungan hari. Mungkin seminggu. Enggak ada sebulan kayaknya. Alhamdulillah cepat kok aku dapat jadwal siaran pertamaku. Rasanya bahagia banget pertama kali dapat jadwal siaran. Momen ini udah berlalu lama banget. 2015. Sampai sekarang aku masih tetap mengingatnya.


Selain Mas Sunu, ada Mas Huda, Bu Ratna, Pak Ronny, Mbak Putri, Pak Pra, Mbak Yuni, Mbak Ria, Bara, Mbak Inna, Mas... eh, aku manggilnya pake 'mas' enggak ya? Mas Hafidz. Terus ada Mas Anshory, Pak Heru, sama Pak Harsono. Merekalah yang ada di momen awal-awal aku siaran di Rakosa FM.


Mas Sunu resign enggak lama setelah aku dapat jadwal siaran reguler. Katanya pengen berbisnis atau apalah gitu. Banyak yang resign di waktu ini. Pak Ronny, Mas Huda, Bara, Mbak Inna (aku bahkan baru pertama ketemu Mbak Inna di hari terakhir Mbak Inna siaran), Mbak Ria, Mas Hafidz. Kok semua resign? Enggak semua sih, tapi kok borongan gini? Mereka resign di waktu yang berdekatan.


Enggak mungkin dong Rakosa FM dibiarin kekurangan penyiar. Penyiar yang ada jelas enggak mungkin bawain semua program. Gila apa? Rakosa FM manggil lagi penyiar-penyiar lama buat balik siaran. Dimulai dari Mbak Erin, Mbak Haning, Mas Rizal, terus Ikky, Mbak Devi. Aku lupa urutannya siapa dulu, tapi yang aku ingat Mbak Erin jadi penyiar lama pertama yang comeback. Mas Heddy datang terakhir kayaknya. Rekomen Mas Faris.


Tiap rentang waktuku di Rakosa FM punya ceritanya sendiri. Ada penyiar yang pergi, ada juga penyiar yang datang. Aku lumayan lama siaran di Rakosa FM. Ketemu sama penyiar yang berganti. Ada yang udah pergi terus kembali. Ada juga yang baru datang.


Seru ya kalo bisa ngumpul lagi. Kalo ada niat dan kemauan, bisa sih reunian. Entah kapan.


Jogja, 31 Januari 2022