Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2018

SEMANGAT

Semangat naik-turun mirip roller coaster, wajar. Jadi enggak wajar kalo semangat turun terus kayak berat badan, tapi enggak naik-naik. Semangat itu diperluin banget waktu ngelakuin sesuatu. Kebayang rasanya? Berasa enggak ada tujuan hidup. Kayak enggak ada artinya hidup seperti ini. Makanya semangat itu perlu banget. Harus! Wajib! Cara meningkatkan dan membangkitkan semangat? Pertama, harus punya tekad yang kuat. Ngomong sama diri-sendiri kalo pengen membangkitkan semangat. Ingat sesuatu yang menyenangkan juga bisa. Semangat ya. Jangan kasih kendor. Jogja, 28 Februari

AKHIR YANG HARUS BAHAGIA

Satu hal yang kadang dilupakan: kebaikan mengalahkan kejahatan. Sejahat-jahatnya, pasti akan bisa dikalahkan kebaikan. Apa yang kita tanam, itulah yang kita petik. Kebaikan menghasilkan kebaikan. Kejahatan berakhir dengan kejahatan (baca: keburukan). Lupakan dulu kebaikan vs. kejahatan di dunia nyata. Coba lihat kebaikan dan kejahatan di panggung sandiwara a.k.a film. Adakah kebaikan berakhir sengsara? Adakah kejahatan berakhir bahagia bahkan berkuasa? Penonton mana pun pasti mengharapkan kebaikan menang melawan kejahatan. Walau sepanjang cerita, kebaikan selalu ditindas kejahatan, tapi pada akhirnya kebaikanlah yang menang. Salah satu materi kelas skenario yang saya ikuti, membahas tentang sinopsis dan satu syarat mutlaknya adalah happy ending. Bukan sad ending. Apalagi buat karakter baik, harus-wajib-kudu happy ending. Penonton pasti mengharapkan jagoan menang. Sayangnya, saya justru lupa dengan konsep kebaikan menang melawan kejahatan. Saya bikin sinopsis yang justru diakhiri den

PIKNIK DAN MILAD FLP KE-21 (BAGIAN 2-TAMAT)

Satu hal yang menyenangkan dari sebuah perjalanan adalah kebersamaan. Perjalanan ke Solo bareng FLP Yogyakarta enggak akan berasa piknik kalo enggak ada kebersamaan. Berangkat jam 5.30 pagi naik Prameks a.k.a kereta api express (tapi enggak express-express banget sih). Ada yang ketinggalan kereta juga gara-gara drama di jalan. Perjalanan Yogyakarta - Solo sekitar satu jam. Tiket Prameks juga murah. Cuma Rp 8000 sekali jalan, tapi tanpa tempat duduk. Tetap menyenangkan kok karena ada kebersamaan. Acara milad FLP ada di FKIP UNS. Sebelum ke TKP, nyempetin sarapan dulu di Sunday Morning UNS. Seporsi nasi liwet dan pia-pia, semacam bakwan goreng, jadi pilihan menu sarapan kami. Katanya, harga-harga di Solo lebih murah dari Yogyakarta. Saya rasa, ada benarnya juga. Waktu makan siang, saya pesan nasi, sayur tumis-tumisan, ikan pindang, dan air es, Rp 9000. Lebih-lebih murah dari ibukota sih. Jelas. UNS itu luas ya. Jarak dari satu fakultas ke fakultas lain lumayan jauh juga. Apalagi jar

PIKNIK DAN MILAD FLP KE-21 (BAGIAN 1)

Piknik itu penting. Sempatkanlah. Enggak perlu piknik yang ribet, jauh, mahal, berkelas, dan bla.. bla.. bla.. Kalo ada waktu dan materi, oke saja piknik begini, tapi cara yang sederhana juga bisa dilakukan. Salah satunya piknik yang saya lakukan hari ini. Yeaay! Piknik! Rasanya excited, kayak anak SD yang besoknya mau study tour. Jarang jalan-jalan, bikin saya merasa sangat terhibur dan bilang 'ini piknik'. Tujuan utamanya datang ke seminar nasional FLP dalam rangkap milad ke-21, tapi karena lokasinya ada di UNS, bisa sedikit jalan-jalan begini, cukup membuat saya merasa piknik. Tahun kemarin piknik (baca: acara FLP) ada di Solo (juga). Tahun ini masih Solo. Tetap masih mengandalkan Prameks. Murah, cukup nyaman, dan bisa sampai lebih cepat dibanding naik kendaraan sendiri. Seminar nasional milad FLP ke-21 ada di Gedung FKIP UNS dengan peserta... hmm.. mungkin 100. Kapasitas venue bisa buat lebih dari 100 orang tapi karena peserta yang datang terbatas, ya begitulah. Seminar

SOFT SELLING? BEGINI CARANYA

Sekarang masanya 'diam-diam merayap', dalam arti untuk kegiatan yang positif. Diam-diam berprestasi, diam-diam berkarya, diam-diam menikah. Seseorang yang enggak mengumbar ke mana-mana mau begini dan begitu (apalagi didukung dengan adanya media sosial) menurut saya keren. Talk less do more. 'Diam-diam merayap' juga masuk dalam dunia penjualan. Sekarang banyak kok yang diam-diam memasukkan konten jualan dalam setiap tayangan, terutama buat media dan orang-orang berpengaruh. 'Diam-diam merayap' dalam dunia jualan atau bahasa kerennya soft selling bisa jadi cara ampuh memasarkan produk atau jasa. Kreator yang cerdas, memasukkan jualan tanpa kasih tanda 'hei, saya lagi jualan loh'. Ada kok contohnya. Ria SW, vlogger yang populer banget sama konten makan-makan. Banyak konten vlog cewek yang dijuluki Alien ini terkesan soft selling banget. Entah setiap konten adalah jualan apa bukan, tapi kalo emang beneran jualan, cara penyampaiannya bagus sih. Enggak terk

TENTANG MEET ME AFTER SUNSET

Satu cerita terpaksa enggak bisa terbit karena kesalahan teknis. Pertama kalinya cerita yang saya rangkai di blog ini sejak Agustus 2017, bolong. Sehari sebelumnya telat terbit. Cerita terposting tepat jam 12 malam. Berasa Cinderella. Pengennya dalam sehari itu ada dua cerita yang saya terbitkan, sayangnya karena kendala teknis, terpaksa satu cerita dibiarkan kosong. Yah.. baiklah. Saya enggak mau berhenti berbagi cerita. Walau ada yang bolong, tapi enggak akan menghilangkan semangat saya. Kali ini cerita tentang film. (sumber: https://www.bioskoptoday.com/film/meet-me-after-sunset/) Film drama karya Danial Rifky ini dibuka dengan apik berkat kemunculan 'gadis berkerudung merah' yang misterius. Semakin menarik waktu si gadis menghilang dibalik kabut. Wow! Film fantasi? Drama fantasi? Indonesia? Vino, karakter utama film ini juga sukses bikin penontonnya berteka-teki. Tatapan Vino? Mungkinkah cowok berusia 17 tahun ini punya dunianya sendiri? Film berdurasi sekitar 90 men

PECINTA (KATANYA)

Seseorang yang mengaku 'pecinta' pasti enggak mau asal-asalan. Harus yang terbaik, harus yang ter.. ter.. pokoknya. Pecinta kopi pasti punya taste sendiri yang bikin momen menikmati kopi enggak cuma sekedar sruput. Pecinta tas merk dengan harga fantastis, pasti enggak mau sembarangan beli tas. Harus benar-benar dipastikan tas original, bukan imitasi. Nilai rupiah bukan jadi masalah buat orang yang mengaku 'pecinta'. Buat yang merasa bukan 'pecinta' pasti enggak kaget ada yang rela mengeluarkan uang berapa pun demi sesuatu yang rasanya enggak harus diperjuangkan segitunya juga. Yah.. namanya juga 'pecinta'. Pasti harus yang terbaik. Biasanya para 'pecinta' ujung-ujungnya 'mengoleksi'. Jadi kolektor begitulah. Jadi 'pecinta' enggak masalah, asal jangan berlebihan sampai-sampai mendewakan. Jogja, 21.02.2018

MISTERI MENGUAP

Menguap tanda mengantuk, wajar. Menguap tanda bosan, kurang ajar. Apalagi menguap waktu kita lagi ngobrol. Jadi secara enggak langsung bilang, obrolan enggak menarik gitu? Menguap selain karena mengantuk, memang bisa karena bosan. Ada percobaan yang pernah dilakukan loh. Pernah mengalami sendiri enggak, waktu lagi bosan sama sesuatu, misal penjelasan dosen di kelas, kita lebih banyak menguap dan akhirnya justru mengantuk? Berawal dari rasa bosan, berubah menjadi rasa ngantuk. Satu hal lagi yang masih bikin penasaran. Benarkah menguap bisa menular? Apakah fakta atau mitos? Dikutip dari alodokter.com, menguap memang bisa menular karena jadi salah bentuk empati. Dokter dari Universitas Geneva, Swiss, juga bilang, menguap itu bersifat menular sebagai rasa empati sama orang lain. Sering banget menguap karena lihat orang lain menguap. Selama ini masih penasaran, apa ada hubungannya melihat orang lain menguap dengan kita yang juga ikut menguap? Ternyata ada. Menguap juga bisa dikaitkan sama

BEROBAT

Sakit itu berobat, bukan dibiarkan hilang sendiri. Sebaiknya jangan tergerak berobat saat sakit semakin memasuki level yang lebih tinggi. Penanganan seawal mungkin bisa mengurangi keparahan dan lebih cepat menyembuhkan. Biasanya kalau dirasa masih baik, justru enggak berobat. Nanti juga sembuh sendiri, begitu yang dipikirkan. Daya tahan tubuh bekerja lebih keras memerangi penyebab sakit. Bisa jadi survive tanpa bantuan obat-obatan dokter, tapi bisa juga menyerah dan tingkat sakit mulai naik level. Saat seperti ini baru mencari pengobatan. Terlambat? Sebenarnya iya, tapi masih baik daripada enggak diobati sama sekali. Kadang ada juga yang drama dulu. Enggak ada uang jadi alasan utama. Teorinya, kalau kita cuma bicara dan enggak mengalami sendiri, pasti kita akan bilang 'periksakan saja dulu.. bla.. bla..' Faktanya, kita enggak bisa semudah itu memeriksakan diri ke dokter saat kita enggak ada uang sama sekali. Sebelum penyesalan datang karena terlambat mengobati, langsung saja

KELIHATANNYA ENAK YA

Sesuatu yang terlihat enak, belum tentu benar-benar enak. Penampilan bisa menipu mata. Jangan asal menyimpulkan sesuatu kalau cuma dari 'melihat' tanpa mencari pendukung kebenaran dari yang terlihat itu. Latah. Begitulah manusia. Masih adakah manusia yang enggak terburu-buru seperti ini? Mungkin cuma bisa dihitung pakai jari. Ada satu kejadian. Cowok duduk di dalam kereta dan di dekatnya ada ibu-ibu menggendong anak. Melihat 'pemandangan' seperti ini, bidikan kamera siap berbicara. Hanya sekali 'melihat', langsung membuat kesimpulan. Akhirnya banyak (netizen) yang menghujat cowok itu. Mereka meyakini sekali cowok dalam foto itu enggak punya hati, enggak punya etika. Kalau hanya sekedar 'melihat', cowok di dalam kereta itu memang bodoh. Apakah hatinya mati? Ada satu fakta muncul. Cowok itu bukan enggak mau memberikan tempat duduknya buat ibu-ibu yang menggendong anak. Kenapa si ibu tetap berdiri? Anaknya yang meminta. Kalau si ibu duduk, si anak rew

MUSIK DAN RASA

Musik bisa bikin bahagia, sedih, merinding, kangen, kehilangan, dan... apa lagi? Musik itu tentang rasa. Ada yang suka musik pop, jazz, rock, reggae, dangdut, melayu, R 'n B, ada banyak. Enggak jadi masalah beda selera musik. Ini tentang rasa. Enggak perlu ada rasa yang disalahkan. Nikmatilah rasa itu selama enggak bawa pengaruh buruk. Musik bisa ngasih sesuatu yang jelek? Bisa. Musik yang membuat kita lupa segalanya, lupa tugas, lupa kewajiban. Jadi ini salah musik? Salah teman-teman musik? Kita seharusnya yang punya kendali sejauh mana musik memengaruhi hidup. Sah-sah saja bilang 'music is my life' tapi jangan berlebihan bahkan sampai menomorsatukan musik di atas segalanya. Musik yang melenakan. Bukannya ngasih hiburan tapi menciptakan lubang masalah baru. Ada tipikal orang mendengarkan musik karena ingin hiburan. Bisa juga mengisi kekosongan atau justru karena pembiasaan. Selalu mendengarkan musik dan menjadi pecandu.. hmm.. bukan, tapi penikmat. Ngeri juga pakai is

BYE JOGJA

Meninggalkan Jogja? Sekarang belum ada 'kesempatan' melakukannya. Masih menikmati lika-liku cerita di daerah istimewa ini. Tujuh tahun bukan waktu yang sebentar, tapi karena alasan tinggal bukan pindah bareng keluarga, waktu sebanyak ini enggak berasa. Enggak ada feel 'sebagai orang pindahan'. Pasti beda ya rasanya pindah domisili dan pindah karena menjadi mahasiswa, kerja, atau apapun yang sejenis. Apa saya benar-benar akan mengambil kesempatan meninggalkan Jogja? Yes, I will. Kalo dengan meninggalkan justru ada kesempatan lain yang lebih baik di sana, kenapa tidak? Baper, jelas. Walau dunia yang saya kenal di Jogja hanya sebatas dunia yang kecil, tapi setiap cerita adalah kenangan. Ada dua tipe ketika seseorang harus meninggalkan. Pertama, sedih, enggak rela, enggak nyangka, 'hah? saya harus pergi?' dan semacamnya. Kedua, enggak ada kesedihan sama sekali bahkan ingin cepat-cepat meninggalkan. Yakin nih jadi tipikal yang kedua? Meninggalkan Jogja? Ya.. setia

(MERASA) CUKUP

Manusia selalu merasa kurang ini dan kurang itu sebenarnya wajar, tapi jangan dimaklumi. Sebagian besar manusia, di mana pun, pasti merasa belum puas dengan pencapaiannya. Selalu ingin lagi, lagi, dan lebih. Enggak sedikit juga yang merasa enggak cukup. Buat orang lain bisa jadi (rasanya) sangat cukup, bahkan berlebih. Masih ingat waktu SMA, ada kakak kelas yang kuliah di Semarang. Katanya setiap bulan menghabiskan uang saku Rp 1 juta. Buat anak SMA yang seminggu paling banyak dapat jatah uang saku Rp 100 ribu, jelas terkaget-kaget. Apa Rp 1 juta? Buat beli apa? Dulu enggak ada bayangan sama sekali satu bulan dapat uang saku Rp 1 juta. Sekarang, setelah merasakan sendiri balada anak kost, apa-apa serba beli dan enggak semurah waktu SMA, Rp 1 juta buat sebulan bisa dibilang standar. Bukan berlebih, bukan juga kurang. Tergantung gaya hidup juga. Pastinya tergantung rasa syukur yang ada di hati. Sudah bersyukur hari ini? Saya punya satu kisah nyata dari seseorang. Suatu ketika, sebut

KARENA CINTA ITU...

Merayakan cinta, seperti kata orang bijak, bisa dilakukan setiap hari. Enggak perlu nunggu momen. Cinta itu sederhana. Satu perhatian kecil bisa langsung menyejukkan hati. Enggak perlu sesuatu yang mewah dan serba 'wah' karena sejatinya cinta itu enggak perlu itu semua. Cuma... karena keinginan manusia enggak sebatas cinta, kemewahan dan sesuatu yang 'wah' jadi salah satu yang mau enggak mau harus diperhatikan. Apa masih namanya cinta kalau menuntut ini-itu dari yang serba 'wah'? Cinta itu sebenarnya enggak bisa diukur seberapa besar, enggak bisa bergantung dengan nilai satu benda, karena cinta itu... Jogja, 14.02.2018

GAYA HIDUP SEHAT ATAU SEKEDAR GAYA?

(https://www.pexels.com/photo/man-in-black-tank-top-laying-on-gray-concrete-surface-near-black-bike-681294/) Sekarang hidup sehat itu jadi bagian gaya hidup. Banyak yang mulai sadar buat menjaga kesehatan. Orang dengan gaya hidup sehat jauh terlihat lebih keren daripada orang, cowok terutama, yang jago ngisep rokok. Pikiran zaman remaja SMP, cowok juga terutama, rokok adalah simbol keren. Enggak ngerokok, enggak keren. Enggak ngerokok, cupu! Setiap orang yang mengalami masa remaja sepertinya melewati fase ini. Cuma segelintir remaja yang enggak, salah satunya... (nunjuk diri-sendiri). Ada dua tipe orang yang menjalani hidup sehat. Pertama, cuma (sekedar) gaya a.k.a pencitraan. Kedua, benar-benar menjalani hidup sehat yang artinya enggak penting dan enggak harus orang-orang seluruh dunia tahu aktivitas hidup sehatnya. Bukan berbagi tips cara hidup sehat, tapi lebih banyak foto daripada olahraga, misal. Beda loh ya. Salah satu cara menjalani hidup sehat adalah dengan bero