Take and Give

Setelah beberapa minggu training dengan jadwal yang sudah diatur, mulai Senin, 6 Januari 2013, prinsipnya: siapa yang butuh, dia yang minta. Seperti sekarang ini. Mentor, banyak; Mba Desy, Mba Rara, Mba Emma, Ima, Imas, Iyun, Mas Kamal, Mas Vedy. Aku tinggal minta ke mereka saja untuk jadi mentor-ku. Mau atau nggaknya, itu urusan belakangan. Ya, mungkin nanti aku akan memintanya dengan waktu yang tepat.
Nggak selamanya disuapin, suatu saat harus makan sendiri. Aku jadi ingat perkataan Pak Inung, guru Bahasa Inggris-ku di tsanawiyah, "Kapan mau bisa kalau disuapin terus?" Waktu itu aku ada sedikit problem sama Pak Inung. Aku sudah lulus dari tsanawiyah. Aku lumayan sering nanya kosakata dalam Bahasa Inggris. Nah, disitulah Pak Inung bilang begitu ke aku, via SMS. Aku ngerasa nggak enak banget. Hingga sekarang pun, saat aku ingat kejadian itu, perasaan jadi nggak enak.
Nggak cuma di Rasida sih yang punya prinsip: siapa yang butuh, dia yang nyari. Hampir di semua tempat punya prinsip itu. Nggak semua ya. Cuma beberapa saja. Dan aku pikir itu memang wajar. Siapa yang butuh, dia yang nyari.

Pacitan Travelers

"Gus, bangun!"
Tepat Raisa menyanyikan Could It Be, pintu kamarku diketuk. Pukul 2.30 pagi. De-Ha nggak seperti biasanya. Jumat, 4 Januari 2013, De-Ha Family bangun leeebih pagi, mandi leeebih awal. Hari itu istimewa. Istimewa karena De-Ha Family akan touring ke Pacitan. Bisa dibilang touring sih walau tujuannya kondangan. Tapi karena jauhnya dan kesana naik motor, jadi touring deh.
Bagiku ini terlalu rempong. Hello... bisa nggak sih kita berangkat ke Pacitan setelah sholat subuh? Slow saja. Rencana, langsung cusss ke Pacitan jam 3 subuh, tapi karena kebiasaan jelek yang susah banget diilangin a.k.a ngaret, jam 4 subuh kurang lebih, kami langsung cusss ke Pacitan setelah sebelumnya nunggu Mas Panca di depan Polres atau Polsek Gunungkidul (rada lupa) dan sholat subuh di pom bensin yang aku lupa namanya. Yang jelas ada di Gunungkidul yang jalannya belok-belok lumayan ekstrim.