DUNIA YANG KECIL

Kalau mau menutup mata, aku bisa saja merasa damai di dunia kecilku. Tanpa beban, menjalani sesuatu yang aku suka, dan bebas. Pernah ada masanya, aku pengen cepat pulang. Pergi sebentar dari duniaku yang lain dan kembali ke rumah. Momen yang sangat menyenangkan. Bahkan untuk kembali ke duniaku yang lain itu rasanya berat sekali.


Kangen juga sama masa-masa ini. Benar-benar sebahagia itu bisa pulang ke rumah dan enggak pengen pergi cepat-cepat. Dulu, saat tanggung jawab belum seperti sekarang. Bukan berarti sekarang lebih berat, tapi buatku setiap tanggung jawab di masa apapun, punya porsinya sendiri. Aku enggak bisa bilang tanggung jawab dulu lebih ringan dan tanggung jawab sekarang lebih berat. Sama-sama dinikmatilah.


Sekarang aku lebih menikmati duniaku yang lain. Dunia kecilku. Dunia yang naif bisa dibilang, karena aku di sini merasa semua baik-baik saja. Pasti selalu ada hal baik, tapi enggak semuanya sempurna tanpa cela. Ada pertanyaan-pertanyaan yang membuatku sadar, dunia kecilku sebenarnya hanyalah sesuatu yang fana. Ya iyalah. Mana ada yang kekal kecuali Tuhan?


Aku dan dunia kecilku. Tempat di mana aku bisa merasa tanpa beban dan lepas. Seenggaknya aku masih bisa merasakan perasaan ini. Aku tahu suatu hari akan meninggalkan dunia kecilku. Entah kapan, tapi pasti ada masanya. Yang kulakukan sekarang adalah menikmati apa yang masih bisa aku nikmati.


Jogja, 5 November 2021

DIAM DI SUDUT RUANG

Apa kabar laptop merahku? Sejak keluar dari tempat servis, dan belum menyelesaikan masalah sama sekali, aku masih mendiamkan laptop merahku di pojokan. Entah kapan aku akan kembali ke tempat servis. Sebaiknya segera karena semakin lama diabaikan mungkin semakin parah sakitnya.

Laptop merahku adalah laptop keduaku. Aku beli mungkin sekitar empat tahun lalu di sentra elektronik terbesar di Jogja. Sebelumnya aku punya notebook hitam. Pertama kali yang aku punya. Menemaniku sejak pertama menjadi mahasiswa. Setelah tiga atau empat tahun, aku melepas notebook hitamku dan menggantinya dengan laptop merah.

Waktu tahu harga servis laptop merahku enggak semurah yang aku bayangin, sempat terpikirkan beli laptop baru. Harganya juga sama. Setelah aku cek, ternyata beda. Laptop baru masih lebih mahal. Biaya servis buat laptop merahku enggak sebanyak itu, tapi tetap saja butuh effort lebih.

Laptop merahku masih diam di sudut ruang. Tertutup di antara lembaran kertas, map plastik, dan majalah yang baru sampai kemarin. Sabar ya. Mungkin harus menunggu lebih lama lagi.

Jogja, 1 November 2021