Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

MARAH

Setiap orang pasti pernah marah. Sesabar-sabarnya kita, pasti ada masa amarah yang ditahan melesak keluar. Kalo kita bisa mengendalikan emosi satu ini, good job! Saat marah, kata psikolog, kita harus sadar lagi marah biar bisa dikendalikan. Amarah yang meledak-ledak bisa jadi boomerang buat diri-sendiri. Pernah setelah marah, ada rasa semacam menyesal udah marah-marah? Bisa jadi ini karena marah yang enggak terkontrol. Langsung dikeluarin gitu aja. Marah juga bisa menguras energi. Secara ilmiah, aku enggak begitu 'ngeh', tapi berdasarkan pengalaman, emang iya. Marah-marah bikin capek, capek hati. Rasanya kayak lemas gitu. Terlalu melepas amarah, masih kata psikolog, selain capek hati, juga capek pikiran, capek fisik. Terlalu menahan amarah bukan berarti bagus. Justru bisa jadi kayak semacam gunung es. Efeknya baru terasa nanti-nanti. Katanya, amarah yang selalu dipendam bisa memengaruhi kesehatan. Bikin penyakit. Kalo memang marah, ya marah aja, keluarin, tapi harus ingat ja

EKSPRESI EMOSI

Entah karena wajahnya tipikal seperti itu atau memang ada hubungannya sama suasana hati, ekspresi seseorang kadang ada yang enggak bisa ditebak. Pernah lihat orang yang kelihatannya selalu tersenyum? Wajah senyum? Lagi diam sekali pun, yang menurut si pemilik wajah adalah tanpa ekspresi, justru orang lain melihatnya seperti tersenyum. Ada juga yang justru sebaliknya, terlihat cemberut, angkuh, dan orang yang melihat jadi berpikir, “Kenapa ini orang?” Wajah-wajah seperti ini yang bisa jadi sering disalahpahami. Tipikal wajah senyum dan cemberut (mungkin orang jutek punya tipikal wajah macam ini) enggak bisa ditebak suasana hatinya. Jago menyembunyikan perasaan yang sebenarnya? Mungkin. Lebih enggak bisa ditebak lagi, poker face . Wajah tanpa emosi. Tipikal wajah yang membingungkan. Apa lagi senang, marah, sedih? Enggak ada ekspresi yang berbeda. Semua terlihat sama. Bisa jadi si poker face menyimpan sendiri emosinya. Entah karena malu mengeluarkannya atau karena alasan lain. Poker fa

CERITA TENTANG PULANG

Jogjaaa! Wuaaah... rasanya bersyukur banget (masih) bisa balik ke sini lagi. Banyak yang pernah tinggal di Jogja dan baper pengen balik ke sini lagi. Aku juga begitu, suatu hari nanti. Sekarang aku masih bolak-balik Kebumen - Jogja karena masih ada kepentingan; kuliah (baca: skripsi) dan siaran. Kalo hari itu datang, hari aku harus meninggalkan Jogja, rasanya gimana ya? Sedih? Enggak rela?  Apa aku akan kembali ke kampung halaman? Berkarya dan menjadi hits di kandang sendiri?  Aku tau, suatu hari nanti aku akan meninggalkan Jogja. Kayak gini m asih urusan nanti. Sekarang nikmati dulu masa-masa berkarya di Jogja. Suatu hari nanti aku pasti akan merindukan semua tentang Jogja. Sepenggal kisah hidupku ada di daerah istimewa ini. Kenapa bukan di Bandung? Surabaya? Atau daerah lain di Indonesia? Pernah kepikiran begitu juga. Kenapa pilih Jogja? Dulu, setelah lulus SMA, kepikirannya emang kuliah di Jogja. Bukan di Bandung, Surabaya, bolehlah naik dengan percuma... Orangtua juga lebih  s

BANGGA JADI PEMUDA (INDONESIA)

Hei, kamu. Iya kamu, pemuda (Indonesia). Udah melakukan apa aja? Banyak positif atau negatif? Pasti banyak yang positif 'kan? Pastilah. Pemuda (Indonesia) gitu. Kalo banyakan negatif, bukan pemuda (Indonesia) namanya. Selamat Hari Sumpah Pemuda, wahai Pemuda (Indonesia)! Buat yang berjiwa muda juga, kok. Enggak usah patah arang gitu kalo merasa enggak dipanggil. Apa sumpahmu hari ini? Aku bersumpah! Satu... Sedikit flashback ke masa lalu, tepatnya tahun 1928, Sumpah Pemuda pertama kali diikrarkan. Ikrar~ Duh.. bahasanya . Sumpah Pemuda jadi bagian penting dari Indonesia yang menegaskan persatuan sebagai suatu negara. Ingat istilah berbeda-beda tapi tetap satu jua? Yap! Indonesia itu banyaaak banget perbedaannya, tapi justru dengan perbedaan itu kita bisa bersatu karena adanya Sumpah Pemuda. Tau dong bunyi dari Sumpah Pemuda? Kami poetra-poetri Indonesia  mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe,

KONTEN

Wifi yang benar-benar gratis pas lagi pulang kampung gini, enggak ada yang dekat. Alun-Alun Kebumen kayaknya ada, tapi belum pernah nyoba. Jauh pula. Cafe, pasti ada, tapi bayar (dan lagi.. lagi.. jauh). Pesan kopi secangkir dulu paling enggak. Ada di kampung halaman gini, nge-blog di warnet. Sekali akses Rp 3.500 - Rp 7000. Murah. Kalo di Jogja begini juga, rugi bandar. Warnet di Jogja sejam Rp 5000 kalo enggak salah. Beruntung di Jogja ada wifi yang beneran gratis dan dekat. Enggak perlu pesan secangkir kopi dulu. Koneksi wifi yang beneran gratis ini enggak sekencang kilat. Kalo buat download film misal, kayaknya lebih baik di warnet yang kebanyakan ngasih koneksi yang seksi. Aku pake wifi cuma buat update blog. Enggak tertarik download film atau apalah yang butuh koneksi kenceng biar lancar download file ukuran besar. Merasa beruntung, memanfaatkan wifi bukan buat sesuatu yang wasting time . Apa nge-blog ini bukan sesuatu yang wasting time ? Tiap hari update , dibayar juga en

WARNET

Namanya juga desa dan kota. Jelas berbeda. Ada kelebihan, ada kekurangan. Semua yang ada di dunia ini enggak ada yang sempurna. Adanya kelebihan doang, misal. Enggak ada cacat. Mustahil ada yang begitu di dunia ini. Hidup di desa itu enaknya, enggak merasa serba macet. Rasanya tuh tenang. Polusi enggak sebanyak di kota. Hidup berasa lebih sederhana dan enggak ada tuh yang cuek sama sekitar (ada juga yang cuek, tapi enggak banyak). Enaknya hidup di kota, bisa dibilang semuanya ada. Mau sesuatu, enggak perlu jauh-jauh. Beberapa hal (banyak sih) justru sangat dimudahkan dengan akses yang enggak menyulitkan (enggak perlu makan jarak berpuluh kilometer). Salah satu yang kelihatan sangat berbeda di desa dan kota, warnet. Mulai dari tampilan, pelayanan, fasilitas, sampai penggunanya juga beda. Aku kasih contoh warnet di Jakal KM 5, Jogja dan warnet di Desa Grogol Penatus, Kebumen. Pertama, tampilan. Warnet di desa enggak terlalu bagus tampilan fisiknya. Bukan berarti jelek. Ya.. biasa aja.

PULANG

Yeaaah! Yihaaa! Pulaaang! Sebagian besar dari kita pasti happy mendengar kata pulang. Masih ingat banget waktu masa sekolah, bel pulang jadi satu tanda yang membahagiakan. Apalagi bel pulang yang berbunyi lebih cepat alias bali gasik a.k.a pulang lebih awal. Rasanya memang ada manis-manisnya gitu saat bisa pulang setelah sekian lama pergi. Anak rantau pulang ke kampung halaman, anak kost pulang ke rumah, anak Pramuka selesai Persami a.k.a Perkemahan Sabtu-Minggu dan (lagi-lagi) pulang ke rumah. Pasti bahagia 'kan rasanya? Sejauh apapun kita pergi, pasti ada masanya kita pulang. Kita butuh itu. Semacam baterai yang perlu di-charge, pulang juga jadi satu momen yang bisa mengisi energi buat kita. Entah itu mood, semangat, bisa juga lembar-lembar rupiah di dompet (ini sih khusus buat anak kuliahan yang nge-kost). Sekarang aku sedang pulang. Kembali ke tempat aku berasal. Rasanya excited ! Apalagi dulu waktu masih aktif kuliah dan belum siaran radio, pulang jadi moodbooster bang

(DI LUAR) RUTINITAS

Melakukan sesuatu di luar rutinitas pasti bikin semangat. Kayak gini tuh perlu biar enggak bosan, biar ada semangat baru. Butuh semacam gebrakan baru buat sesuatu yang jadi rutinitas. Setiap hari lewat jalan yang sama rasanya juga membosankan, apalagi melakukan aktivitas yang sama. Lama-lama bisa mual juga. Apa makan bisa bosan juga? Makan memang kegiatan rutinitas, tapi setiap makan, menunya enggak selalu sama ‘kan ? Walau menunya bisa dibilang sama (cuma selang-seling) tapi tetap saja enggak setiap hari menikmati menu yang sama. Hari ini oseng-oseng kacang, besoknya oseng-oseng mie, besoknya lagi sop, baru besoknya besoknya lagi oseng-oseng kacang (lagi). Aku juga merasa ada semangat baru waktu ngejalanin sesuatu di luar rutinitas. Semacam menikmati udara segar. Semoga semangat enggak cuma di awal, tapi bisa terus semangat, semangat terus. Apa aku yakin bisa terus semangat? Antara yakin dan enggak yakin. Yakin, karena ada kepuasaan saat melakukan sesuatu di luar rutinitas itu. Eng

MENGHARGAI PILIHAN

Setiap orang punya pilihan. Ada yang menurut kita, pilihan itu baik, ada juga pilihan yang menurut kita, enggak baik. Manusia punya kebebasan memilih pilihan. Bahkan buat yang merasa enggak punya pilihan, sebenarnya itulah pilihan yang dipilih. Apapun pilihannya, minumnya... Eh, maksudnya, apapun pilihannya, hargailah. Kita enggak bisa memaksa atau mengubah pilihan orang lain sesuai yang kita mau. Harus sama, harus seperti ini, enggak boleh beda. Ada yang beda, langsung bacok. Duh.. Enggak bisa begitu juga. Kita ini hidup enggak cuma dengan satu-dua orang. Banyak ragam, banyak perbedaan, termasuk banyak pilihan. Waktu aku ikut satu kelas di kampus, ada diskusi tentang pilihan. Dosen bilang, manusia itu merdeka banget dengan pilihannya. Mau jadi apapun, catet:  apapun ya , itulah pilihannya. Mau jadi orang baik atau orang jahat, pilihan. Semua tergantung kita, mau ngambil pilihan baik atau enggak. Maksudnya baik dan enggak dari sudut pandang siapa? Agama dan sudut pandang manusia.

SELEB(GRAM)

Setiap orang bisa jadi seleb a.k.a selebritis. Enggak harus wara-wiri di layar kaca, asal punya media sendiri yang bisa menyentuh banyak orang, jadi seleb bukan sesuatu yang mustahil. Ada selebtweet, selebgram, selebook(?). Hah? Selebook? Apaan tuh? Seleb Facebook. Ngaco! Media sosial paling banyak penggunanya apa sih? Instagram. Ada 500 juta pengguna aktif di seluruh dunia dan 22 juta diantaranya ada di Indonesia. Eh, Facebook ding yang paling banyak penggunanya. Ada 2047 miliar pengguna (aktif) Facebook di seluruh dunia. Apa? Miliar? Twitter ada 328 juta pengguna. Enggak ada ya istilah seleb Facebook? Mungkin karena dibatasi jumlah teman, sebanyak apapun, ya mentok di jumlah yang dibatasi itu. Beda lagi Instagram dan Twitter. Dua media sosial ini lebih simpel dari Facebook yang enggak mengharuskan konfirmasi pertemanan. Klik 'follow', selesai. Pengguna Facebook yang jumlah pertemanannya penuh juga pake istilah 'follow', bukan 'add' lagi. Bisa sama-sama s

BOSAN

Bosan tapi enggak mau meninggalkan. Bosan tapi tetap saja dijalani. Ya.. mau gimana lagi? Kalo ada yang lain, oke aja ninggalin yang udah bikin bosan. Entah aku bosan atau enggak ada mood bagus, rasanya hidupku flat banget. Agnez Mo bilang di iklan Chitato, " Life is never flat ." Hidupku sekarang justru berlawanan dengan slogan keripik kentang itu. Apa iya hidupku sekarang benar flat dan membosankan? Atau aku yang kurang bersyukur dengan anugerah ini? Hidup sebenarnya adalah anugerah. Walau kadang (apa sering? ^ ^) enggak punya duit, enggak bisa ngelakuin ini, ngelakuin itu, tapi tetap saja, hidup harus disyukuri. Karena hanya dengan bersyukur, nikmatnya hidup bakal bertambah-tambah. Nah.. kamu kurang bersyukur tuh, Gus . Iya juga kali ya. Hidupku bukannya flat, tapi aku yang kurang bisa bersyukur. Nikmat mana lagi yang aku dustakan? Harus (ingat) bersyukur. Apapun yang aku rasakan. Apapun keadaannya. Harus! Hmm.. masih susah buat selalu bersyukur di setiap keadaan. Ada a

MOOD

"Jadi orang kok moody-an banget?" "Jangan nunggu mood bagus buat berkarya. Justru jemput mood bagus itu." Mood.. mood.. mood.. Ada yang lagi bermasalah sama mood? Ada yang lagi bete? Atau lagi happy-happy ? Mood itu ada banyak macam. Ada mood baik (yang bikin kita merasa senang, semangat), ada juga mood jahat (apa ya istilah yang pas?). Maksudnya mood yang justru bikin suasana hati kita enggak enak (banget). Buat cewek, setiap bulan pasti mengalami mood swing, dari yang tadinya senang, berubah jadi kesel. Langsung berubah gitu aja dan saat itu juga. Normal enggak perubahan mood yang mendadak begini? Masih wajar kok. Pasti pernah 'kan , di satu waktu kita rasanya happy (kadang juga enggak ngerti apa yang bikin kita happy ), mendadak berubah jadi sebel (dengan alasan yang bisa jadi sepele atau justru alam bawah sadar yang mengingatkan otak tentang sesuatu yang enggak menyenangkan, mungkin?). Selama perubahan mood ini enggak ganggu aktivitas, enggak terjadi ber

PEJUANG SUBUH (DAN PEJUANG EMPAT WAKTU)

Menjadi Pejuang Subuh itu berat. Enggak semua orang (Muslim tentunya) bisa melakukannya. Tantangannya banyak banget. Kalo mau dan yakin bisa, pasti bisa. Sebenarnya bukan sesuatu yang susah juga, tapi justru melawan diri-sendiri itu yang enggak jarang dibikin susah. Aku pernah menulis tentang ini sekitar sebulan yang lalu. Aku merasa waktu itu benar-benar kehilangan waktu subuh. Sering kehilangan. Gimana kalo aku dapat siaran pagi? Pasti bakal jadi masalah banget. Mindset -ku waktu itu adalah enggak ketinggalan subuh demi melatih diri biar siap kalo dapet siaran pagi. Bukan cuma karena alasan itu kok, tapi juga demi dapat subuh tepat waktu. Akhir-akhir ini aku kembali mengulang kebiasaan buruk. Subuh selalu pergi meninggalkanku saat aku masih terlena dalam lelap. Kesal. Marah. Kenapa bisa begini?  Sebenarnya masih ada sedikit kelegaan karena, walau subuh ketinggalan, tapi aku enggak ada siaran pagi. Hari kemarin, aku kena batunya. Aku mengulang kesalahan yang sama: telat siaran s

RASA YANG SALAH

Ini satu cerita dari seseorang yang atas izinnya, aku boleh menceritakannya di sini, untuk kamu. Aku harap kamu jangan kaget karena ini cerita yang dianggap tabu dan seharusnya memang enggak ada. Aku enggak bermaksud menyakiti seseorang yang sudah mau menceritakan ini padaku dengan mengatakan cerita ini seharusnya enggak ada. Dia juga sadar, rasa yang selama ini mengakar di hatinya adalah rasa yang salah. Apa kamu termasuk orang terbuka dengan sesuatu yang dianggap tabu? Atau justru langsung menjauhinya? Aku terbuka menerima sesuatu itu. Terbuka dalam arti secara sosial, aku tetap berinteraksi dan enggak membatasi diri. Ini adalah cerita tentang seseorang, seorang laki-laki yang mempunyai getar-getar hangat di hatinya kepada sesamanya. Ya, dia homoseksual. Dia gay. Kamu berteman dengan gay, Gus? Aku udah bilang ‘kan untuk interaksi sosial, aku enggak masalah. Selama dia enggak aneh-aneh, ya.. berinteraksi biasa saja dan seperlunya. Aku dan dia hanya sebatas kenal, tahu nama, udah

FOKUS DAN KOMITMEN (LAGI)

Sekarang fokusku bukan cuma menurunkan berat badan, tapi juga mengencangkan badan. Mereka yang berhasil membentuk tubuh, punya berat yang sekarang menjadi berat badanku. Ah, entah sekarang berat badanku naik apa stagnan. Gym dua bulan (apa tiga bulan?) off . Olahraga off juga. Jaga pola makan masih tetep, cuma enggak sekonsisten yang pernah aku posting di Instagram. Masih tetep menghindari nasi putih yang jelas. Apa aku bisa mendapatkan bentuk badan ideal yang aku inginkan? Pernah merasa ragu sama kemampuan diri sendiri? Bisa enggak ya? Kayaknya susah . Pesimis duluan. Setiap orang pasti pernah merasakan ini. Semua orang, bahkan expert sekali pun pasti pernah begini. Aku bisa? Bisa! Usaha keras dulu karena usaha keras tidak akan mengkhianati . Jargon JKT48 banget! Serius! Kalo kita berusaha keras dan sungguh-sungguh pasti hasilnya akan kita rasakan. Hasil yang ada manis-manisnya gitu. Membentuk badan sebenarnya enggak susah-susah banget, tapi enggak bisa dibilang gampang juga. B

PENERIMAAN; CATATAN DARI MASA LALU

Ini draft lama. Lamaaa banget. Belum sempat diposting. Entah karena apa. Rasanya dibuang sayang. Baiklah,  mesin waktu siap dinyalakan! [] "Selesai sudah lomba penyiar di AKRB. Berkesan, berkesan banget di hatiku. Nggak sesuai rencana, tapi yang udah terjadi, biarkan berlalu. Sama seperti lomba penyiar di MMTC, kali ini aku juga ketemu teman-teman baru. Ada Chika, Dina-Dini (mereka kembar lho), Kiky (penyiar Rockin School Geronimo FM), Naela. Mereka masih SMA. Bentar lagi lulus, cuma Dina-Dini yang masih kelas X. Nggak sempat minta kontak mereka, pengen sebenarnya, tapi untuk pertemuan pertama kali, masa iya minta kontak? Nanti mereka berpikir macam-macam pula. Ha ha ha... [] Ini masa-masa sebelum aku jadi penyiar radio,  officially . Masih belajar di Radio Rasida, radio fakultasku. Masih memimpikan jadi  the real announcer.  Sekarang juga masih tetap belajar kok.  Never ending. [] Seperti khasnya aku yang selalu berusaha menjadi orang yang ceria & nggak jaim, wak

CUCI TANGAN

Sebelum makan cuci tangan dulu. Masih melakukan kebiasaan ini? Bisa dipastikan sebagian besar dari kita enggak lagi melakukan kebiasaan baik itu. Kok rasanya ribet ya sebelum makan cuci tangan, setelah makan cuci tangan, selesai dari toilet cuci tangan, pakai sabun pula. Jadi ke mana-mana harus bawa sabun? ‘Kan sekarang ada hand sanitizer. Lebih praktis. Iya, tapi katanya cuci tangan pake hand sanitizer enggak seampuh cuci tangan pake sabun. Katanya, hand sanitizer cuma bikin kuman pingsan, enggak membunuhnya. Hand sanitizer efektif juga kok membunuh kuman, cuma memang enggak seampuh pake sabun cuci tangan. Alkohol yang ada di hand sanitizer bisa bikin kuman di tangan minggat, tapi dengan catatan, tangan enggak kotor banget ya. Misal tangan belepotan tanah atau baru selesai makan Nasi Padang tanpa sendok alias langsung pake tangan. Nah.. yang begini harus cuci tangan pake air mengalir dan sabun. Kalo pake hand sanitizer, bisa dibayangin rasa enggak nyamannya? Ya, begitu rasanya.