Langsung ke konten utama

KONTEN

Wifi yang benar-benar gratis pas lagi pulang kampung gini, enggak ada yang dekat. Alun-Alun Kebumen kayaknya ada, tapi belum pernah nyoba. Jauh pula. Cafe, pasti ada, tapi bayar (dan lagi.. lagi.. jauh). Pesan kopi secangkir dulu paling enggak. Ada di kampung halaman gini, nge-blog di warnet. Sekali akses Rp 3.500 - Rp 7000. Murah. Kalo di Jogja begini juga, rugi bandar. Warnet di Jogja sejam Rp 5000 kalo enggak salah. Beruntung di Jogja ada wifi yang beneran gratis dan dekat. Enggak perlu pesan secangkir kopi dulu.
Koneksi wifi yang beneran gratis ini enggak sekencang kilat. Kalo buat download film misal, kayaknya lebih baik di warnet yang kebanyakan ngasih koneksi yang seksi. Aku pake wifi cuma buat update blog. Enggak tertarik download film atau apalah yang butuh koneksi kenceng biar lancar download file ukuran besar. Merasa beruntung, memanfaatkan wifi bukan buat sesuatu yang wasting time.
Apa nge-blog ini bukan sesuatu yang wasting time? Tiap hari update, dibayar juga enggak. Manfaatnya apa? Kalo mikir negatif, pasti bakal merasa begitu. Nge-blog ini bukan sesuatu yang wasting time. Aku bisa menuliskan apa yang ada di pikiranku tanpa harus alay share di media sosial, Twitter, misal. I'm author. I'm blogger. Update blog tiap hari, harus! Jujur, ada semacam kebanggaan juga bisa update blog tiap hari. Enggak bakalan malu kalo ada yang nanya blog-ku. Silakan dibaca walau konten masih 'gado-gado'. Seenggaknya nge-blog ini jadi salah satu kegiatan positif yang membuatku produktif. Manisnya mungkin belum aku rasakan sekarang, tapi nanti.. who know?
Kadang kepikiran juga, pengen ngasih konten blog yang bisa ngasih something new, info apa gitu ke pembaca blog-ku. Bukan berarti konten yang lagi aku tulis ini enggak ada isinya loh. Ini juga bagian dari apa yang aku pikirkan. Lebih bagus dan sangat disarankan bikin konten emang harus ada isinya, ada info yang disampein, bukan cuma sekedar curahan isi hati yang buat orang lain enggak penting. Bisa jadi loh.
Buat kamu yang pengen bikin konten berisi, konten yang cerdas, pertama yang harus kamu lakukan adalah menentukan tema yang bakal kamu tulis. Mau ngomongin apa, Bro, Sis? Ngomongin masa depan kita? Jiaaah! Kalo udah jelas mau ngebahas apa, langkah yang kedua adalah browsing. Cari info sebanyak mungkin tentang tema yang kamu tulis. Jangan ngasal apalagi nyebarin informasi bohong. Tulisan fiksi sekali pun musti ada riset (biasanya buat setting tempat yang real-nya ada, bukan negeri antah-berantah), apalagi buat tulisan non fiksi. Musti banget ada bahan yang bisa dipertanggungjawabkan.
Bukan plagiat loh. Beda. Plagiat itu meng-copy paste sama persis dan mengakui itu sebagai karyamu. Enggak sama persis tapi mengutip, menyadur, apapun itu bahasanya, tanpa mencantumkan sumber aslinya, bisa dibilang plagiat juga. Terus gimana dengan tulisan yang bahannya dari hasil browsing, tapi menuliskannya tetap dengan bahasa sendiri? Hmm.. sebaiknya alamat web dari hasil kita cari bahan itu, musti dicantumin. Note to my self.
Langkah selanjutnya, tentu menulis dengan bahasamu sendiri. Walau bahan dari website lain, tapi enggak bisa dong kamu copy-paste kecuali kutipan tokoh, misal kata-kata golden ways ala Om Mario, baru bisa copy-paste, sama persis, tapi tentunya mencantumkan sumber dong kalo copy-paste kutipan begini. Rasanya greget kalo ada artikel, tulisan macam yang aku tulis ini di blog, hei.. tulisan di blog loh, tapi benar-benar copy-paste. Tempel, tempel, enggak mencantumkan sumber. Plagiat banget! Jelas! Terus buat apa ditulis di blog kalo cuma copy-paste dari website lain? Berharap bisa ngebantu banyak orang dengan informasi yang kita copy-paste seenak udel di blog kita? Niatnya mulia, tapi caranya salah. Sama kayak Robin Hood.
Bolehlah bahan dan riset ada di website lain, tapi olahlah hasil riset itu, hasil kepo, dengan bahasamu sendiri dan jangan lupa cantumin sumber. Pernah dengar, salah satu web yang memuat banyak informasi (perlu sebut nama enggak ya?), satu hari pernah semacam diblokir gitu karena terbukti plagiat. Mengutip, menyadur, meng-copy-paste dari web lain tapi enggak mencantumkan sumber. Buka aja terselubung.in (yah.. sebut nama). Dulu loh pernah dengar kabarnya begitu. Sekarang terselubung.in udah oke. Selalu mencantumkan sumber dari tulisan yang diposting. Aku yakin terselubung.in juga mengolah lagi sumber dari web sebelah itu dengan bahasanya sendiri dengan tetap mencantumkan sumbernya. Dulu, kalo enggak salah, terselubung.in namanya terselubung.blogspot.com. Kalo enggak salah.
Simpel ya cara bikin konten berisi ala gue (sok-sok pake nyebut diri sendiri 'gue'). Enggak ribet dan langsung bisa dipraktekin. Mau coba sekarang? Kuy!
Kebumen, 27.10.2017
(Btw, aku baru sadar, update blog dua hari kemarin, aku menuliskan 'Jogja'. Padahal aku lagi di Kebumen. Efek kebiasaan nge-blog di Jogja~)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta...

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato...

DI BELAKANG (ADA) ANGKA DUA

Bisa dibilang aku mampir ke sini cuma di momen seperti hari ini. 16 Agustus. Ada momen spesial apa sih di 16 Agustus? Kata Sal Priadi, "...serta mulia, panjang umurnya." Hari lahir. Tahun ini aku melewati hari lahir ke-32. Wow! Ti-ga pu-luh du-a. Sama-sama di belakang ada angka dua tapi beda rasanya ya waktu hari lahir ke-22 dan hari ini. Waktu 22 tahun aku nggak merasa ada tekanan. Kayak berlalu gitu aja. Aku ingat hari lahir ke-22-ku terjadi setahun setelah KKN di Kulonprogo. Pengingatnya adalah waktu KKN aku pernah ditanya ulang tahun ke berapa. Aku jawab, "Bioskop." Twenty one alias 21. Apakah hari lahir kali ini aku merasa tertekan? Ada rasa yang membuatku khawatir tapi let it flow aja. Nggak mau jadi overthinking . Apa yang terjadi nantinya ya dihadapi dengan riang gembira lengkap dengan gedebak-gedebuk nya. Masa ulang tahun nggak ada apa-apa? Nggak mengharapkan juga sih. Nggak mengharuskan juga tapi kalo ada ya aku nikmati dan berterima kasih. Kode banget ni...