Langsung ke konten utama

PENGORBANAN DALAM MERAH PUTIH MEMANGGIL

Nonton sendirian? Why not? Tadinya sih ngerasa awkward dan menyedihkan nonton di bioskop by my self, tapi demi mendukung film original, not bajakan, stop ya! stop!, harus nonton di bioskop walau sendirian. Gimana ya? Ngajakin yang lain tapi enggak ada yang mau. Underestimate duluan sebelum nonton. Sangat disayangkan sih.
Hari ini aku nonton, setelah sekian lama, sen-di-ri-an. Yes, sendiri. Enggak buruk. Aku terlalu banyak berekspektasi. Sebelumnya udah pernah nonton di bioskop sendiri, duluuu.. sudah sangat lama. Sekarang, hari ini, demi film ini, aku nonton sendirian. Demi mendukung karya bangsa sendiri.
"Merah Putih Memanggil", film yang sangat nasionalis dan rekomen banget! Serius! Nonton film ini benar-benar bikin kita lebih cinta dan bangga sama Indonesia, terutama bangga sama TNI. Aku nonton film ini capek hati karena tegang dan gregetnya berasa banget. Enggak rela TNI yang berjuang melawan teroris sampai kehilangan nyawa. Nonton film ini, kamu akan merasakan itu. Enggak rela kehilangan.
Menariknya lagi, film "Merah Putih Memanggil" beneran menggunakan TNI, bukan aktor yang berperan jadi TNI, yang ikut ambil bagian. Bisa dibilang film ini adalah simulasi latihan TNI menghadapi ancaman. Nonton sendiri deh. Kamu bakal ngerasain atmosfir perjuangan TNI dalam memberantas ancaman dan pemberontakan.
Film ini tetap ada dramanya kok. Ada aktornya juga. Maruli Tampubolon dan Prisia Nasution, mereka berdua keren banget jadi TNI. Selebihnya real soldiers yang jadi bagian film. Oh iya, ada juga Verdy Bhawanta. Siapa dia? Cek Instagram ya. Selebgram juga kok.
Nonton "Merah Putih Memanggil" bikin aku mikir sendiri, "Apa perjuanganku buat Indonesia? Aku udah melakukan apa buat bangsa ini?" TNI di mata masyarakat emang jadi profesi yang sangat dihormati. Wah.. elit bener deh. Sesungguhnya, sejatinya, jadi TNI harus siap mati demi menjaga keutuhan NKRI. Bukan sekedar gaya-gayaan atau pengen terlihat keren dengan seragam loreng-loreng dan pangkat yang menempel itu. TNI harus berani berkorban. Film "Merah Putih Memanggil" ini benar-benar ngasih lihat perjuangan itu. Gimana kerasnya usaha dan perjuangan TNI melindungi kita, melindungi Indonesia.
Sedikit spoiler, tapi tenang, cuma sedikit kok, sedikiiit banget, di akhir film ada foto-foto, kelihatannya foto-foto lama, yang ngelihatin pasukan TNI sama persis dengan pasukan TNI di film "Merah Putih Memanggil". Based on a true story? Sebaiknya langsung nonton filmnya sekarang. Ini film Indonesia, ini film kebangsaan, ini film tentang cinta dan perjuangan untuk tanah air, kamu harus nonton, kamu harus mendukung, kamu harus bangga.
Pengorbanan yang dilakukan TNI di film "Merah Putih Memanggil" sukses bikin mataku berkaca-kaca, sukses bikin aku ikut terbawa kesedihan. Mereka berkorban demi perdamaian. Mereka enggak mati sia-sia. Mereka gugur dalam kemuliaan. Apa pasukan TNI di film "Merah Putih Memanggil" tewas semua? Nah.. segera cari tau sendiri dengan nonton filmnya.
Bukan sekedar film yang ngasih hiburan, tapi film "Merah Putih Memanggil" jadi film yang mengajarkan kita arti cinta dan pengorbanan, juga kesetiaan. Salut!
Jogja, 06.10.2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato dari Net City, warnet yang a

BUKAN KELUARGA CEMARA

  Rasanya seperti nggak percaya aku ada dalam sebuah geng. Terkesan alay. Eits! Jangan ngejudge dulu, Gus. Nggak semua geng itu alay. Dan nggak semua geng itu hanya untuk remaja SMA demi eksistensi diri. Sebenarnya poin eksistensi dirinya sama sih. Aku, Mbak Iham, Mbak Dwi, Mbak Yatimah, dan Rina secara resmi, hari ini, Minggu, 4 Juni 2023 membentuk sebuah geng bernama Cemara. Berawal dari obrolan random dalam perjalanan menuju Pantai Goa Cemara, kami sempat membahas tentang Keluarga Cemara. Ada Abah, Emak, Euis, Ara, dan Agil. Apakah kami berlima merepresentasikan karakter-karakter karangan Arswendo Atmowiloto ini? Bukan. Hanya karena kami berlima dan pas lagi ngobrol tentang Keluarga Cemara, lahirlah Geng Cemara. Awalnya kami hanya janjian main. Kali pertama kami main ke Solo. Waktu itu Rina belum bergabung di klub ini. Kami hanya janjian main dan... selesai. Kami bikin grup chat dan mengalirlah rencana-rencana untuk main ke mana-mana. Kali ini kami main ke Pantai Goa Cemara. Ide yan