Langsung ke konten utama

MENGHARGAI PILIHAN

Setiap orang punya pilihan. Ada yang menurut kita, pilihan itu baik, ada juga pilihan yang menurut kita, enggak baik. Manusia punya kebebasan memilih pilihan. Bahkan buat yang merasa enggak punya pilihan, sebenarnya itulah pilihan yang dipilih. Apapun pilihannya, minumnya... Eh, maksudnya, apapun pilihannya, hargailah. Kita enggak bisa memaksa atau mengubah pilihan orang lain sesuai yang kita mau. Harus sama, harus seperti ini, enggak boleh beda. Ada yang beda, langsung bacok. Duh.. Enggak bisa begitu juga. Kita ini hidup enggak cuma dengan satu-dua orang. Banyak ragam, banyak perbedaan, termasuk banyak pilihan.
Waktu aku ikut satu kelas di kampus, ada diskusi tentang pilihan. Dosen bilang, manusia itu merdeka banget dengan pilihannya. Mau jadi apapun, catet: apapun ya, itulah pilihannya. Mau jadi orang baik atau orang jahat, pilihan. Semua tergantung kita, mau ngambil pilihan baik atau enggak. Maksudnya baik dan enggak dari sudut pandang siapa? Agama dan sudut pandang manusia. Enggak usah memungkiri, kita pasti peduli 'kan sama pandangan manusia? Lagian, enggak semua pandangan manusia itu jelek kok. Kalo bisa menjadikan kita lebih baik, menjadi koreksi diri kita, peduli dengan pandangan manusia ada manfaatnya juga.
Aku masih merasa "kok gini banget ya?" sama orang yang pilihannya berbeda dan enggak biasa. Ya.. misal orang yang memilih kepercayaan yang berbeda. Bukan agama yang berbeda, tapi melakukan kepercayaan yang berbeda. Misal lagi nih, sama-sama Islam, tapi ada yang percaya sesuatu yang mengarah ke mistis, hmm.. mungkin bukan mistis, tapi cara melakukan kepercayaannya berbeda dengan Muslim lain. Sejujurnya aku masih merasa agak terganggu dan berkali-kali muncul pertanyaan "kok bisa gitu ya?", "kok gini banget ya?". Tiap rasa-rasa macam ini muncul, aku bakal menegaskan sama diri-sendiri buat menghargai setiap pilihan. Kalo memang ada yang keliru dan kita bisa mengingatkan, lakukan. Tugas kita hanya mengingatkan. Berubah atau enggak, bukan kuasa kita lagi. Justru yang hanya diam itu harus kita hindari.
Setiap orang punya pilihan kok. Kita punya banyak pilihan, termasuk aku yang sekarang belum jadi sarjana.
Dan kemudian terdengar musik menyayat hati...
Jogja, 23.10.2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato dari Net City, warnet yang a

BUKAN KELUARGA CEMARA

  Rasanya seperti nggak percaya aku ada dalam sebuah geng. Terkesan alay. Eits! Jangan ngejudge dulu, Gus. Nggak semua geng itu alay. Dan nggak semua geng itu hanya untuk remaja SMA demi eksistensi diri. Sebenarnya poin eksistensi dirinya sama sih. Aku, Mbak Iham, Mbak Dwi, Mbak Yatimah, dan Rina secara resmi, hari ini, Minggu, 4 Juni 2023 membentuk sebuah geng bernama Cemara. Berawal dari obrolan random dalam perjalanan menuju Pantai Goa Cemara, kami sempat membahas tentang Keluarga Cemara. Ada Abah, Emak, Euis, Ara, dan Agil. Apakah kami berlima merepresentasikan karakter-karakter karangan Arswendo Atmowiloto ini? Bukan. Hanya karena kami berlima dan pas lagi ngobrol tentang Keluarga Cemara, lahirlah Geng Cemara. Awalnya kami hanya janjian main. Kali pertama kami main ke Solo. Waktu itu Rina belum bergabung di klub ini. Kami hanya janjian main dan... selesai. Kami bikin grup chat dan mengalirlah rencana-rencana untuk main ke mana-mana. Kali ini kami main ke Pantai Goa Cemara. Ide yan