Langsung ke konten utama

TENTARA

Ada yang lagi ulangtahun! Wooow! Ada skenario apa nih? Kerjain yuk? Heh? Yakin mau ngerjain yang hari ini ulangtahun? Yakin? Yakin? Bisa-bisa nanti di-dor loh. Mau?
Selamat ulangtahun ke-72 Tentara Nasional Indonesia a.k.a TNI! Semoga makin kuat menjaga bumi Indonesia. Makin tua makin jadi, itulah TNI. Usia ke-72 tentunya jadi semacam pembuktian eksistensi penjaga bumi Indonesia ini. Bukan waktu yang sebentar tapi belum juga dibilang akhir. Hei, baru juga 72 tahun. Masa akhir sih? TNI harus berjaya selamanya. Melindungi kita dari invasi atau pihak jahat yang pengen menggoyahkan NKRI.
Kalo enggak ada TNI kenapa sih? Ada pengaruhnya enggak? Great question! Kalo enggak ada TNI, enggak ada lagi cowok-cowok berotot pake seragam loreng-loreng dan cewek-cewek tangguh melebihi Wonder Woman yang juga berseragam loreng-loreng yang siap jagain kita. Ok, just kidding. Kalo enggak ada TNI, pertahanan negara kita bakal gampang banget diserang. Kita dianggap lemah dan siap-siap ditindas. TNI itu garda depan. Pelindung. Salah satu tugas TNI mencegah gangguan dan ancaman militer bersenjata dari luar dan dalam negeri. Enggak cuma serangan dari pihak asing, tapi kalo ada pemberontak (dari dalam), TNI langsung angkat senjata buat membasmi dan dor-dor! Makanya jangan berani-berani sama TNI kita.
TNI emang benaran enggak bisa diremehin, bahkan dunia juga ngakuin. Prestasi TNI di ajang internasional bikin militer negara lain jadi segan. Salah satunya, TNI jadi juara umum lomba tembak antar angkatan darat yang diadain Royal Australian Army sejak 2008 sampai 2016. Prestasi lainnya? Google please...
Rasa bangga itu bukan cuma karena jadi juara di suatu lomba, tapi pertahanan TNI menjaga NKRI benar-benar tangguh. Indonesia aman, kita aman, selama TNI bersatu. Masih ingat peribahasa "bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh?" Kita percayakan keamanan bumi Indonesia pada TNI. Long live TNI!
Apalagi yang bisa kita banggakan dari TNI? Masa kamu bangga (apa cinta?) sama Kapten Yoo Si-Jin di serial Descendants of the Sun tapi enggak bangga sama tentara negeri sendiri yang jelas-jelas real, bukan sekedar akting memikat mata, melelehkan hati. Coba kenali dan rasakan langsung sensasinya. Bisa-bisa lebih bangga dari rasa bangga ke Kapten Yoo Si-Jin itu.
Gimana bisa bangga (yah.. cinta juga bolehlah), kalo kenal aja enggak. Mau tanya-tanya langsung sama tentara-tentara kece kita juga bisa kok. Kita negara demokrasi Bro, Sist. Kebebasan berpendapat menjadi hak setiap orang di bumi pertiwi ini, tapi ingat harus pake etika. Jangan sok-sok nantangin kalo justru didatengin langsung nangis kayak anak kecil takut disunat. Nanya-nanya lewat Twitter official TNI (AU, AD, AL) silakan. Adminnya enggak kaku. Bisa dicoba, tapi ingat-ingat.. harus sopan ya. Jangan beraninya lempar batu sembunyi tangan alias beraninya cuma dibalik akun.
Ada satu lagi yang bisa bikin bangga sama TNI. Film Merah Putih Memanggil. TNI beneran ada di film ini. Bukan TNI yang diperanin aktor, tapi real soldiers. Ada juga tentara yang diperanin aktor. Yah.. namanya juga film. Ayo nonton! Baru rilis hari ini. Aku besok mau nonton film ini. Masa kamu enggak?
Jogja, 05.10.2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato dari Net City, warnet yang a

BUKAN KELUARGA CEMARA

  Rasanya seperti nggak percaya aku ada dalam sebuah geng. Terkesan alay. Eits! Jangan ngejudge dulu, Gus. Nggak semua geng itu alay. Dan nggak semua geng itu hanya untuk remaja SMA demi eksistensi diri. Sebenarnya poin eksistensi dirinya sama sih. Aku, Mbak Iham, Mbak Dwi, Mbak Yatimah, dan Rina secara resmi, hari ini, Minggu, 4 Juni 2023 membentuk sebuah geng bernama Cemara. Berawal dari obrolan random dalam perjalanan menuju Pantai Goa Cemara, kami sempat membahas tentang Keluarga Cemara. Ada Abah, Emak, Euis, Ara, dan Agil. Apakah kami berlima merepresentasikan karakter-karakter karangan Arswendo Atmowiloto ini? Bukan. Hanya karena kami berlima dan pas lagi ngobrol tentang Keluarga Cemara, lahirlah Geng Cemara. Awalnya kami hanya janjian main. Kali pertama kami main ke Solo. Waktu itu Rina belum bergabung di klub ini. Kami hanya janjian main dan... selesai. Kami bikin grup chat dan mengalirlah rencana-rencana untuk main ke mana-mana. Kali ini kami main ke Pantai Goa Cemara. Ide yan