HOROR
4 Oktober 2017
My first time nonton film horor di bioskop. Rasanya? Ya,
begitu. Enggak seburuk yang aku bayangkan. Film horor pertama yang aku tonton
di bioskop berjudul Pengabdi Setan, sebuah film reboot dari film berjudul sama yang
rilis 1980. Banyak yang bilang film satu ini horor paling horor se-Indonesia, film horor terseram sepanjang masa, pada masa
itu pastinya. Saking terkenalnya, film ini sampai rilis di berbagai negara,
mulai dari Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang. Aku udah nonton Pengabdi Setan versi 1980, walau belum selesai aku tonton. Beneran horor banget? Yah... so-so. Mungkin karena visualisasi dan teknologi pada masa itu belum secanggih sekarang.
Aku tertarik nonton fim Pengabdi Setan karena
popularitasnya sebagai film horor terhoror. Apalagi film Pengabdi Setan versi
2017 disutradarai Joko Anwar yang udah bikin film-film keren, mulai dari Kala,
fiksi., Modus Anomali, dan sederet film lainnya yang belum aku tonton. Tiga film
yang aku sebutin itu udah aku tonton dan emang keren! Kalo kamu belum nonton, aku
rekomendasiin buat jadi list “harus nonton”. Serius!
Hari ini, aku pertama kalinya nonton film horor di
bioskop, film yang banyak dibilang sangat menyeramkan. Bahkan teman
kostku sampai parno setelah nonton film Pengabdi Setan versi 2017. Enggak berani matiin lampu kamar
dan takut ke kamar mandi malam-malam. Aku bukan mau mereview film Pengabdi
Setan versi 2017. Tonton aja gih mumpung masih now playing di bioskop. Jangan nonton
film bajakan ya dan jangan underestimate sama film (horor) Indonesia. Tonton
dulu, baru komentar.
Kenapa film horor selalu bikin jantungan? Berdasarkan KBBI,
horor (ho-ror) artinya sesuatu yang menimbulkan perasaan ngeri atau takut yang
amat sangat. Jelas, film horor selalu bikin jantungan. Tentunya juga karena
didukung visualisasi nyeremin atau ngagetin dan musik latar yang juga ngagetin.
Coba deh nonton film horor tanpa suara. Masih bikin jantungan? Kalo belum
pernah nonton satu judul film horor sebelumnya dan pas nonton enggak pake
suara, kaget mungkin iya, karena pasti ada visualisasi yang nyeremin dan
ngagetin itu, tapi enggak bakal jantungan, deg-degan, apalagi tegang. Film horor tanpa
musik latar yang ngagetin? Bagai sayur tanpa garam. Bagai ayam geprek cabenya cuma
setengah. Ada filmmaker yang bilang, salah satu kunci sukses film
horor adalah musik latarnya. Harus yang ngagetin, harus yang bikin tegang,
harus yang bikin takut.
Nonton film ‘kan hiburan. Pengen terhibur, bukan
ketakutan. Yes, salah satu alasan seseorang nonton film pasti karena itu. Pengen hiburan. Pernah enggak, merasa butuh sesuatu yang menantang adrenalin? Pernah enggak,
merasa pengen nonton film horor? Aku salah satu yang merasakan pertanyaan kedua
ini. Aku pengen nonton film horor. Kenapa pengen? Apa ya bahasanya? Aku susah
ngejelasin, tapi rasanya itu pengen sesuatu yang greget aja. Senam jantung kali
ya. Sesekali emang perlu nonton film horor, kecuali mereka yang addict banget
sama film horor, bukan cuma sesekali nonton tapi harus sering-sering. Bahkan mungkin
tiap nonton film, harus film horor.
Film horor Indonesia sekarang ini lebih baik daripada
film horor Indonesia lima tahun lalu. Sekitar 2010 – 2011, film horor Indonesia banyak yang menjadikan sensualitas benar-benar sebagai bahan utama.
Horor justru cuma jadi pelengkap. Menurutku, masa-masa itu adalah masa
kemunduran film horor. Ini film horor apa film porno? Horno. Horor dan porno
(istilah yang aku pinjam dari teenlit “My Cousin is Gay” karya Lia Indra
Andriana). Beberapa waktu terakhir ini, film horor enggak lagi mengeksplor
sensualitas, tapi real horor. Enggak ada lagi dada, paha, yang dikejar-kejar
pocong keramas. Ah, dari judulnya aja aneh-aneh dan enggak masuk akal. Pocong Mandi
Goyang Pinggul, Suster Keramas, Pelukan Janda Hantu Gerondong, oh My.. ini film
horor maca apa? Aku bukan underestimate. Aku cuma nyinyir. Yeee.. sama aja keleus!
Nia Dinata, filmmaker Indonesia yang menurutku sama keren kayak Joko Anwar,
bahkan pernah bilang, enggak mau nonton film horor yang judulnya aneh-aneh itu.
Bukan.. ini bukan nge-judge, tapi hampir semua judul film horor yang waktu itu
banyak menyajikan sensualitas. Aku termasuk yang jengah dengan film-film horor itu.
Sekarang more better-lah. Apa mungkin karena tren sekarang
bukan film horor yang banyak mengumbar sensualitas? Mungkinkah film horno a.k.a horor dan porno bakal
comeback dan meraja (lagi)? Aku harap sih enggak. Janganlah. Jangan nodai
film-film Indonesia. Please...
Jogja, 04.10.2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar