Langsung ke konten utama

HOROR

My first time nonton film horor di bioskop. Rasanya? Ya, begitu. Enggak seburuk yang aku bayangkan. Film horor pertama yang aku tonton di bioskop berjudul Pengabdi Setan, sebuah film reboot dari film berjudul sama yang rilis 1980. Banyak yang bilang film satu ini horor paling horor se-Indonesia, film horor terseram sepanjang masa, pada masa itu pastinya. Saking terkenalnya, film ini sampai rilis di berbagai negara, mulai dari Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang. Aku udah nonton Pengabdi Setan versi 1980, walau belum selesai aku tonton. Beneran horor banget? Yah... so-so. Mungkin karena visualisasi dan teknologi pada masa itu belum secanggih sekarang.
Aku tertarik nonton fim Pengabdi Setan karena popularitasnya sebagai film horor terhoror. Apalagi film Pengabdi Setan versi 2017 disutradarai Joko Anwar yang udah bikin film-film keren, mulai dari Kala, fiksi., Modus Anomali, dan sederet film lainnya yang belum aku tonton. Tiga film yang aku sebutin itu udah aku tonton dan emang keren! Kalo kamu belum nonton, aku rekomendasiin buat jadi list “harus nonton”. Serius!
Hari ini, aku pertama kalinya nonton film horor di bioskop, film yang banyak dibilang sangat menyeramkan. Bahkan teman kostku sampai parno setelah nonton film Pengabdi Setan versi 2017. Enggak berani matiin lampu kamar dan takut ke kamar mandi malam-malam. Aku bukan mau mereview film Pengabdi Setan versi 2017. Tonton aja gih mumpung masih now playing di bioskop. Jangan nonton film bajakan ya dan jangan underestimate sama film (horor) Indonesia. Tonton dulu, baru komentar.
Kenapa film horor selalu bikin jantungan? Berdasarkan KBBI, horor (ho-ror) artinya sesuatu yang menimbulkan perasaan ngeri atau takut yang amat sangat. Jelas, film horor selalu bikin jantungan. Tentunya juga karena didukung visualisasi nyeremin atau ngagetin dan musik latar yang juga ngagetin. Coba deh nonton film horor tanpa suara. Masih bikin jantungan? Kalo belum pernah nonton satu judul film horor sebelumnya dan pas nonton enggak pake suara, kaget mungkin iya, karena pasti ada visualisasi yang nyeremin dan ngagetin itu, tapi enggak bakal jantungan, deg-degan, apalagi tegang. Film horor tanpa musik latar yang ngagetin? Bagai sayur tanpa garam. Bagai ayam geprek cabenya cuma setengah. Ada filmmaker yang bilang, salah satu kunci sukses film horor adalah musik latarnya. Harus yang ngagetin, harus yang bikin tegang, harus yang bikin takut.
Nonton film ‘kan hiburan. Pengen terhibur, bukan ketakutan. Yes, salah satu alasan seseorang nonton film pasti karena itu. Pengen hiburan. Pernah enggak, merasa butuh sesuatu yang menantang adrenalin? Pernah enggak, merasa pengen nonton film horor? Aku salah satu yang merasakan pertanyaan kedua ini. Aku pengen nonton film horor. Kenapa pengen? Apa ya bahasanya? Aku susah ngejelasin, tapi rasanya itu pengen sesuatu yang greget aja. Senam jantung kali ya. Sesekali emang perlu nonton film horor, kecuali mereka yang addict banget sama film horor, bukan cuma sesekali nonton tapi harus sering-sering. Bahkan mungkin tiap nonton film, harus film horor.
Film horor Indonesia sekarang ini lebih baik daripada film horor Indonesia lima tahun lalu. Sekitar 2010 – 2011, film horor Indonesia banyak yang menjadikan sensualitas benar-benar sebagai bahan utama. Horor justru cuma jadi pelengkap. Menurutku, masa-masa itu adalah masa kemunduran film horor. Ini film horor apa film porno? Horno. Horor dan porno (istilah yang aku pinjam dari teenlit “My Cousin is Gay” karya Lia Indra Andriana). Beberapa waktu terakhir ini, film horor enggak lagi mengeksplor sensualitas, tapi real horor. Enggak ada lagi dada, paha, yang dikejar-kejar pocong keramas. Ah, dari judulnya aja aneh-aneh dan enggak masuk akal. Pocong Mandi Goyang Pinggul, Suster Keramas, Pelukan Janda Hantu Gerondong, oh My.. ini film horor maca apa? Aku bukan underestimate. Aku cuma nyinyir. Yeee.. sama aja keleus! Nia Dinata, filmmaker Indonesia yang menurutku sama keren kayak Joko Anwar, bahkan pernah bilang, enggak mau nonton film horor yang judulnya aneh-aneh itu. Bukan.. ini bukan nge-judge, tapi hampir semua judul film horor yang waktu itu banyak menyajikan sensualitas. Aku termasuk yang jengah dengan film-film horor itu.
Sekarang more better-lah. Apa mungkin karena tren sekarang bukan film horor yang banyak mengumbar sensualitas? Mungkinkah film horno a.k.a horor dan porno bakal comeback dan meraja (lagi)? Aku harap sih enggak. Janganlah. Jangan nodai film-film Indonesia. Please...
Jogja, 04.10.2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta...

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato...

DI BELAKANG (ADA) ANGKA DUA

Bisa dibilang aku mampir ke sini cuma di momen seperti hari ini. 16 Agustus. Ada momen spesial apa sih di 16 Agustus? Kata Sal Priadi, "...serta mulia, panjang umurnya." Hari lahir. Tahun ini aku melewati hari lahir ke-32. Wow! Ti-ga pu-luh du-a. Sama-sama di belakang ada angka dua tapi beda rasanya ya waktu hari lahir ke-22 dan hari ini. Waktu 22 tahun aku nggak merasa ada tekanan. Kayak berlalu gitu aja. Aku ingat hari lahir ke-22-ku terjadi setahun setelah KKN di Kulonprogo. Pengingatnya adalah waktu KKN aku pernah ditanya ulang tahun ke berapa. Aku jawab, "Bioskop." Twenty one alias 21. Apakah hari lahir kali ini aku merasa tertekan? Ada rasa yang membuatku khawatir tapi let it flow aja. Nggak mau jadi overthinking . Apa yang terjadi nantinya ya dihadapi dengan riang gembira lengkap dengan gedebak-gedebuk nya. Masa ulang tahun nggak ada apa-apa? Nggak mengharapkan juga sih. Nggak mengharuskan juga tapi kalo ada ya aku nikmati dan berterima kasih. Kode banget ni...