Dulu ada seorang teman yang bilang, “Logika tanpa logistik
is nothing.” Kalo kamu lapar, enggak bisa berpikir dengan jernih. Gimana
mau diajak berpikir yang lain kalo yang mendominasi justru rasa lapar? Salah satu
bagian dari nafsu adalah makan. Nafsu harus kita kendalikan. Bukan nafsu
yang mengendalikan kita. Ada tiga nafsu yang harus kita kendalikan. Pertama, nafsu di hati, segala muara perbuatan yang kita
lakukan. Pengen ini, pengen itu, pengen lagi, pengen terus. Nafsu di hati ini
mendominasi dua nafsu selanjutnya. Nafsu di perut dan nafsu di bawah perut. Ketiga
nafsu ini punya kerjasama yang baik dengan otak. Kalo enggak ada sinkronisasi
antara nafsu dan otak, enggak bakal ada keinginan, rasa lapar, dan hasrat seksual.
Nafsu di perut bisa dibilang memengaruhi suasana hati. Ada
pepatah, “Perut kenyang, senanglah hati.” Pernah merasa, lapar bikin hati senang? Adanya uring-uringan, bad mood, enggak ada rasa senang sama
sekali. Semua nafsu bisa dikendalikan kok, termasuk nafsu di perut ini. Apalagi
jenis nafsu yang satu ini. Bisa dibilang paling gampang dikendalikan dibanding
nafsu yang lain.
Nafsu di perut bisa dikendalikan kalo nafsu di hati lebih
kuat. Otak pasti akan memerintahkan “jangan makan”. Presentase keberhasilannya lebih
besar. Bandingkan dengan nafsu di bawah perut. Apa bisa dikendalikan dengan
nafsu di perut? Justru nafsu di bawah perut ini yang paling kuat. Penyeimbang
yang pas adalah nafsu di hati. Kalo lebih kuat nafsu di hati, nafsu di bawah
perut, sekuat apapun, pasti bisa dikendalikan. Cuma harus ekstra hati-hati. Nafsu
di hati ini bisa jadi sasaran empuk kamuflase. Sesuatu yang negatif bisa
berkamuflase menjadi sesuatu yang positif.
Ketiga nafsu ini harus dipenuhi. Bukan, kita bukan diperbudak
nafsu dan menuruti apapun yang nafsu inginkan, tapi kalo ketiga nafsu ini kita
abaikan, aktivitas sehari-hari yang kita lakukan bisa terganggu.
Paling
utama nafsu yang harus dipenuhi adalah nafsu di perut. Bukan memanjakan, tapi
memenuhi kebutuhannya. Kita makan untuk hidup ‘kan? Nafsu di hati bisa
dikendalikan dan dilepaskan pada saat yang tepat. Begitu juga nafsu di bawah
perut. Kalo kita menginginkan sesuatu, enggak mungkin simsalabim langsung ada
di depan mata. Harus ada usaha buat mewujudkan nafsu di hati a.k.a keinginan. Kita bukan hidup di dunia Nobita yang semua-semua bisa
dikabulkan dengan kantong ajaib.
Nafsu di bawah perut yang harus benar-benar bisa kita kendalikan. Paling prioritas! Sama seperti
nafsu di hati yang bisa dilepaskan nanti-nanti, nafsu di bawah perut enggak
semudah nanti-nanti melepaskan nafsu di hati. Dua nafsu ini punya kerjasama yang baik. Nafsu di hati bisa terprovokasi dengan nafsu di bawah
perut. Sulit sekali membedakan keinginan yang harus ditahan dengan keinginan
yang bisa dilepaskan saat itu juga. Cara ampuh mengendalikan nafsu di bawah
perut ini adalah dengan banyak mendekatkan diri kepada Tuhan. Buat umat Islam,
bisa banyak berpuasa agar bisa mengendalikan nafsu di bawah perut ini dengan
lebih baik.
Nafsu di bawah perut yang meledak-ledak bisa dibilang
enggak sesering nafsu di perut atau nafsu di hati. Frekuensinya enggak lebih banyak, tapi sekali
muncul, bisa meruntuhkan pertahanan apapun, apalagi kalo pertahanan yang
dibangun hanya sekedarnya. Kelemahan manusia memang ada di nafsu. Titik kelemahan
yang harus kita bangun pertahanan sekuat mungkin. Banyak celah yang bisa bikin
nafsu, terutama nafsu di bawah perut dan nafsu di hati, menjadi meledak-ledak. Nafsu
di perut masih dalam tahap wajar. Manusia memang sudah seharusnya merasa lapar. Justru harus lebih waspada dengan “lapar-lapar” lain yang enggak sesederhana lapar bermuara di perut.
Jogja, 13.10.2017
Komentar
Posting Komentar