Langsung ke konten utama

SELEB(GRAM)

Setiap orang bisa jadi seleb a.k.a selebritis. Enggak harus wara-wiri di layar kaca, asal punya media sendiri yang bisa menyentuh banyak orang, jadi seleb bukan sesuatu yang mustahil. Ada selebtweet, selebgram, selebook(?). Hah? Selebook? Apaan tuh? Seleb Facebook. Ngaco! Media sosial paling banyak penggunanya apa sih? Instagram. Ada 500 juta pengguna aktif di seluruh dunia dan 22 juta diantaranya ada di Indonesia. Eh, Facebook ding yang paling banyak penggunanya. Ada 2047 miliar pengguna (aktif) Facebook di seluruh dunia. Apa? Miliar? Twitter ada 328 juta pengguna. Enggak ada ya istilah seleb Facebook? Mungkin karena dibatasi jumlah teman, sebanyak apapun, ya mentok di jumlah yang dibatasi itu. Beda lagi Instagram dan Twitter. Dua media sosial ini lebih simpel dari Facebook yang enggak mengharuskan konfirmasi pertemanan. Klik 'follow', selesai. Pengguna Facebook yang jumlah pertemanannya penuh juga pake istilah 'follow', bukan 'add' lagi. Bisa sama-sama simpel juga sebenarnya.
Facebook cocok buat dijadikan lahan bisnis, jualan online, promosi produk, tapi yang lebih worth it sekarang of course Instagram. Lihat saja artis-artis (bukan cuma sekedar selebgram) mempromosikan produk di Instagram. Followers yang bejibun, bikin pemilik produk membidik akun dengan banyak followers ini. Orang cenderung lebih suka tampilan secara visual dan Instagram jadi media yang cocok dibanding Twitter yang lebih ke tampilan secara teks.
Istilah 'selebgram' diberikan buat akun yang punya lebih dari 20 ribu followers. Sekarang banyak akun Instagram yang tadinya bukan siapa-siapa, berubah menjadi bukan sekedar "bukan siapa-siapa". Pemilik akun yang jadi selebgram harus bersiap dengan kedatangan haters, si tukang nyinyir, dan selain fans tentunya. Berdasarkan pengamatanku, ada akun Instagram yang punya banyak followers terlihat sangat drama karena ada komentar-komentar nyinyir dan sejenisnya. Artis yang punya jutaan followers terkadang meladeni komentar-komentar nyinyir, walau enggak sedikit juga yang membiarkannya. Banyak juga yang justru kolom komentar berubah menjadi arena saling serang sesama komentar-komentar nyinyir.
Selebgram juga manusia. Punya hati. Bisa merasa kesal dengan komentar-komentar yang susah dipertanggungjawabkan itu. Hebat juga buat orang yang tetap cuek dengan komentar-komentar nyinyir dan enggak berfaedah. Sebaiknya komentar-komentar begitu memang enggak usah dipedulikan. Semakin kita peduli (kita?), semakin bernafsu si komentar nyinyir. Punya media sosial dengan banyak followers harus punya prinsip "cukup tahu". Kalo enggak ada yang harus dijelaskan, diklarifikasi, sebaiknya memang enggak usah diladeni komentar-komentar nyinyir itu. Cuma bikin capek hati.
Pasti banyak yang pengen jadi selebgram. Followers bertebaran, like menjamur, tapi harus diingat, dibalik itu semua, komentar-komentar absurd yang bikin panas hati juga siap bertebaran. Harus benar-benar siap kalo mau jadi selebgram.
Cara menjadi selebgram juga bisa dibilang gampang-gampang susah. Gampang, karena kita cuma butuh satu media sosial, Instagram. Bikinnya juga enggak ribet. Enggak perlu daftar ini-itu, melampirkan identitas apalah-apalah, sangat-sangat simpel. Gratis pula. Semua orang bisa bikin akun Instagram. Susahnya itu konten yang bakal kita posting. Kalo mau jadi selebgram, harus punya ciri khas konten. Bukan sekedar posting momen keseharian, tapi harus ada sesuatu yang bikin orang tertarik buat mencet tombol 'follow'. Beauty turorial, healthy lifestyle, fashion, komedi, harus pilih salah satu biar konten jelas dan punya ciri khas. Selain itu juga harus konsisten posting. Jangan cuma posting hari ini, sebulan lagi baru posting yang baru. Keburu basi. Ada rutinitas posting begitulah. Bukan cuma berkala, kala-kala posting, kala-kala enggak.
Konten udah jelas arahnya mau dibawa ke mana, konsistensi posting juga udah oke, saatnya bilang, "Selamat datang selebgram!" Generasi sekarang yang serba media sosial, punya followers berjuta-juta tentu jadi satu kebanggaan. Ada juga yang pake cara instan menambah followers tanpa mempedulikan segmen dan konsistensi posting. Pengennya langsung punya followers banyak biar kelihatan keren. Sebenarnya kelihatan kok akun yang benar-benar punya banyak followers dengan orang yang cuma terlihat punya banyak followers. Lihat aja postingannya. Banyak like? Atau justru sepi? Besar kemungkinan followers beneran pasti bakal ngasih respon, entah itu like atau komentar. Followers sekedar hiasan, mana bisa?
Jogja, 22.10.2017

Komentar

  1. Huhu, aku baru baca ini. Iseng-iseng klik gara-gara nyari istilah selebook di pencarian Google. Tulisannya keren banget, sih! Btw, sekarang followers-ku di Facebook ada 17k. Kalau nyampe 20k bisa dikatakan selebook?

    Tahun 2021 baru nemu tulisan ini, bakalan dinotif gak, ya, sama author-nya? Hehe. Follow akun Instagram @lolliliaa_p18, ya, Kak, biar aku bisa jadi selebgram.

    Bogor, 18 Agustus 2021

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato dari Net City, warnet yang a

BUKAN KELUARGA CEMARA

  Rasanya seperti nggak percaya aku ada dalam sebuah geng. Terkesan alay. Eits! Jangan ngejudge dulu, Gus. Nggak semua geng itu alay. Dan nggak semua geng itu hanya untuk remaja SMA demi eksistensi diri. Sebenarnya poin eksistensi dirinya sama sih. Aku, Mbak Iham, Mbak Dwi, Mbak Yatimah, dan Rina secara resmi, hari ini, Minggu, 4 Juni 2023 membentuk sebuah geng bernama Cemara. Berawal dari obrolan random dalam perjalanan menuju Pantai Goa Cemara, kami sempat membahas tentang Keluarga Cemara. Ada Abah, Emak, Euis, Ara, dan Agil. Apakah kami berlima merepresentasikan karakter-karakter karangan Arswendo Atmowiloto ini? Bukan. Hanya karena kami berlima dan pas lagi ngobrol tentang Keluarga Cemara, lahirlah Geng Cemara. Awalnya kami hanya janjian main. Kali pertama kami main ke Solo. Waktu itu Rina belum bergabung di klub ini. Kami hanya janjian main dan... selesai. Kami bikin grup chat dan mengalirlah rencana-rencana untuk main ke mana-mana. Kali ini kami main ke Pantai Goa Cemara. Ide yan