Langsung ke konten utama

KATAKAN CINTA


Sekian lama enggak pernah ikut 'Katakan Cinta', alhamdulillah kali ini masih diberi kesempatan. Sejak menjadi anggota FLP Jogja Angkatan 14 di tahun 2012, belum pernah sekali pun ikut kegiatan bulanan ini. Bukan karena mager, tapi tiap kali ada info 'Katakan Cinta', selalu bentrok dengan kegiatan lain. Sepanjang bisa mengingat, karena saya enggak di Jogja (baca: pulang kampung).
Kegiatan bulanan FLP Jogja ini bukan tentang 'tembak-menembak cinta-cintaan' ala-ala reality show di TV sekian tahun silam. No! 'Katakan Cinta' di sini adalah 'Kajian Tentang Agama Dilanjutkan Cerita Indah Apa... Aja!'. Sebelum-sebelumnya belum pernah ikut. Enggak ada gambaran apa saja yang dilakukan tapi intinya, forum diskusi melingkar dengan satu orang yang menjadi narasumber. 'Katakan Cinta' kali ini ada di Rumah BaCa, Jalan Gedong Kuning 102 dengan tema 'Membangun Kepekaan Sosial sebagai Bahan Pengayaan Karya'. Terkesan kaku ya? Seperti tema seminar-seminar di kampus. Enggak sekaku yang dipikirkan kok. Diskusi atau bahasa lebih khususnya kajian, (entah kenapa kata 'kajian' bagi saya identik dengan diskusi keislaman) berjalan dengan santai. Narasumber a.k.a pembicaranya juga asyik. Seorang dengan gelar Ph.D yang tetap humble dan enggak terkesan pakai bahasa njlimet yang sungguh ilmiah bahkan kaku. Ganjar Widhiyoga, sesepuh FLP Jogja sekaligus pendiri Rumah BaCa, didapuk menjadi pembicara 'Katakan Cinta' episode kali ini.
Ganjar, yang biasa kami panggil 'Pak', membahas empati dalam berkarya. Kenapa? Menulis sesuatu di luar dunia kita, membutuhkan kepekaan khusus. Apa kita bisa memahami orang yang tergusur dari tempat tinggal karena tanah berpijak berstatus ilegal? Kita di sini bisa terbagi menjadi dua kubu yang membingungkan. Sikap penggusur enggak salah, karena mereka bertindak sesuai fakta, tapi pihak tergusur juga enggak bisa disalahkan karena menggunakan tanah yang bukan menjadi haknya. Netral? Solusi jelas dibutuhkan di sini. Namanya solusi pasti mencerahkan semua pihak. Bukan menguntungkan salah satu dan mem-buntung-kan yang lain.
Empati dalam bercerita, empati dalam berkarya, yang nantinya bisa terefleksikan dalam kehidupan nyata. Saya merasa belum benar-benar menjadi orang yang punya empati. Terkadang saya mempertanyakan empati dalam diri saya sendiri. Apa benar yang saya lakukan adalah empati? Atau justru empty? Kosong? Sekarang mencari orang yang empati katanya ibarat mencari jarum di tumpukan jerami. Benarkah? Orang yang punya empati di hatinya masih ada di dunia ini. Orang yang enggak mengenal empati juga (masih) ada. Seperti dua sisi koin yang selalu berdampingan. Saya terus belajar mengenal empati dalam diri dan akan terus belajar. Hidup banyak mengajarkan tentang empati, simpati, dan sikap lain, baik atau buruk. Belajar langsung dalam kehidupan enggak kenal kata 'lulus', kecuali kehidupan kita berpindah ke alam setelah kehidupan.
Sedikit tentang lokasi 'Katakan Cinta' episode kali ini. Kesan pertama yang menyenangkan. Taman baca khususnya buat anak-anak ini punya tampilan yang bikin betah berlama-lama. Jangankan anak-anak, saya saja yang sudah melewatkan masa anak-anak, betah di Rumah BaCa walau kali itu baru kali pertama kedatangan. Saya jadi ingat satu taman baca di Kebumen yang jauh dari kata nyaman. Gimana bisa tercipta rasa nyaman, lha wong tempatnya sendiri jauh dari kata nyaman. Sangat disayangkan.
Semua buku di Rumah BaCa memang berbahasa Inggris. Tuntutan zaman sekarang banget 'kan? Orangtua pasti menginginkan anak-anaknya fasih berbahasa Inggris. Koleksi buku anak-anak di Rumah BaCa sangat direkomendasi walau masih terbatas dalam jumlah.
Selain baca buku, anak-anak juga bisa ikut kegiatan yang bisa menambah soft skill, mulai dari menulis cerita sampai memasak. Apa memasak termasuk soft skill? Yah.. enggak semua orang bisa memasak 'kan? Buku kreativitas di Rumah BaCa membuat saya yang bukan lagi anak-anak tertarik memainkannya. Ya, memainkan, bukan sekedar membaca. Buku cerita yang penuh warna dilengkapi figur karakter dan poster latar untuk bercerita. Melihat anak-anak bercerita sendiri dengan buku kreativitas ini, pasti menggemaskan. Dunia anak-anak memang seharusnya begini. Bebas berimajinasi.
Semoga 'Katakan Cinta' selanjutnya saya masih mendapat kesempatan. Satu kegiatan yang mempertemukan mereka yang jauh, membangkitkan kenangan lama dan menciptakan kenangan baru. Kenangan yang indah, tentu.
Jogja, 28.01.2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta...

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato...

DI BELAKANG (ADA) ANGKA DUA

Bisa dibilang aku mampir ke sini cuma di momen seperti hari ini. 16 Agustus. Ada momen spesial apa sih di 16 Agustus? Kata Sal Priadi, "...serta mulia, panjang umurnya." Hari lahir. Tahun ini aku melewati hari lahir ke-32. Wow! Ti-ga pu-luh du-a. Sama-sama di belakang ada angka dua tapi beda rasanya ya waktu hari lahir ke-22 dan hari ini. Waktu 22 tahun aku nggak merasa ada tekanan. Kayak berlalu gitu aja. Aku ingat hari lahir ke-22-ku terjadi setahun setelah KKN di Kulonprogo. Pengingatnya adalah waktu KKN aku pernah ditanya ulang tahun ke berapa. Aku jawab, "Bioskop." Twenty one alias 21. Apakah hari lahir kali ini aku merasa tertekan? Ada rasa yang membuatku khawatir tapi let it flow aja. Nggak mau jadi overthinking . Apa yang terjadi nantinya ya dihadapi dengan riang gembira lengkap dengan gedebak-gedebuk nya. Masa ulang tahun nggak ada apa-apa? Nggak mengharapkan juga sih. Nggak mengharuskan juga tapi kalo ada ya aku nikmati dan berterima kasih. Kode banget ni...