Langsung ke konten utama

DUNIA SERBA REALISTIS

Selamat datang di dunia dewasa, dunia yang realistis. Idealis boleh, tapi enggak bisa lagi seidealis mahasiswa. Hidup ini realistis, Bro! Bukan berarti apa-apa jadi serba praktis. Realistis tanpa mengorbankan harga diri. Berapa sih harga diri kamu?
Idealis itu penting buat pegangan biar enggak tersesat dan enggak tahu arah jalan pulang. Kata seorang teman, idealis tapi bisa menempatkan diri pada tempatnya. Menurut Wikipedia, seorang yang idealis adalah orang yang mengandalkan pemahamannya pada visi yang jelas karena punya keyakinan yang kokoh dengan sesuatu yang sedang dihadapi. Hidup yang punya tujuan jelas. Mau ke mana? Kanan? Kiri? Lurus? Belok? Atau ikut arah terbanyak?


Mengerjakan sesuatu yang enggak menghasilkan uang buat apa? Semacam mengambil pasir dengan jaring nelayan. Aku setiap hari menulis di blog, tanpa mendapatkan uang, justru mengeluarkan uang, buat apa? Pertanyaan yang cukup menggelitik hatiku. Apa aku harus berhenti menulis di blog dan beralih menulis yang menghasilkan uang?
Jangan salah! Aku memang enggak mendapatkan uang dari aktivitas menulis di blog setiap hari, sekarang ini, tapi aku mendapatkan sesuatu yang manfaatnya pasti aku rasakan nanti. Aku produktif, walau yang aku tulis hanya sekelumit, secuil, sebagian kecil. Aku bukan, belum, menulis yang mengharuskan riset dulu, persiapan ini dan itu. Aku menulis di blog mengejar konsistensi, bukan mengejar uang, untuk sekarang ini. Rutinitas yang aku mulai sehari sebelum usiaku yang ke-24, menjadi semacam booster untuk menjadikan hidupku lebih hidup. Kata iklan keripik kentang di TV, "Life is never flat!" Inilah caraku untuk membuat hidup yang lebih berwarna. Kalo aku berhenti nge-blog, menyudahi rutinitas produktif ini, terus apa?
Aku kangen juga menulis untuk media massa dan mendapatkan uang. Kepuasan melihat karya sendiri dipublikasi ke seluruh penjuru negeri, skala lokal pun enggak jadi soal, dan indahnya menerima honorarium pemuatan. Aku bukan tipikal orang yang enggak peduli honor. Hei, hidup harus realistis. Menulis untuk ibadah, untuk kepentingan ummat, kepentingan orang banyak, dan honor adalah penghargaan dari media massa yang memuat tulisan kita. Wajar 'kan? Asal, harus diingat baik-baik, kita memang menulis untuk media massa dan mendapat honor, tapi jangan pernah honor menyetir tulisan kita demi kepentingan satu oknum yang ingin memporak-porandakan sesuatu yang lain. Jangan pernah! Na'udzubillah... Hidup memang realistis tapi jangan sampai akal sehat jadi kritis. Jangan kita terpedaya dengan alasan hidup harus realistis.
Kamu punya satu rutinitas yang enggak menghasilkan uang? Asal rutinitas yang baik, lanjutkan. Ini adalah rutinitas panggilan jiwa. Urusan perut memang bisa membenturkan kita pada situasi apapun, bahkan situasi paling buruk, tapi jangan pernah tinggalkan panggilan jiwamu. Realistis mengumpulkan uang tapi juga punya satu rutinitas yang bisa membuat kita lebih berdaya, membuat hidup jadi lebih berwarna.
Kebumen, 11.01.2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato dari Net City, warnet yang a

BUKAN KELUARGA CEMARA

  Rasanya seperti nggak percaya aku ada dalam sebuah geng. Terkesan alay. Eits! Jangan ngejudge dulu, Gus. Nggak semua geng itu alay. Dan nggak semua geng itu hanya untuk remaja SMA demi eksistensi diri. Sebenarnya poin eksistensi dirinya sama sih. Aku, Mbak Iham, Mbak Dwi, Mbak Yatimah, dan Rina secara resmi, hari ini, Minggu, 4 Juni 2023 membentuk sebuah geng bernama Cemara. Berawal dari obrolan random dalam perjalanan menuju Pantai Goa Cemara, kami sempat membahas tentang Keluarga Cemara. Ada Abah, Emak, Euis, Ara, dan Agil. Apakah kami berlima merepresentasikan karakter-karakter karangan Arswendo Atmowiloto ini? Bukan. Hanya karena kami berlima dan pas lagi ngobrol tentang Keluarga Cemara, lahirlah Geng Cemara. Awalnya kami hanya janjian main. Kali pertama kami main ke Solo. Waktu itu Rina belum bergabung di klub ini. Kami hanya janjian main dan... selesai. Kami bikin grup chat dan mengalirlah rencana-rencana untuk main ke mana-mana. Kali ini kami main ke Pantai Goa Cemara. Ide yan