Langsung ke konten utama

JAM KERJA

Enggak sedikit mindset orang-orang jam kerja adalah 8 to 4, 9 to 4, dan seterusnya. Jam 8 pagi sampai jam 4 sore atau jam 9 pagi sampai jam 4 sore. Selain jam ini, bukan jam kerja (yang wajar). Mindset karyawan. Jadi karyawan enggak buruk, tapi enggak jadi karyawan juga bukan kesalahan. Ini cuma tentang mindset. Banyak orangtua yang menuntut anak-anaknya menjadi karyawan. Bukan jadi orang yang meng-karyawan-kan orang lain, tapi justru diri-sendiri yang ditekankan jadi karyawan.


Terbiasa dengan jam kerja ala karyawan, seseorang yang bekerja di luar jam ini enggak sedikit merasa hidupnya terbalik. Orang lain pulang, justru dia baru memulai aktivitas. Enggak perlu merasa berbeda karena jam kerja yang enggak sama. Sama-sama bekerja, halal, dan enggak merugikan orang lain 'kan? Belum tentu mereka yang punya jam kerja 8 to 4 lebih produktif.
Dalam seminggu, jam kerja karyawan di Indonesia, dikutip dari bisnis.liputan6.com, ada 45-50 jam belum termasuk lembur dan perjalanan yang macet terutama di kota besar. Wow! Lama juga ya. Segini masih bisa dibilang enggak banyak dibanding Jepang yang punya jam kerja dalam seminggu 60-90 jam. Jepang memang dikenal sebagai negara yang orang-orangnya gila kerja. Dedikasi kerja mereka tinggi walau buat orang Indonesia, mereka terlalu memaksakan diri. Enggak kayak kita yang tetap ada masa santai sekali pun dikepung deadline. Iyalah, hidup itu harus dinikmati.
Beberapa negara lain justru punya jam kerja yang lebih sedikit dibanding Indonesia. Bayangkan kalo jam kerja kita dipangkas. Semakin banyak yang bersantai? Irlandia menghabiskan waktu 39 jam kerja dalam seminggu. Yah.. beda tipis sama Indonesia. Lebih keren lagi, pola kerja dan hidup di Irlandia seimbang. Enggak ada tuh yang lembur sampai malam banget. Ada aturan dilarang kerja lebih dari 48 jam dalam seminggu.
Rusia punya jam kerja 40 jam seminggu dan enggak boleh kerja lebih dari 50 jam. Jatah cuti buat karyawan di Rusia ada 28 hari dalam setahun. Lumayan 'kan? Hampir sebulan tuh. Mau jam kerja yang lebih sedikit? Silakan jadi karyawan di Jerman. Negara yang terkenal dengan teknologi medisnya ini menerapkan aturan 35 jam kerja dalam seminggu. Hebatnya, angka pengangguran di negara ini rendah loh. Indonesia bisa begini? Bisa.
Kerja itu penting, tapi bahagia juga enggak kalah penting. Makanya di Swedia ada kebijakan, dalam sehari cukup 6 jam saja yang jadi jam kerja. Hasilnya? Justru lebih produktif. Sedikit jam kerja justru dimaksimalkan. Bukan jadi kesempatan buat lebih bersantai-santai. Lama atau sebentar jam kerja, yang terpenting adalah produktivitas. Percuma dong jam kerja tinggi tapi enggak produktif. Sia-sia banget capek kerja kalo enggak ada hasil sesuai target. Begitu juga jam kerja yang sebagian dari kita menganggapnya jam kerja terbalik. Entah 8 to 4 atau 6 to 12 a.k.a jam 6 sore sampai 12 malam, paling penting adalah produktif, enggak sekedar makan gaji buta. Mereka yang punya jam kerja bukan berarti harus jadi karyawan 'kan?
Jogja, 25.01.2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta...

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato...

DI BELAKANG (ADA) ANGKA DUA

Bisa dibilang aku mampir ke sini cuma di momen seperti hari ini. 16 Agustus. Ada momen spesial apa sih di 16 Agustus? Kata Sal Priadi, "...serta mulia, panjang umurnya." Hari lahir. Tahun ini aku melewati hari lahir ke-32. Wow! Ti-ga pu-luh du-a. Sama-sama di belakang ada angka dua tapi beda rasanya ya waktu hari lahir ke-22 dan hari ini. Waktu 22 tahun aku nggak merasa ada tekanan. Kayak berlalu gitu aja. Aku ingat hari lahir ke-22-ku terjadi setahun setelah KKN di Kulonprogo. Pengingatnya adalah waktu KKN aku pernah ditanya ulang tahun ke berapa. Aku jawab, "Bioskop." Twenty one alias 21. Apakah hari lahir kali ini aku merasa tertekan? Ada rasa yang membuatku khawatir tapi let it flow aja. Nggak mau jadi overthinking . Apa yang terjadi nantinya ya dihadapi dengan riang gembira lengkap dengan gedebak-gedebuk nya. Masa ulang tahun nggak ada apa-apa? Nggak mengharapkan juga sih. Nggak mengharuskan juga tapi kalo ada ya aku nikmati dan berterima kasih. Kode banget ni...