Langsung ke konten utama

KUTUKAN DAN YANG MISTIS, PERCAYA?


Kutukan, mitos, takhayul, dan kawan-kawannya ada sebagian orang yang percaya. Sebagian lagi merasa geli, hari gini masih ada yang percaya klenik dan sesuatu yang enggak masuk akal. Orang-orang tua, sebagian ada yang percaya kutukan dan segala macamnya. Anak-anaknya, cucu-cucunya, pasti juga percaya karena pemahaman dari orang tua memang seperti itu.
Kutukan, menurut kbbi.web.id, artinya kata-kata yang bisa bikin susah seseorang atau bikin kena musibah. Sementara mitos menurut KBBI Online, adalah cerita tentang dewa dan pahlawan zaman dulu yang punya penafsiran asal-usul semesta alam dan manusia yang diungkapkan dengan cara gaib. Takhayul justru enggak berhubungan sama sesuatu yang klenik karena menurut KBBI, takhayul adalah sesuatu yang ada cuma dalam khayalan. Bisa juga percaya sama sesuatu yang dianggap sakti. Enggak melulu mistis bin klenik 'kan?
Sesuatu yang gaib memang ada, tapi dilihat dari sudut pandang kita yang punya pantangan ini nanti jadi begitu, biasanya dibilang mitos, enggak sedikit yang percaya, daripada celaka dan kenapa-kenapa. Takhayul, real-nya, sering dihubung-hubungkan sama makhluk/ kejadian gaib yang masih dirasa abu-abu, antara percaya dan setengah enggak percaya. Kutukan masuk tingkat yang tertinggi. Benar-benar enggak bisa berkutik kalau sampai kena kutukan.
Percaya atau enggak, semua itu berhubungan dengan pikiran kita sendiri. Bisa jadi sesuatu yang kita lihat adalah mitos, salah kaprah yang mereka bilang, karena pikiran kita sendiri. Sesuatu yang sebenarnya enggak ada, tapi justru muncul di pikiran kita. Sesuatu yang gaib memang nyata ada, tapi terlalu menghubungkan kejadian ini sama kutukan, kejadian itu sama mitos, dan lain-lain, dan sebagainya, sebaiknya jangan deh.
Jogja, 16.01.2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato dari Net City, warnet yang a

BUKAN KELUARGA CEMARA

  Rasanya seperti nggak percaya aku ada dalam sebuah geng. Terkesan alay. Eits! Jangan ngejudge dulu, Gus. Nggak semua geng itu alay. Dan nggak semua geng itu hanya untuk remaja SMA demi eksistensi diri. Sebenarnya poin eksistensi dirinya sama sih. Aku, Mbak Iham, Mbak Dwi, Mbak Yatimah, dan Rina secara resmi, hari ini, Minggu, 4 Juni 2023 membentuk sebuah geng bernama Cemara. Berawal dari obrolan random dalam perjalanan menuju Pantai Goa Cemara, kami sempat membahas tentang Keluarga Cemara. Ada Abah, Emak, Euis, Ara, dan Agil. Apakah kami berlima merepresentasikan karakter-karakter karangan Arswendo Atmowiloto ini? Bukan. Hanya karena kami berlima dan pas lagi ngobrol tentang Keluarga Cemara, lahirlah Geng Cemara. Awalnya kami hanya janjian main. Kali pertama kami main ke Solo. Waktu itu Rina belum bergabung di klub ini. Kami hanya janjian main dan... selesai. Kami bikin grup chat dan mengalirlah rencana-rencana untuk main ke mana-mana. Kali ini kami main ke Pantai Goa Cemara. Ide yan