Langsung ke konten utama

INI YANG KITA BUTUHKAN AGAR HIDUP ADA RASA

Suatu siang yang panas di lampu merah, mata saya tanpa sengaja tertuju pada stiker mobil tepat di depan motor yang saya kendarai. Stiker 'happy family' tentang ayah, ibu, kakak, adik. Stiker yang biasa sebenarnya, tapi kali itu stiker yang saya lihat enggak biasa. Ada sosok ayah yang tertulis di bawahnya 'wartawan. Ibu, 'guru'. Kakak, 'arsitek'. Abang, 'pilot'. Adik, 'dokter'. Satu gambaran keluarga yang sempurna. Orangtua mana pun pasti bangga kalau bisa menjadikan anak-anaknya sesuatu yang bernilai lebih.
Melihat stiker itu saya jadi berpikir. Berarti sejak kecil, si anak sudah didoktrin, hmm.. bahasanya terlalu seram ya, buat menjadi ini dan itu. Sudah dikotak-kotakkan. Apa ini cara yang baik? Setiap orangtua pasti punya cara mendidik anak-anaknya. Menerapkan pola seperti stiker 'happy family' yang saya lihat di suatu siang yang panas di lampu merah, enggak ada salahnya, asal enggak memaksakan. Lagipula hidup butuh cita-cita, keinginan, sesuatu yang ingin dicapai. Sesuatu yang bikin hidup jadi lebih hidup.


Kebayang kalau hidup enggak ada tujuan? Semuanya dibiarkan mengalir seperti air. Sepertinya hambar. Apa hidup seperti ini asyik? Menikmati hidup seperti anak-anak, boleh juga. Bukan berarti kita kekanak-kanakan, tapi masih ingat waktu masih bocah dulu ditanya cita-cita? Penuh percaya diri kita bakal bilang 'pengen jadi polisi, pengen jadi dokter, pengen jadi sarjana, pengen jadi ini... itu...' Sama sekali enggak ada kekhawatiran nantinya seperti apa. Semakin bertambah usia, semakin dewasa, membuat kita semakin sadar, keinginan yang dulu waktu masih anak-anak kita katakan dengan penuh percaya diri, enggak mudah buat meraihnya. Harus benar-benar berjuang berdarah-darah. Saya pikir, alasan seperti ini hanyalah cara orang dewasa buat menghindar. Malas berusaha. Malas berjuang. Apapun dalam hidup ini memang harus diperjuangkan dan enggak sedikit harus berdarah-darah 'kan? Menjadi dewasa yang menikmati hidup seperti anak-anak, enggak ada salahnya. Selalu berpikiran positif dan yakin apa yang kita lakukan, sebagai manusia dewasa, bisa terkabul. Kegagalan pasti ada, tapi jangan membuat tekad kita hancur-lebur berkeping-keping bahkan enggak ada sisa.
Hidup memang harus diperjuangkan. Seenggaknya ada rasa. Bukan hambar dan terasa datar.
Jogja, 29.01.2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta...

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato...

DI BELAKANG (ADA) ANGKA DUA

Bisa dibilang aku mampir ke sini cuma di momen seperti hari ini. 16 Agustus. Ada momen spesial apa sih di 16 Agustus? Kata Sal Priadi, "...serta mulia, panjang umurnya." Hari lahir. Tahun ini aku melewati hari lahir ke-32. Wow! Ti-ga pu-luh du-a. Sama-sama di belakang ada angka dua tapi beda rasanya ya waktu hari lahir ke-22 dan hari ini. Waktu 22 tahun aku nggak merasa ada tekanan. Kayak berlalu gitu aja. Aku ingat hari lahir ke-22-ku terjadi setahun setelah KKN di Kulonprogo. Pengingatnya adalah waktu KKN aku pernah ditanya ulang tahun ke berapa. Aku jawab, "Bioskop." Twenty one alias 21. Apakah hari lahir kali ini aku merasa tertekan? Ada rasa yang membuatku khawatir tapi let it flow aja. Nggak mau jadi overthinking . Apa yang terjadi nantinya ya dihadapi dengan riang gembira lengkap dengan gedebak-gedebuk nya. Masa ulang tahun nggak ada apa-apa? Nggak mengharapkan juga sih. Nggak mengharuskan juga tapi kalo ada ya aku nikmati dan berterima kasih. Kode banget ni...