ADA APA DENGAN HUJAN?

Hujan bikin mager, bikin laper, dan bikin baper. Zaman now, hujan kayak gini bikin ojek online laris manis tuh sama orderan makanan. Betapa mudahnya berkat teknologi. Hujan juga bisa bikin satu acara batal. Ini sih tergantung orangnya. Pernah kejadian juga, janjian ketemuan dibatalin karena hujan. Padahal bukan hujan badai. Standar, hujan seperti pada umumnya. Punya cerita apa saat hujan?
Seharian hujan itu luar biasa. Basah terus. Selamat tinggal sepatu kets. I need you sandal! Kalo hujan, percuma juga pake sepatu kets, kecuali sepatunya karet. Pernah pake sepatu kets basah karena kehujanan? Begitulah rasanya. Dulu, waktu KKN a.k.a Kuliah Kerja Nyata, pernah seharian hujan. Benar-benar enggak ada jeda. Intensitasnya juga lumayan gede. Seharian itu agenda KKN cuma doing nothing di kamar sampe bingung mau ngapain. Kalo enggak salah ingat, hari itu adalah hari pertama KKN. Usut punya usut, hujan seharian itu efek dari badai di Afrika, kalo enggak salah juga. Entah badai apa bukan, tapi Indonesia, Jogja, kena getahnya juga. Seharian penuh hujan.
Kali ini juga sama. Jogja hujan seharian. Bukan cuma sehari, tapi dua hari Jogja hujan terus. Intensitasnya beda-beda. Beberapa wilayah ada yang terendam air hujan, sungai meluap, tanggul jebol, pohon tumbang, longsor.
Kata BMKG, diambil dari news.detik.com, hujan seharian di Jogja karena ada Badai Cempaka di perairan selatan Jawa. Katanya belokan angin bikin awan hujan meningkat dan tambah banyak. Suhu udara di sekitar Jawa dan DIY jadi enggak stabil. Sama kayak perasaan yang enggak stabil, pasti bawaannya bukan sesuatu yang happy 'kan? Hasilnya, cuaca jadi ekstrem begini, hujan seharian di penghujung November. Benar-benar seharian. Sama kayak KKN dulu. Hari pertama ini benar-benar enggak ada ampun. Hujan terus. Hari kedua lebih mending. Paginya enggak hujan, tapi masuk siang, hujan (lagi). Sempat reda, tapi sore menuju malam, hujan lagi. Bisa dibilang deras juga.
Selain hujan deras dan cukup ekstrem di Sleman, Kota Jogja, Kulon Progo, Bantul bagian selatan dan sebagian besar Gunungkidul, potensi angin kencang dan puting beliung, kata BMKG, juga ada di sebagian Sleman, Kulon Progo, juga Gunungkidul. Musim enggak stabil kayak gini harus lebih hati-hati. Apalagi kalo hujan deras ada angin kencang, mending jangan diterjang. Menepi dulu, parkirkan motor, pesan secangkir kopi, dan mari bicara.
Hujan enggak berhenti-henti ini masih bisa dibilang wajar, juga harus banyak bersyukur karena hujan adalah berkah, rezeki dari Tuhan, dan (masih) hujan air. Iya, hujan air. Gimana kalo hujan sapi? What? Sapi? Sapi yang itu? Yap! Kata news.okezone.com, hujan sapi pernah ada di Jepang tahun 1997. Waktu itu, hujan sapi di Laut Jepang dan bikin kapal nelayan tenggelam. Para kru berhasil diselamatkan tapi akhirnya justru dipenjara karena alasan yang dianggap konyol. Hujan sapi? Siapa yang percaya? Dua minggu kemudian, Angkatan Udara Rusia ngasih info ke Pemerintah Jepang, hujan sapi itu memang benar ada. Bukan sekedar gosip belaka. Penyebabnya, salah satu kru dari kapal kargo Angkatan Udara Rusia, nyuri sapi dan enggak ditempatkan di tempat khusus. Sapi ngamuk! Kebayang gimana rasanya ada sapi ngamuk di udara? Pesawat oleng enggak terkendali. Solusinya, sapi curian ini, pastinya lebih dari satu, mau enggak mau musti dibuang, iya dibuang, dari ketinggian 30.000 kaki waktu lewat di Laut Jepang. Jadilah hujan sapi. Ngeri juga kalo kita yang ngalamin sendiri hujan sapi ini. Kasihan sapi-sapi...
Ada satu lagi hujan di jagat ini yang enggak kalah ekstrem. Hujan di dalam hati.
Jogja, 29.11.2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar