Langsung ke konten utama

TAKMIR

Jadi takmir a.k.a marbot menurutku keren. Gimana enggak? Mereka harus rajin bersih-bersih dan enggak boleh malas. Punya tugas adzan dan iqomah di tiap waktu sholat. Bonus, sholat di awal waktu. Keren 'kan? Aku kenal istilah takmir dan belum lama kenal juga sama istilah marbot (padahal artinya sama), ya.. di Jogja ini. Teman kampusku ada yang jadi takmir. Selain dapat tempat tinggal gratis, dibayar pula. Plus-plus banget kalo jadi takmir, tapi enggak semua orang (terutama cowok, eh.. emang ada takmir cewek?) mau jadi takmir a.k.a marbot, termasuk aku. Kenapa enggak mau?
Karena aku enggak ada keinginan buat jadi takmir. Enggak kepikiran juga. Punya pilihan lain, aku memilih kost. Eh.. tapi kayaknya dulu, pertama kali tinggal di Jogja dan sibuk nyari kost-an, kalo enggak salah aku hampir jadi takmir. Teman SMA-ku ada yang jadi takmir. Pertama kali tinggal di Jogja, temanku itu langsung memilih jadi takmir. Aku enggak begitu ingat momen ini, tapi kayaknya karena enggak lama setelah dapat tawaran itu, aku dapat info kamar kost-an kosong dari teman SMA-ku yang lain. Kayaknya. Lupa-lupa ingat.
Takmir biasanya selain mengurus kebersihan masjid, juga jadi pengajar TPA a.k.a Taman Pendidikan Al-Qur'an. Lihat mas-mas dan mbak-mbak yang akrab sama anak-anak, wow sekali! Dulu pernah jadi pengajar TPA waktu KKN, tapi cuma dua bulan kurang-lebih. Itu juga karena KKN. Kalo enggak, kayaknya enggak jadi pengajar TPA juga.
Aku pernah sholat di satu masjid yang suasananya berasa suram dan sepi. Bangunannya emang enggak terlalu besar, tapi tampilannya terkesan tua, perlu renovasi, perlu make over. Mungkin itu yang bikin kesan suram dan sepi. Awalnya aku enggak 'ngeh' takmir masjidnya di mana. Waktu itu udah masuk sholat dzuhur, tapi  yang seharusnya udah adzan, belum adzan juga. Apa masjid ini enggak ada takmir? Enggak lama, kekhawatiranku enggak terbukti. Takmirnya ada kok. Masjid di lain tempat, udah adzan sekian menit lalu, tapi satu masjid ini baru adzan. Sedikit lebih lama memulai adzan dibanding masjid yang lain.
Kalo ada masjid yang kurang terawat, bahkan lebih parah, apa karena takmir? Enggak becus menjalankan tugas? Bisa jadi karena enggak ada kas buat merawat masjid. Mungkin kas terlalu pas buat kebutuhan operasional lain. Biaya perawatan, terpaksa skip. Kas masjid dari infaq, aku pikir bakal digunain buat bantu orang-orang miskin dan dhuafa. Kas masjid ini dipake buat menghidupkan masjid. Enggak cuma buat kebersihan dkk, tapi juga bikin acara buat lebih menghidupkan masjid.
Pernah dengar, pengelolaan kas masjid dibilang berhasil kalo bisa memanfaatkan semua nominal sampai bahkan enggak bersisa. Buat acara, perawatan, semakin memeriahkan masjid. Kalo kas terus dibiarkan menumpuk, padahal perawatan masjid sangat diperlukan, ada yang bilang, ini termasuk kegagalan mengelola kas masjid.
Berarti bisa jadi bukan karena takmir yang enggak becus, tapi karena kas yang emang enggak memungkinkan buat melakukan perawatan lebih. Sedih rasanya lihat masjid yang kurang terawat dan jadi berasa sepi karenanya.
Masjid yang megah bukan karena pengen berlomba dalam kemewahan tapi demi menghidupkan masjid itu sendiri. Pasti bikin nyaman 'kan? Akhirnya pasti betah berlama-lama. Masjid jadi enggak berasa sepi. Sempat kepikiran juga, buat apa masjid semakin mewah? Apa enggak menyalahi aturan? Sekarang aku enggak berpikir begitu lagi, tapi kemegahan-kemegahan masjid itu salah satunya juga buat kenyamanan jama'ah, kenyamanan kita.
Takmir di masjid yang megah dan besaaar, pasti enggak main-main. Pasti ada lebih dari satu.
Jogja, 12.11.2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato dari Net City, warnet yang a

BUKAN KELUARGA CEMARA

  Rasanya seperti nggak percaya aku ada dalam sebuah geng. Terkesan alay. Eits! Jangan ngejudge dulu, Gus. Nggak semua geng itu alay. Dan nggak semua geng itu hanya untuk remaja SMA demi eksistensi diri. Sebenarnya poin eksistensi dirinya sama sih. Aku, Mbak Iham, Mbak Dwi, Mbak Yatimah, dan Rina secara resmi, hari ini, Minggu, 4 Juni 2023 membentuk sebuah geng bernama Cemara. Berawal dari obrolan random dalam perjalanan menuju Pantai Goa Cemara, kami sempat membahas tentang Keluarga Cemara. Ada Abah, Emak, Euis, Ara, dan Agil. Apakah kami berlima merepresentasikan karakter-karakter karangan Arswendo Atmowiloto ini? Bukan. Hanya karena kami berlima dan pas lagi ngobrol tentang Keluarga Cemara, lahirlah Geng Cemara. Awalnya kami hanya janjian main. Kali pertama kami main ke Solo. Waktu itu Rina belum bergabung di klub ini. Kami hanya janjian main dan... selesai. Kami bikin grup chat dan mengalirlah rencana-rencana untuk main ke mana-mana. Kali ini kami main ke Pantai Goa Cemara. Ide yan