Langsung ke konten utama

DISIPLIN

Benar-benar detik terakhir. Baru deh mau bergerak. Mau enggak mau. Kalo masih punya banyak waktu, malasnya itu loh, gils banget! Rasanya benci sama diri-sendiri waktu lagi malas dengan alasan masih punya banyak waktu. Waktu menipis, baru malasnya ditinggalin. Mau sampai kapan begini? Enggak cuma sekali-dua kali loh. Sering bersikap kayak gini. Ah, masih ada waktu. Ah, masih lama.
Waktu yang udah pergi, enggak mungkin balik lagi. Kalo bisa memanfaatkan maksimal waktu yang masih banyak itu, pasti enggak bakal buru-buru ngerjain sesuatu, bahkan sampai di detik terakhir. Enggak enak banget 'kan? Salah sendiri enggak disiplin sama diri-sendiri.
Disiplin itu susah-susah gampang. Lebih banyak susahnya. Apalagi disiplin sama diri-sendiri, khususnya yang berhubungan sama manajemen waktu. Kapan waktunya ngelakuin ini, kapan saatnya ngelakuin itu, kalo enggak ada disiplin ketat, kacau! Sebenarnya paham efek enggak disiplin, tapi selalu saja ada setan yang berbisik, "Santailah. Masih punya banyak waktu kok." Setan! Benar-benar setan!
Manajemen waktuku buat urusan di luar diri-sendiri, misal janjian ketemuan, enggak perlu diragukan. Aku memang menerapkan disiplin tinggi buat urusan satu ini. Kalo janjian ketemuan, aku akan datang lebih awal. Disiplin buat urusan satu ini, aku akui memang bagus. Enggak perlu diragukan!
Sebaliknya, disiplin dari dalam diri-sendiri, misal deadline tugas, masih sangat payah. Sering beralibi "masih punya banyak waktu" dan jelang waktu habis, baru kelabakan. Terburu-buru itu enggak enak, tapi tetap saja mengulang kesalahan yang sama. Sampai kapan bakal begini? Hanya disiplin dalam diri-sendiri yang bisa mengubahnya.
Jogja, 11.11.2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato dari Net City, warnet yang a

BUKAN KELUARGA CEMARA

  Rasanya seperti nggak percaya aku ada dalam sebuah geng. Terkesan alay. Eits! Jangan ngejudge dulu, Gus. Nggak semua geng itu alay. Dan nggak semua geng itu hanya untuk remaja SMA demi eksistensi diri. Sebenarnya poin eksistensi dirinya sama sih. Aku, Mbak Iham, Mbak Dwi, Mbak Yatimah, dan Rina secara resmi, hari ini, Minggu, 4 Juni 2023 membentuk sebuah geng bernama Cemara. Berawal dari obrolan random dalam perjalanan menuju Pantai Goa Cemara, kami sempat membahas tentang Keluarga Cemara. Ada Abah, Emak, Euis, Ara, dan Agil. Apakah kami berlima merepresentasikan karakter-karakter karangan Arswendo Atmowiloto ini? Bukan. Hanya karena kami berlima dan pas lagi ngobrol tentang Keluarga Cemara, lahirlah Geng Cemara. Awalnya kami hanya janjian main. Kali pertama kami main ke Solo. Waktu itu Rina belum bergabung di klub ini. Kami hanya janjian main dan... selesai. Kami bikin grup chat dan mengalirlah rencana-rencana untuk main ke mana-mana. Kali ini kami main ke Pantai Goa Cemara. Ide yan