Benar-benar detik terakhir. Baru deh mau bergerak. Mau enggak mau. Kalo masih punya banyak waktu, malasnya itu loh, gils banget! Rasanya benci sama diri-sendiri waktu lagi malas dengan alasan masih punya banyak waktu. Waktu menipis, baru malasnya ditinggalin. Mau sampai kapan begini? Enggak cuma sekali-dua kali loh. Sering bersikap kayak gini. Ah, masih ada waktu. Ah, masih lama.
Waktu yang udah pergi, enggak mungkin balik lagi. Kalo bisa memanfaatkan maksimal waktu yang masih banyak itu, pasti enggak bakal buru-buru ngerjain sesuatu, bahkan sampai di detik terakhir. Enggak enak banget 'kan? Salah sendiri enggak disiplin sama diri-sendiri.
Disiplin itu susah-susah gampang. Lebih banyak susahnya. Apalagi disiplin sama diri-sendiri, khususnya yang berhubungan sama manajemen waktu. Kapan waktunya ngelakuin ini, kapan saatnya ngelakuin itu, kalo enggak ada disiplin ketat, kacau! Sebenarnya paham efek enggak disiplin, tapi selalu saja ada setan yang berbisik, "Santailah. Masih punya banyak waktu kok." Setan! Benar-benar setan!
Manajemen waktuku buat urusan di luar diri-sendiri, misal janjian ketemuan, enggak perlu diragukan. Aku memang menerapkan disiplin tinggi buat urusan satu ini. Kalo janjian ketemuan, aku akan datang lebih awal. Disiplin buat urusan satu ini, aku akui memang bagus. Enggak perlu diragukan!
Sebaliknya, disiplin dari dalam diri-sendiri, misal deadline tugas, masih sangat payah. Sering beralibi "masih punya banyak waktu" dan jelang waktu habis, baru kelabakan. Terburu-buru itu enggak enak, tapi tetap saja mengulang kesalahan yang sama. Sampai kapan bakal begini? Hanya disiplin dalam diri-sendiri yang bisa mengubahnya.
Jogja, 11.11.2017
Komentar
Posting Komentar