Langsung ke konten utama

TENTANG ASURANSI

Asuransi kesehatan, apapun yang berhubungan dengan asuransi, sebenarnya bukan gratis, tapi dipersiapkan sejak jauh-jauh hari. Setiap bulan ada biaya yang harus dibayarkan dan nantinya jika diperlukan pasti akan kembali kepada diri-sendiri. Kalau enggak berbalik buat diri-sendiri, misal asuransi kesehatan, enggak pernah sakit, bagaimana? Apa asuransi seperti ini adalah bentuk persiapan diri untuk menghadapi sakit? Jangan jumawa sehat terus. Semua orang pasti menginginkan terus sehat, tapi sebanding enggak dengan usaha yang dilakukan untuk menjaga kesehatan?
Sesuatu yang belum terjadi memang serba abu-abu. Mempersiapkan kemungkinan terburuk, enggak ada salahnya. Bukan berarti mempersiapkan diri menghadapi sesutu yang buruk. Hanya berjaga-jaga karena di masa depan enggak ada satu manusia pun yang tahu akan seperti apa.


Jenis asuransi di Indonesia ada banyak, mulai dari asuransi kesehatan, asuransi jiwa, asuransi pendidikan, asuransi kendaraan, asuransi kepemilikan rumah dan properti, dan lain-lain. Asuransi itu sama kayak menabung di bank konvensional, hanya saja asuransi lebih terjaga karena hanya bisa diambil setelah ada klaim yang berhubungan dengan jenis asuransi, misal masalah kesehatan, pendidikan, perbaikan kendaraan, dan lain-lain. Saya berasa jadi agen asuransi.
Asuransi milik pemerintah a.k.a BPJS atau asuransi swasta sama-sama punya manfaat kebaikan. Bebas memilih. Enggak semua orang punya asuransi dan enggak semua orang menyadari manfaatnya. Apa pentingnya asuransi? Namanya tabungan untuk berjaga di masa depan, manfaatnya pasti akan dirasakan nanti. Misal BPJS. Apa manfaatnya?
Dikutip dari bpjs-kesehatan.go.id, manfaat yang didapatkan adalah pelayanan kesehatan tingkat pertama atau pelayanan kesehatan non spesialistik  mulai dari administrasi pelayanan, pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis, pelayanan promotif dan preventif, tindakan medis non spesialistik, baik operatif atau non operatif, pelayanan obat dan bahan medis habis pakai, transfusi darah sesuai kebutuhan medis, pemeriksaan penunjang diagnosis laboratorium tingkat pertama, sampai rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi. Asuransi swasta kurang lebih sama, cuma ada beberapa perbedaan tergantung perusahaan asuransi.
Saya bukan pegiat asuransi. Sejujurnya saya juga masih mengalami kebingungan tentang asuransi, khususnya asuransi kesehatan milik pemerintah yang saya punya. Sekali pun saya belum pernah menggunakan. Saya, sama seperti kebanyakan orang, punya harapan sama, ingin terus sehat. Membayangkan kemungkinan buruk di masa depan, sungguh membuat nafsu makan terganggu.
Pernah ada satu kejadian, seseorang yang enggak punya asuransi kesehatan (baca: BPJS), langsung segera bikin karena salah satu keluarganya harus operasi organ dalam dengan biaya yang enggak sedikit. Apa dengan mendaftar asuransi kesehatan sekarang, manfaatnya bisa dirasakan sekarang juga? Bukan berarti digratiskan, tapi karena persiapan sejak lama itu yang membuat pelayanan kesehatan terkesan enggak bayar. Apa sepenuhnya menggunakan uang yang rutin disetorkan tiap bulan? Keterlibatan pemerintah, khususnya dalam asuransi kesehatan, pasti ada. Sejauh mana keterlibatannya, ini pertanyaan yang masih berputar-putar dalam kepala. Mencari jawabannya sendiri di internet bukan solusi yang bijak.
Ada yang bilang, mereka yang menggunakan asuransi kesehatan dengan yang enggak, diperlakukan berbeda. Katanya, pengguna asuransi dinomorduakan dari mereka yang langsung membayar. Benarkah? Masih abu-abu. Haruskan tulisan ini diteruskan? Semua pertanyaan masih menggantung.
Baiklah, cukup sampai di sini. Saya hanya tergelitik penasaran dengan asuransi. Banyak pertanyaan yang melintas di pikiran saya. Semoga mendapat jawaban nantinya. Semoga.
Jogja, 04.02.2018 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato dari Net City, warnet yang a

BUKAN KELUARGA CEMARA

  Rasanya seperti nggak percaya aku ada dalam sebuah geng. Terkesan alay. Eits! Jangan ngejudge dulu, Gus. Nggak semua geng itu alay. Dan nggak semua geng itu hanya untuk remaja SMA demi eksistensi diri. Sebenarnya poin eksistensi dirinya sama sih. Aku, Mbak Iham, Mbak Dwi, Mbak Yatimah, dan Rina secara resmi, hari ini, Minggu, 4 Juni 2023 membentuk sebuah geng bernama Cemara. Berawal dari obrolan random dalam perjalanan menuju Pantai Goa Cemara, kami sempat membahas tentang Keluarga Cemara. Ada Abah, Emak, Euis, Ara, dan Agil. Apakah kami berlima merepresentasikan karakter-karakter karangan Arswendo Atmowiloto ini? Bukan. Hanya karena kami berlima dan pas lagi ngobrol tentang Keluarga Cemara, lahirlah Geng Cemara. Awalnya kami hanya janjian main. Kali pertama kami main ke Solo. Waktu itu Rina belum bergabung di klub ini. Kami hanya janjian main dan... selesai. Kami bikin grup chat dan mengalirlah rencana-rencana untuk main ke mana-mana. Kali ini kami main ke Pantai Goa Cemara. Ide yan