Langsung ke konten utama

SEBUAH CITA-CITA DARI GENERASI KEKINIAN


Waktu terus berjalan. Tahun berganti. Jangan samakan cara yang dulu dilakukan dengan cara yang sekarang dilakukan. Jelas berbeda. Generasi kekinian diperlakukan dengan cara zaman dulu pasti enggak cocok. Generasi dulu yang mencoba beradaptasi dengan cara zaman sekarang pasti juga merasa gagap. Seperti mendadak dibenamkan ke dalam air sebelum sempat mengambil nafas.
Dulu anak-anak ditanya cita-cita pasti enggak jauh dari jawaban 'dokter', 'polisi', 'pilot', 'insinyur', dan kawan-kawannya. Sekarang? Masih ada anak-anak yang punya cita-cita seperti ini, tapi enggak sebanyak dulu. Sekarang anak-anak lebih tertarik dengan sesuatu yang berhubungan dengan teknologi.
Sebuah riset dari Nominet, dikutip dari lifestyle.kompas.com, sekelompok anak usia 11 - 18 tahun punya cita-cita yang berbeda dengan generasi sebelumnya, yah.. katakanlah Generasi 90-an. Cita-cita jadi dokter atau pilot enggak sebanyak dulu. Ada tiga profesi paling populer buat anak-anak generasi kekinian dari hasil penelitian ini. Ada game developer, aplication developer, dan web developer. Ada juga yang bercita-cita jadi desainer, musisi, atlet, sampai astronot.
Wajar, anak-anak sekarang memilih jadi seseorang yang nantinya di masa depan berhubungan dengan teknologi. Zaman semakin maju, teknologi mengikuti. Apalagi buat anak-anak sekarang yang akan mengisi banyak posisi di masa depan. Teknologi sekarang dengan teknologi masa depan, pasti sangat jauh berbeda. Bisa dibilang, teknologi bukan lagi pendukung (kemudahan) hidup, tapi bagian dari hidup. Sangat susah meninggalkan kecanggihan teknologi, walau bukan berarti enggak mungkin. Kemajuan teknologi tercipta buat memudahkan kita menjalani hidup, cuma banyak juga yang justru terjerat dengan kecanggihan teknologi.
Anak-anak sekarang akrab dengan Youtube, Instagram, vlog, endorse, dan kawan-kawannya. Wajar ada anak-anak yang ingin menjadi Youtuber, vlogger, selebgram yang banyak menerima endorse, dan ini-itu yang berhubungan dengan dunia showbiz. Tingkah-polah anak-anak zaman sekarang juga enggak terduga. Saat menjadi viral, enggak butuh waktu lama anak-anak akan jadi selebgram, populer, dan mendapat banyak sorotan, seperti yang mereka inginkan. Cara yang praktis, tapi apa bertahan lama? Sampai kapan?
Kita enggak bisa mengalihkan anak-anak dari Youtube dan kawan-kawannya karena memang beginilah tuntutan kemajuan zaman dan teknologi. Kita bisa mengarahkan anak-anak tetap berkarya dengan konten positif tanpa harus menjadi viral yang efeknya hanya bertahan satu kedipan mata. PR banget, tapi kalo bukan kita, siapa lagi?
Jogja, 02.02.2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato dari Net City, warnet yang a

BUKAN KELUARGA CEMARA

  Rasanya seperti nggak percaya aku ada dalam sebuah geng. Terkesan alay. Eits! Jangan ngejudge dulu, Gus. Nggak semua geng itu alay. Dan nggak semua geng itu hanya untuk remaja SMA demi eksistensi diri. Sebenarnya poin eksistensi dirinya sama sih. Aku, Mbak Iham, Mbak Dwi, Mbak Yatimah, dan Rina secara resmi, hari ini, Minggu, 4 Juni 2023 membentuk sebuah geng bernama Cemara. Berawal dari obrolan random dalam perjalanan menuju Pantai Goa Cemara, kami sempat membahas tentang Keluarga Cemara. Ada Abah, Emak, Euis, Ara, dan Agil. Apakah kami berlima merepresentasikan karakter-karakter karangan Arswendo Atmowiloto ini? Bukan. Hanya karena kami berlima dan pas lagi ngobrol tentang Keluarga Cemara, lahirlah Geng Cemara. Awalnya kami hanya janjian main. Kali pertama kami main ke Solo. Waktu itu Rina belum bergabung di klub ini. Kami hanya janjian main dan... selesai. Kami bikin grup chat dan mengalirlah rencana-rencana untuk main ke mana-mana. Kali ini kami main ke Pantai Goa Cemara. Ide yan