Langsung ke konten utama

AKHIR YANG HARUS BAHAGIA

Satu hal yang kadang dilupakan: kebaikan mengalahkan kejahatan. Sejahat-jahatnya, pasti akan bisa dikalahkan kebaikan. Apa yang kita tanam, itulah yang kita petik. Kebaikan menghasilkan kebaikan. Kejahatan berakhir dengan kejahatan (baca: keburukan). Lupakan dulu kebaikan vs. kejahatan di dunia nyata. Coba lihat kebaikan dan kejahatan di panggung sandiwara a.k.a film. Adakah kebaikan berakhir sengsara? Adakah kejahatan berakhir bahagia bahkan berkuasa? Penonton mana pun pasti mengharapkan kebaikan menang melawan kejahatan. Walau sepanjang cerita, kebaikan selalu ditindas kejahatan, tapi pada akhirnya kebaikanlah yang menang.
Salah satu materi kelas skenario yang saya ikuti, membahas tentang sinopsis dan satu syarat mutlaknya adalah happy ending. Bukan sad ending. Apalagi buat karakter baik, harus-wajib-kudu happy ending. Penonton pasti mengharapkan jagoan menang. Sayangnya, saya justru lupa dengan konsep kebaikan menang melawan kejahatan. Saya bikin sinopsis yang justru diakhiri dengan karakter baik yang merana. Karakter jahat yang berkuasa dan menang. Akhir cerita apa ini?

(https://www.pexels.com/photo/battle-black-board-game-chess-411207/)

Apa akhir yang bahagia buat si baik hanya ada dalam film? Bagaimana dengan novel, cerpen, dan karya-karya fiksi? Haruskah selalu berakhir bahagia? Saya cukup sering membuat cerpen dengan akhir bukan 'happily ever after'. Kebiasaan ini ngaruh juga sama sinopsis yang saya bikin. Saya lupa dengan teori yang diajarkan di kelas skenario. Bagaimana saya bisa lupa? Saya ramal, sinopsis yang saya bikin itu pasti akan mendapat kripik tentang konsep 'kebaikan menang melawan kejahatan'. Rasanya saya jahat sekali membuat karakter yang baik, berakhir menderita.
Novel yang berakhir menyedihkan? Ciri khas novel generasi lama. Siti Nurbaya, Romeo dan Juliet, dua contoh karya sastra generasi lama yang menyengsarakan karakter baik.
Beberapa kali saya nonton film, endingnya selalu bahagia. Film yang berakhir enggak bahagia buat karakter baik? Ada! Film indie. Sepertinya saya pernah nonton film indie yang berakhir menyedihkan buat si baik. Satu contoh lagi film 'Ayat-Ayat Cinta 2'. Sebenarnya kebaikan sudah dikalahkan kejahatan karena Fahri sebagai karakter baik kehilangan istri tercintanya. Hampir mendekati akhir yang menyengsarakan kalau enggak ada satu hal yang membalikkan kesengsaraan menjadi kebahagiaan. Akhirnya happily ever after. Beberapa film pendek animasi yang saya tonton juga punya ending yang sama. Bahagia. Ada yang berakhir buruk, tapi masih bisa dihitung pakai jari.
Kembali ke dunia nyata. Kebaikan menang melawan kejahatan, jelas! Seringnya enggak disadari sih. Perjuangannya jelas berdarah-darah tapi kebaikan enggak akan terkalahkan. Klise? Hei.. ayolah...
Jogja, 27.02.2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta...

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato...

DI BELAKANG (ADA) ANGKA DUA

Bisa dibilang aku mampir ke sini cuma di momen seperti hari ini. 16 Agustus. Ada momen spesial apa sih di 16 Agustus? Kata Sal Priadi, "...serta mulia, panjang umurnya." Hari lahir. Tahun ini aku melewati hari lahir ke-32. Wow! Ti-ga pu-luh du-a. Sama-sama di belakang ada angka dua tapi beda rasanya ya waktu hari lahir ke-22 dan hari ini. Waktu 22 tahun aku nggak merasa ada tekanan. Kayak berlalu gitu aja. Aku ingat hari lahir ke-22-ku terjadi setahun setelah KKN di Kulonprogo. Pengingatnya adalah waktu KKN aku pernah ditanya ulang tahun ke berapa. Aku jawab, "Bioskop." Twenty one alias 21. Apakah hari lahir kali ini aku merasa tertekan? Ada rasa yang membuatku khawatir tapi let it flow aja. Nggak mau jadi overthinking . Apa yang terjadi nantinya ya dihadapi dengan riang gembira lengkap dengan gedebak-gedebuk nya. Masa ulang tahun nggak ada apa-apa? Nggak mengharapkan juga sih. Nggak mengharuskan juga tapi kalo ada ya aku nikmati dan berterima kasih. Kode banget ni...