Langsung ke konten utama

PIKNIK DAN MILAD FLP KE-21 (BAGIAN 2-TAMAT)

Satu hal yang menyenangkan dari sebuah perjalanan adalah kebersamaan. Perjalanan ke Solo bareng FLP Yogyakarta enggak akan berasa piknik kalo enggak ada kebersamaan. Berangkat jam 5.30 pagi naik Prameks a.k.a kereta api express (tapi enggak express-express banget sih). Ada yang ketinggalan kereta juga gara-gara drama di jalan. Perjalanan Yogyakarta - Solo sekitar satu jam. Tiket Prameks juga murah. Cuma Rp 8000 sekali jalan, tapi tanpa tempat duduk. Tetap menyenangkan kok karena ada kebersamaan.
Acara milad FLP ada di FKIP UNS. Sebelum ke TKP, nyempetin sarapan dulu di Sunday Morning UNS. Seporsi nasi liwet dan pia-pia, semacam bakwan goreng, jadi pilihan menu sarapan kami. Katanya, harga-harga di Solo lebih murah dari Yogyakarta. Saya rasa, ada benarnya juga. Waktu makan siang, saya pesan nasi, sayur tumis-tumisan, ikan pindang, dan air es, Rp 9000. Lebih-lebih murah dari ibukota sih. Jelas.
UNS itu luas ya. Jarak dari satu fakultas ke fakultas lain lumayan jauh juga. Apalagi jarak dari gerbang utama sampai FKIP, sangat lumayan. Katanya ada angkutan khusus buat yang enggak pengen jalan kaki. Saya yang baru kali pertama datang ke UNS, merasa kampus satu itu terlalu luas, tapi dipikir-pikir, enggak beda jauh sama UGM. Sama-sama luas dan jarak antar fakultas enggak bisa dibilang dekat, walau ada yang jaraknya dekat juga.
Kesan pertama acara milad FLP kali ini: kaku. Pembicaranya keren di bidangnya, tapi pengemasannya kaku banget. MC yang enggak luwes, talkshow... bukan, tapi seminar yang mirip banget kuliah di kelas. Materinya bermanfaat banget kok, cuma kemasan acaranya enggak menarik dan kaku. Mungkin karena anggota FLP Solo yang jadi panitia enggak banyak. Tetap mengapresiasi usaha keras panitia. Enggak ada acara khusus apa gitu. Standar. Seminar, pemotongan tumpeng, acara hiburan juga bukan sesuatu yang wow. Ada seni melukis pasir, musikalisasi puisi, dan... apa lagi ya kemarin? Puas atau enggak, sebenarnya enggak puas. Pengen eksplor Solo lebih lama. Sayangnya karena gerak kami terhambat jadwal Prameks, enggak ada acara jalan-jalan. Acara milad selesai, kami bersiap pulang. Bahkan enggak ada ramah-tamah sama FLP Solo. Duduk melingkar bersama dan ngobrol apa gitu. Enggak ada.
Jam 16.10 Prameks datang. Enggak ada waktu jalan-jalan, tapi justru perjalanan naik Prameks ini bisa dibilang jalan-jalan. Bukan ke tempat wisata sih, tapi buat saya yang jarang jalan-jalan, perjalanan begini sudah lebih dari cukup buat rehat sejenak dari rutinitas siaran.
Tahun 2017, FLP Yogyakarta main ke Solo, ketemuan sama FLP Solo. Tahun ini ke Solo lagi. Tahun depan apa juga bakal ada agenda yang sama?
Jogja, 26.02.2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta...

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato...

DI BELAKANG (ADA) ANGKA DUA

Bisa dibilang aku mampir ke sini cuma di momen seperti hari ini. 16 Agustus. Ada momen spesial apa sih di 16 Agustus? Kata Sal Priadi, "...serta mulia, panjang umurnya." Hari lahir. Tahun ini aku melewati hari lahir ke-32. Wow! Ti-ga pu-luh du-a. Sama-sama di belakang ada angka dua tapi beda rasanya ya waktu hari lahir ke-22 dan hari ini. Waktu 22 tahun aku nggak merasa ada tekanan. Kayak berlalu gitu aja. Aku ingat hari lahir ke-22-ku terjadi setahun setelah KKN di Kulonprogo. Pengingatnya adalah waktu KKN aku pernah ditanya ulang tahun ke berapa. Aku jawab, "Bioskop." Twenty one alias 21. Apakah hari lahir kali ini aku merasa tertekan? Ada rasa yang membuatku khawatir tapi let it flow aja. Nggak mau jadi overthinking . Apa yang terjadi nantinya ya dihadapi dengan riang gembira lengkap dengan gedebak-gedebuk nya. Masa ulang tahun nggak ada apa-apa? Nggak mengharapkan juga sih. Nggak mengharuskan juga tapi kalo ada ya aku nikmati dan berterima kasih. Kode banget ni...