Langsung ke konten utama

KELIHATANNYA ENAK YA


Sesuatu yang terlihat enak, belum tentu benar-benar enak. Penampilan bisa menipu mata. Jangan asal menyimpulkan sesuatu kalau cuma dari 'melihat' tanpa mencari pendukung kebenaran dari yang terlihat itu. Latah. Begitulah manusia. Masih adakah manusia yang enggak terburu-buru seperti ini? Mungkin cuma bisa dihitung pakai jari.
Ada satu kejadian. Cowok duduk di dalam kereta dan di dekatnya ada ibu-ibu menggendong anak. Melihat 'pemandangan' seperti ini, bidikan kamera siap berbicara. Hanya sekali 'melihat', langsung membuat kesimpulan. Akhirnya banyak (netizen) yang menghujat cowok itu. Mereka meyakini sekali cowok dalam foto itu enggak punya hati, enggak punya etika. Kalau hanya sekedar 'melihat', cowok di dalam kereta itu memang bodoh. Apakah hatinya mati? Ada satu fakta muncul. Cowok itu bukan enggak mau memberikan tempat duduknya buat ibu-ibu yang menggendong anak. Kenapa si ibu tetap berdiri? Anaknya yang meminta. Kalau si ibu duduk, si anak rewel. Kejadian ini bukan sesuatu yang terlihat enak, tapi sebaliknya, sesuatu yang terlihat mengesalkan, belum tentu benar-benar bikin kesal.
Jadi artis  (kelihatannya) memang enak. Punya banyak uang, punya popularitas, minta apa saja (sepertinya) bukan sesuatu yang susah. Lihat saja barang-barang yang dipakai. Merk-merk ternama dengan harga fantastis. Honor untuk satu kali 'show' (entah penyanyi, pemain sinetron, selebgram, Youtuber, dkk) melebihi honor pegawai negeri sipil kelas paling tinggi. Semua yang (terlihat) enak ini harus 'dibayar' dengan kehilangan ruang pribadi. Seperti burung dalam sangkar emas. Terlihat menawan tapi enggak punya kebebasan.
Setiap sesuatu pasti punya konsekuensi. Seperti dua mata pisau yang bisa menyerang lawan dan diri-sendiri. Enggak tahan dengan konsekuensi yang diterima, pelarian atau mengakhiri menjadi pilihan. Enggak sedikit artis yang terjerat obat-obatan terlarang. Mereka punya banyak materi,  punya popularitas, punya segalanya, tapi kenapa terjerumus seperti itu? Khilaf? Pelarian?
Dia (sepertinya) enak ya, enggak pernah kehabisan uang saku. Orang tuanya 'kan kaya. Dia (sepertinya) enak ya, kerjanya santai dan enggak menguras energi. Dia (sepertinya) enak ya... Karena yang dilihat mata hanya yang enak saja.
Jogja, 18.02.2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta...

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato...

DI BELAKANG (ADA) ANGKA DUA

Bisa dibilang aku mampir ke sini cuma di momen seperti hari ini. 16 Agustus. Ada momen spesial apa sih di 16 Agustus? Kata Sal Priadi, "...serta mulia, panjang umurnya." Hari lahir. Tahun ini aku melewati hari lahir ke-32. Wow! Ti-ga pu-luh du-a. Sama-sama di belakang ada angka dua tapi beda rasanya ya waktu hari lahir ke-22 dan hari ini. Waktu 22 tahun aku nggak merasa ada tekanan. Kayak berlalu gitu aja. Aku ingat hari lahir ke-22-ku terjadi setahun setelah KKN di Kulonprogo. Pengingatnya adalah waktu KKN aku pernah ditanya ulang tahun ke berapa. Aku jawab, "Bioskop." Twenty one alias 21. Apakah hari lahir kali ini aku merasa tertekan? Ada rasa yang membuatku khawatir tapi let it flow aja. Nggak mau jadi overthinking . Apa yang terjadi nantinya ya dihadapi dengan riang gembira lengkap dengan gedebak-gedebuk nya. Masa ulang tahun nggak ada apa-apa? Nggak mengharapkan juga sih. Nggak mengharuskan juga tapi kalo ada ya aku nikmati dan berterima kasih. Kode banget ni...