Langsung ke konten utama

PENDIDIKAN (INDONESIA) YANG TERLUKA

Dunia pendidikan Indonesia (sedang) tercoreng. Ada pelajar yang menghajar gurunya, pelajar yang menantang berkelahi gurunya, pelajar yang terlalu manja dengan 'sedikit' teguran yang membuat guru bersangkutan harus merasakan meja pesakitan, dan... fiuuuh... Hayati lelah. Apa semua ini salah pelajar? Salah Generasi Phi, si generasi milenial? Enggak sepenuhnya salah mereka. Berhenti mencari-cari kesalahan dan segera pikirkan solusinya.
Kenapa anak generasi sekarang begitu berani? Terlalu berani dan enggak sesuai tempatnya. Apa karena sedang mengalami masa-masa labil? Ah, anak-anak zaman sebelum sekarang juga mengalami masa labil tapi enggak ada yang sekurangajar ini sama guru. Enggak ada atau enggak terekspos?
Perkembangan teknologi jelas berpengaruh. Satu kejadian bisa semakin cepat menyebar karena kecepatan teknologi yang semakin menggila. Hanya dalam hitungan detik, satu peristiwa bisa menjadi viral. Dulu belum ada smartphone. Dulu belum ada media sosial seperti sekarang. Jadi, bagaimana solusi untuk anak generasi sekarang yang semakin kehilangan sisi baik? Pengaruh pergaulan yang semakin luas tanpa batas berkat kecanggihan teknologi? Enggak semua anak generasi sekarang bertindak bodoh begini. Masih ada Generasi Phi yang berprestasi dan membanggakan. Permasalahan anak yang semakin kehilangan sisi baiknya pasti bukan cuma di masa sekarang, tapi di masa-masa dulu juga ada (dan enggak tersorot media).
PR kita, tugas kita untuk memberikan solusi dari masalah-masalah yang mencoreng dunia pendidikan. Memang benar-benar kompleks. Seorang anak menjadi 'berangasan' dan terlalu berani enggak pada tempatnya pasti dipengaruhi banyak faktor. Pergaulan, komunikasi antara orangtua dan anak, lingkungan terdekat, dan enggak cuma peran guru yang dianggap enggak bisa mendidik dengan baik. Justru orangtua punya peran yang lebih banyak dalam membentuk karakter anak dibanding guru di sekolah.
Kalau anak-anak sekarang tahu rasanya menjadi dewasa, mereka pasti enggak akan melakukan tindakan-tindakan bodoh. Masa-masa yang sedang mereka jalani adalah masa yang paling indah. Masa untuk menciptakan kenangan enggak terlupakan dengan banyak berkarya, banyak berprestasi. Mereka belum mendapatkan beban tanggung jawab hidup. Tugas mereka adalah belajar, belajar, dan belajar demi masa depan yang lebih baik dari orangtua mereka.


Bagaimana dengan anak-anak yang ikut memikirkan makan buat hari besok? Tugas kita banyak. PR kita banyak. Kewajiban Pemerintah yang belum bisa dirasakan semua warga negara ini.
Jogja, 08.02.2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta...

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato...

DI BELAKANG (ADA) ANGKA DUA

Bisa dibilang aku mampir ke sini cuma di momen seperti hari ini. 16 Agustus. Ada momen spesial apa sih di 16 Agustus? Kata Sal Priadi, "...serta mulia, panjang umurnya." Hari lahir. Tahun ini aku melewati hari lahir ke-32. Wow! Ti-ga pu-luh du-a. Sama-sama di belakang ada angka dua tapi beda rasanya ya waktu hari lahir ke-22 dan hari ini. Waktu 22 tahun aku nggak merasa ada tekanan. Kayak berlalu gitu aja. Aku ingat hari lahir ke-22-ku terjadi setahun setelah KKN di Kulonprogo. Pengingatnya adalah waktu KKN aku pernah ditanya ulang tahun ke berapa. Aku jawab, "Bioskop." Twenty one alias 21. Apakah hari lahir kali ini aku merasa tertekan? Ada rasa yang membuatku khawatir tapi let it flow aja. Nggak mau jadi overthinking . Apa yang terjadi nantinya ya dihadapi dengan riang gembira lengkap dengan gedebak-gedebuk nya. Masa ulang tahun nggak ada apa-apa? Nggak mengharapkan juga sih. Nggak mengharuskan juga tapi kalo ada ya aku nikmati dan berterima kasih. Kode banget ni...