Meninggalkan Jogja? Sekarang belum ada 'kesempatan' melakukannya. Masih menikmati lika-liku cerita di daerah istimewa ini. Tujuh tahun bukan waktu yang sebentar, tapi karena alasan tinggal bukan pindah bareng keluarga, waktu sebanyak ini enggak berasa. Enggak ada feel 'sebagai orang pindahan'. Pasti beda ya rasanya pindah domisili dan pindah karena menjadi mahasiswa, kerja, atau apapun yang sejenis. Apa saya benar-benar akan mengambil kesempatan meninggalkan Jogja? Yes, I will. Kalo dengan meninggalkan justru ada kesempatan lain yang lebih baik di sana, kenapa tidak? Baper, jelas. Walau dunia yang saya kenal di Jogja hanya sebatas dunia yang kecil, tapi setiap cerita adalah kenangan.
Ada dua tipe ketika seseorang harus meninggalkan. Pertama, sedih, enggak rela, enggak nyangka, 'hah? saya harus pergi?' dan semacamnya. Kedua, enggak ada kesedihan sama sekali bahkan ingin cepat-cepat meninggalkan. Yakin nih jadi tipikal yang kedua? Meninggalkan Jogja? Ya.. setiap orang berbeda merasakannya. Saya sendiri termasuk tipikal yang pertama.
Jogja itu seperti kampung halaman. Ada kenyamanan di sini. Mengenal Jogja memang sejak menjadi mahasiswa. Rasanya benar-benar enggak nyangka kalo saya harus meninggalkan Jogja. Tentu setelah semua urusan di sini selesai. Se-mu-a.
Kalo ada yang bertanya apa rasanya meninggalkan Jogja, yah.. beban sekali rasanya. Beban karena meninggalkan dan enggak lagi menjadi bagian dalam cerita.
Jogja, 16.02.2018
Komentar
Posting Komentar