CERITA YANG DILEPASKAN

Kayaknya cuma di sini aku bisa bercerita lepas. Yang baca ya aku sendiri. Bisa sih dibaca siapa pun tapi entah kapan dan gimana caranya.

Bisa kok kalo bener-bener diseriusin. Monetisasi. Cuma sekarang aku enggak fokus ke arah ini. Ya udah cerita aja lepas tanpa beban.

Enggak sih enggak selepas itu juga. Aku tau tulisan ini ada di ruang publik. Siapa pun bisa baca. Makanya aku enggak benar-benar lepas cerita semuanya. Sedetail-detailnya.

Tetep jujur kok. Cuma ada bagian cerita yang aku simpan buat diriku sendiri. Aku enggak tau nantinya bakal aku ceritakan di sini apa enggak.

Satu keadaan yang menurutku menyebalkan adalah saat kehabisan uang, gajian masih sekian hari lagi, minjam ke orang (yang biasanya aku pinjam) enggak enak, minjam ke orang tua juga enggak enak sebenarnya.

Aku benci keadaan ini tapi selalu terulang lagi dan lagi. Apa yang sebaiknya aku lakukan? Berhemat seperti apa yang enggak bikin aku berputar di lingkaran yang menyebalkan?

Aku tau solusinya tapi enggak mau ngelakuinnya. Masak. Coba masak sendiri. Bisa lebih hemat, 'kan dibanding tiap makan beli di warung?

Satu menu buat makan seharian, misal oseng-oseng kacang panjang sama tempe goreng. Mungkin Rp10 ribu udah bisa dapat dua bahan ini. Dimasak bisa buat sehari penuh. Sarapan, makan siang, makan malam.

Makan di luar bervariasi harganya. Ada yang sekali makan Rp12 ribu. Ada yang Rp15 ribu. Rp20 ribu juga ada. Bervariasi banget tergantung aku makannya di mana.

Aku enggak pernah makan sehari di warung yang sama. Pasti selalu ganti. Misal sarapan di warung jajanan pasar. Makan siang di Warung Rata-rata. Makan malam di warung ayam goreng dan teman-temannya.

Makan di Warung Rata-rata bisa dibilang lebih hemat tapi aku enggak mau tiap makan di sana terus. Menunya enggak pernah ganti. Bisa mati rasa ini lidah.

Di rumah juga masaknya itu-itu aja tapi, 'kan beda. Itu-itu aja tapi variatif. Enggak ngebosenin. Menu di Warung Rata-rata dan hampir setiap warung makan sih pasti menunya sama terus. Bosan.

Kapan ya bisa terbebas dari lingkaran menyebalkan ini? Sejak aku enggak siaran di tempat kedua efeknya berasa. Sekarang udah ada penggantinya tapi bukan siaran.

Penggantinya ini tergantung traffic. Kalo rame bisa cuan. Kalo sepi ya makan tuh ala kadar. Ada loh yang dapat lebih dari yang pernah aku dapat dari siaran di dua tempat.

Kok bisa ya? Kok bisa dia dapat traffic? Aku emang masih baru di sini. Dibanding mereka yang selalu dapat traffic jelas sangat beda. Bahkan aku diantara yang sama-sama baru juga ada di ururan terakhir yang dapat traffic.

Jadi gimana? Apa aku menyerah aja? Antara iya dan enggak. Iya karena aku merasa enggak dapat sesuai yang ekpektasi. Eh, belum ding. Fee pertama di sini aja belum keluar. Enggak tau sih dapatnya sesuai ekspektasi apa enggak.

Harapan jelas pengen sesuai ekspektasi tapi aku sadar diri. Traffic-ku paling rendah dibanding yang sama-sama baru. Apa ekspektasiku bakal jadi nyata?

Memilih tetap bertahan karena aku masih baru di sini. Bertahan dulu sampai sekian waktu. Sampai aku merasa ekspektasi yang aku inginkan enggak tercapai mulu. Siapa tau dengan aku tetap bertahan nantinya aku bisa ngerasain dapat traffic tinggi.

Semoga. Sangat berharap. Tergantung usaha keras juga.

Jogja, 26 Maret 2022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar