Langsung ke konten utama

ALASAN BERTAHAN

Sejak jadi content creator di sebuah media daring, semangatku naik dan turun. Sebelum mulai nulis aku semangat. Pasti bisalah nulis 10 artikel per hari.

Aku udah ngebayangin rencana-rencananya. Pembagian waktunya. Ah, indahnya. Nyatanya tidak berjalan semulus itu.

Sampai cerita ini aku tulis belum pernah aku bikin 10 artikel dalam sehari. Alasannya lelah. Membatasi diri sebenarnya.

Aku bisa bikin 10 artikel sehari. Cuma diri sendiri enggak menguatkan. Menargetkannya malah di bawah 10 artikel.

Gimana bisa melewati tantangan kalo diri-sendiri aja udah bikin batasan? Awalnya aku target enam artikel sehari.

Abis itu berubah jadi lima artikel. Akhirnya justru lebih sering enggak nyampe lima. Tiga paling mentok.

Ada aja alasannya. Sumber artikel juga lumayan bikin pening. Nyari sumber di mana? Media ini kompetitor. Media itu kompetitor.

Solusinya cari sumber di media luar negeri yang enggak ada versi Indonesia. Paling aman begini. Cuma aku pusing nerjemah sendiri. Pusing merangkai kata yang enggak kaku.

Media berbahasa Inggris ya. Bukan bahasa yang lain. Bahasa Inggrisku pasif dan PR banget menerjemah, apalagi di media online yang bahasannya berat.

Semacam apa yang sedang terjadi pada dunia. Pusing! Artikel yang aku bikin, 'kan berpedoman sama Google Trends.

Tiap ada trend yang menarik, media-media kompetitor banyak yang ngebahas tapi mereka dapat dari mana? Kalo enggak dilarang ngambil sumber dari kompetitor mungkin aku enggak sepusing itu.

Lagian kompetitor juga ngambil dari media lain, 'kan? Mungkin media daring luar negeri. Cuma lebih sering pas aku baca media kompetitor enggak ngasih keterangan sumber tulisan.

Alasanku (masih) bertahan di sini karena aku percaya pelangi itu akan datang. Akan ada pelangi setelah hujan.

Ibaratnya semangatku kayak roller coaster. Ujian nih. Aku bisa apa enggak melewati hujan ini? Bisa bertahan enggak?

Kalo aku tetap bertahan pelangi itu pasti ada. Datangnya bisa cepat atau sebaliknya. Aku hanya perlu terus berharap pelangi itu benar-benar datang.

Otw, oke tunggu wae.

Sekarang aku ngerjain apa yang bisa aku kerjain. Pembatasan diri dan sejenisnya biarlah. Yang penting aku enggak maksa banget.

Pasti ada rasa 'maksa' itu, cuma kadarnya beda. Aku juga 'memaksa' diri-sendiri tapi masih dalam batas aku mau melakukannya dan enggak berat.

Beda sih kalo aku ngerasa berat ngejalaninnya. Mending enggak usah sekalian.

Jogja, 27 Maret 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta...

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato...

DI BELAKANG (ADA) ANGKA DUA

Bisa dibilang aku mampir ke sini cuma di momen seperti hari ini. 16 Agustus. Ada momen spesial apa sih di 16 Agustus? Kata Sal Priadi, "...serta mulia, panjang umurnya." Hari lahir. Tahun ini aku melewati hari lahir ke-32. Wow! Ti-ga pu-luh du-a. Sama-sama di belakang ada angka dua tapi beda rasanya ya waktu hari lahir ke-22 dan hari ini. Waktu 22 tahun aku nggak merasa ada tekanan. Kayak berlalu gitu aja. Aku ingat hari lahir ke-22-ku terjadi setahun setelah KKN di Kulonprogo. Pengingatnya adalah waktu KKN aku pernah ditanya ulang tahun ke berapa. Aku jawab, "Bioskop." Twenty one alias 21. Apakah hari lahir kali ini aku merasa tertekan? Ada rasa yang membuatku khawatir tapi let it flow aja. Nggak mau jadi overthinking . Apa yang terjadi nantinya ya dihadapi dengan riang gembira lengkap dengan gedebak-gedebuk nya. Masa ulang tahun nggak ada apa-apa? Nggak mengharapkan juga sih. Nggak mengharuskan juga tapi kalo ada ya aku nikmati dan berterima kasih. Kode banget ni...