Langsung ke konten utama

PERGI MENJAUH

Ada satu tweet yang lewat di timeline gara-gara diretweet entah dilike sama teman. Seseorang ditemukan tewas dengan gantung diri. Sebelum menemui maut, dia menuliskan tentang kehidupannya.

Memasuki dunianya dan ikut merasakan apa yang dia rasakan. Semua orang pasti punya masalah. Semua orang juga punya level kekuatan yang berbeda buat menghadapinya.

Dari ceritanya, dia menyibukkan diri di kegiatan kampus. Mungkin ini satu-satunya cara buat dia merasa lebih hidup. Lingkar pertemanan sangat mempengaruhi kekuatan dirinya untuk bertahan.

Satu hal yang aku tangkap dari ceritanya. Saat dia butuh pelukan justru menjauh. Dia enggak ingin menyakiti orang lain.

Dia enggak mau membuat orang lain merasakan sakit yang dia rasakan. Seberapa dalam aku memahami ini mungkin enggak seberapa. Kalo dia menyingkirkan ego ini dan menerima pelukan dari orang-orang di sekitarnya mungkin kekuatan untuk bertahan masih ada.

Satu hal lagi. Dia enggak mau dikasihani. Dia enggak mau orang lain melihat dirinya rapuh. Harus ada cara yang pas buat memeluk dia dan dia-dia lainnya tanpa merasa dikasihani.

Jalan hidupnya dari cerita yang aku baca memang berat. Menanggung beban di pundaknya sendirian. Tumbuh tanpa ayah dan ibu pasti sangat sulit.

Itu yang dia rasakan. Gimana dia berjuang buat dirinya sendiri. Mencoba bertahan dan bertahan. Walau akhirnya dia sampai di titik menyerah.

Dia bertahan dengan menganggap hidupnya sebagai lelucon. Menjadikannya bahan tawa biar enggak merasa yang dia lalui seberat itu.

Aku enggak kenal dia secara langsung. Aku cuma kenal lewat cerita yang dia tulis. Tentang hidupnya yang penuh liku dan cobaan.

Semoga kita tetap mendapat kekuatan buat menghadapi setiap tekanan. Semoga kata menyerah enggak jadi bayang-bayang kita untuk tetap bertahan.

Tuhan enggak ngasih cobaan buat manusia di luar batas kemampuannya. Walau memang saat menghadapinya ada di titik yang seberat itu.

Semoga kita tetap kuat dan bertahan. Jangan dipendam semuanya sendiri. Semoga masih ada tempat untuk berbagi rasa.

Jogja, 6 April 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta...

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato...

DI BELAKANG (ADA) ANGKA DUA

Bisa dibilang aku mampir ke sini cuma di momen seperti hari ini. 16 Agustus. Ada momen spesial apa sih di 16 Agustus? Kata Sal Priadi, "...serta mulia, panjang umurnya." Hari lahir. Tahun ini aku melewati hari lahir ke-32. Wow! Ti-ga pu-luh du-a. Sama-sama di belakang ada angka dua tapi beda rasanya ya waktu hari lahir ke-22 dan hari ini. Waktu 22 tahun aku nggak merasa ada tekanan. Kayak berlalu gitu aja. Aku ingat hari lahir ke-22-ku terjadi setahun setelah KKN di Kulonprogo. Pengingatnya adalah waktu KKN aku pernah ditanya ulang tahun ke berapa. Aku jawab, "Bioskop." Twenty one alias 21. Apakah hari lahir kali ini aku merasa tertekan? Ada rasa yang membuatku khawatir tapi let it flow aja. Nggak mau jadi overthinking . Apa yang terjadi nantinya ya dihadapi dengan riang gembira lengkap dengan gedebak-gedebuk nya. Masa ulang tahun nggak ada apa-apa? Nggak mengharapkan juga sih. Nggak mengharuskan juga tapi kalo ada ya aku nikmati dan berterima kasih. Kode banget ni...