RAFTING DI SUNGAI ELO SETELAH SEKIAN PURNAMA

Ini adalah kali kedua aku ikut rafting di Sungai Elo, Magelang. Pertama kali rafting sekian tahun lalu. Ngng... mungkin 2017/2018. Rafting yang kedua diadain sama Jogoboro UPT Cagar Budaya. Lebih tepatnya PT yang menaungi Jogoboro.

Enggak kayak rafting waktu itu, tim W cuma dikasih kuota tiga orang. Awalnya aku ogah ikutan. Masih kebayang siang-siang tengah hari yang panas dikumpulin di tanah lapang dan baris-berbaris. Raftingnya sih seru tapi no thank you buat pendisiplinan baris-berbarisnya.

Ternyata aku salah ingat. Baris-berbaris itu beda kegiatan. Bukan rafting yang kali pertama. Aku oke deh ikutan rafting. Walau ada was-was juga sama kebarbaran pas rafting. Aku enggak bisa berenang. Iya sih pake pelampung tapi tetep aja nyemplung di sungai bikin aku takut.

Selasa, 25 Mei 2022 pagi kami berkumpul dan bersiap berangkat ke area rafting di Sungai Elo. Jogoboro, Tim W, Tim CCTV, Tim Staf, berkumpul di Parkir Abu Bakar Ali. Jam 6.30 pagi berangkat pakai bus tanpa AC. Rencana sih jam 6.30 tapi waktu itu molor deh. Jam 7 pagi kayaknya baru otw ke Sungai Elo.

Perjalanan dari Malioboro ke area rafting Sungai Elo sekitar 1 jam. Mungkin kurang dari itu tapi mendekatilah. Sampai di lokasi, langsung menuju ke satu pendopo yang udah disediakan coffee break. Ada teh manis hangat, setup hangat (minuman dari jambu kalo enggak salah), keripik pisang, gorengan mirip galundeng tapi ada isian sayuran kayak risoles, sama roti yang rasanya kelapa, entah apa namanya.

Abis coffee break sekitar... hmm... 15 menit? Kami siap rafting. Semua berkumpul di lapangan kecil. Pakai pelampung dan helm pengaman. Masing-masing udah siap dengan satu dayung. Ada yang ujungnya warna kuning, ada juga yang biru. Dayungku warna biru.

Persiapannya enggak lama kayak di rafting pertama. Eh, enggak juga deh kayaknya. Sama aja kurang lebih. Setelah semua siap dengan pelampung, helm pengaman, dan dayung, kami berangkat menuju lokasi rafting Sungai Elo naik angkot. Masing-masing angkot ada dua tim. Satu tim ada empat orang.

Kira-kira 25 menitan menuju lokasi rafting dan sampailah di tujuan. Di sini persiapannya agak lumayan lama. Semua udah siap. Tinggal berangkat. Setelah nunggu sekian menit, rafting dimulai. Aku satu tim sama Mas Krishna, Mbak Iham, dan Mas Fikri 'Jogoboro'.

Was-was jadi korban kebarbaran bikin aku enggak nyaman. Berharap banget aku bisa lolos dari cengkeraman ini. Bukan barbar yang sampai melukai dan sejenisnya tapi berlomba menarik satu sama lain biar nyemplung ke sungai. Asal aku enggak jadi korban barbar enggak masalah. Tetap chill.

Alhamdulillah aku aman. Sepanjang rafting, walau ada momen perahu karet timku hampir dibalikin sama tim lain, aku bersyukur banget enggak jadi korban ditarik nyebur ke sungai. TBL... TBL...

Pemandu rafting timku namanya Mas Juni. Enggak 'aneh-aneh' untungnya. Selesai rafting Mas Juni enggak iseng ngebalikin perahu. Fiuuuh... lega rasanya. Pas aku bilang takut ditarik nyebur ke sungai, Mas Juni bilang jangan nunjukin kalo takut biar enggak jadi sasaran empuk tim lain.

Sempat merasakan kebarbaran tapi alhamdulillah masih aman. So far so good. Kenapa sih enggak rafting yang elegan ala jamuan minum teh? Damai tanpa barbar. Cuma dirasa enggak seru kali ya kalo enggak ada yang ditarik nyebur ke sungai.

Rafting ini jaraknya 12 kilometer sekian. Di tengah-tengah rute kami berhenti buat istirahat. Ada kelapa muda, gorengan mirip galundeng dengan isian sayur kayak risoles, dan nagasari. Semua khusyuk menikmati sajian. Sayangnya Pemandu enggak menikmati yang kami rasakan.

Mas Krishna sempat nanya sama Mas Juni setelah istirahat selesai. Kata Mas Juni, rugi nanti kalo Pemandu juga dapat kelapa muda. Cukup air putih, katanya. Agak sedih dengarnya karena enggak sama-sama menikmati kelapa muda. Berasa tega sekali.

Sepanjang menyusuri Sungai Elo, Mas Juni sempat menjelaskan macam-macam. Ada bagian belakang Candi Mendut, bilik mandi warga, alasan warga sekitar masih mandi di sungai padahal kamar mandi di rumah masing-masing juga ada, sampai tentang rumah yang tinggal menunggu waktu buat longsor tanahnya.

Rumah ini serem sih jadinya. Posisinya benar-benar di pinggir sungai yang tingginya udah kayak jurang. Mas Juni bilang, dulu jarak rumah ini sama pinggir sungai lumayan jauh tapi karena longsoran akibat hujan, jadinya pinggiran sungai semakin mendekati rumah.

Rafting yang menyenangkan. Arus jeram? Apa ya namanya? Air yang enggak tenang gitu deh. Kunci dari menguji adrenalin lewat rafting. Masih aman banget arusnya. Bukan yang gede banget tapi bukan yang kecil juga. Cukuplah ngebuat aku deg-degan melewatinya.

Setelah entah berapa jam, ada kali ya satu jam lebih, rafting selesai. Enggak ada Pemandu yang iseng ngebalikin perahu. Makasih, Mas Juni. Sampai ketemu mungkin di lain waktu ya. Tepat di garis akhir rafting ada kolam yang cukup luas. Teman-teman asyik melompat ke kolam. Mbak Iham bahkan sampai santai mengambang pakai pelampung. Aku cukup duduk menikmati dari jarak sekian meter. Ikut merasakan euforia kecipak-kecipuk di kolam walau aku enggak merasakannya secara langsung.

Setelah ngebilas badan dan ganti baju, kami makan siang di pendopo. Ada ayam bakar dan gorengan, kayaknya risol, dan juga lantunan lagu dangdut. Ada dua biduan yang menghibur di tengah makan siang kami.

Rafting kali ini enggak ada tambahan kegiatan kayak waktu itu. Rafting kali pertama kayaknya ada semacam outbond gitu. Permainan beregu dan seru-seruan. Pulangnya sore banget. Lewat waktu maghrib. Sementara rafting kali kedua ini pulangnya menjelang sore. Sampai di Parkir Abu Bakar Ali sekitar jam 15.30.

Menyenangkan. Ada capeknya, telapak tanganku sampai pegal efek mendayung, ada happy, so far enggak ada yang mengecewakan. Alhamdulillah.

Sampai bertemu di rafting selanjutnya. Semoga ya.

Jogja, 26 Mei 2022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar