Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2015

STATUS

Wisuda. Coba ya wisuda sarjana bisa kayak wisuda SMA yang serempak. Lihat teman seangkatan kuliah (akhirnya) wisuda, uuh.. pengen. Aku kapan? Pertanyaan klise mahasiswa semester akhir. Senang ya jadi sarjana. Apalagi yang bisa lulus tepat waktu di waktu yang tepat. Pendapat orang emang beda-beda. Lulus cepat (tepat waktu) jelas bagus & jadi teladan (musti dicontoh itu). Lulus "nggak cepat" (alibinya lulus di waktu yang tepat :D) juga bukan berarti buruk. Yah.. ada positif & negatif dari keduanya. Lulus, jadi sarjana, tapi akhirnya justru bingung mau ngapain, ini nih yang jadi masalah. Tapi sebagian yang lain, belum lulus udah kerja (biasanya mereka ini bukan tipikal mahasiswa kupu-kupu). (Mungkin) mahasiswa adalah zona nyaman. Belum dibebani beban yang terlalu membebani. Lulus itu harus! Jangan kelamaan. Apalagi kalau alasan nggak lulus itu karena diri-sendiri yang nggak giat a.k.a malas. Beuuuh... alasan macam apa itu? Kalau emang udah masanya, ya segera dikerj...

CITA DAN CITA

"Apa cita-citamu?" "Aku pengen jadi pilot!" Aku masih ingat banget saat jelang TK dulu, aku jawab dengan semangat ingin jadi pilot saat ditanya cita-cita. Aku sekarang lupa kenapa dulu pengen jadi pilot. Bukan dokter, guru, insinyur atau apapun itu. Lama-lama cita-cita jadi pilot itu samar-samar lalu hilang. Aku punya cita-cita lagi. Hmm.. kapan ya tepatnya? Saat SD - SMP, kayaknya aku lupa dengan cita-cita. Saat SMA, aku punya cita-cita jadi wartawan. Berawal dari aku suka nulis, muncul keinginan jadi wartawan. Aku memilih Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) pun karena ada Konsentrasi Jurnalistik. Tanpa ragu, aku memilih KPI ini sebagai studiku selepas SMA. Sekarang saat ditanya cita-cita, aku mikir lama. Apa ya cita-citaku? Apa cita-cita hanya pantas untuk anak kecil? Dipikir, kayaknya iya. Jarang ada orang dewasa (seenggaknya bukan lagi anak kecil) yang menjawab dengan riang cita-citanya. Ah ya, bukan lagi istilahnya "cita-cita" tapi "keing...

WAWANCARA

Deg-degan rasanya saat interview calon Penyiar Radio Q FM. Takut salah sikap, salah ini.. salah itu.. Tapi, aku nyaman kok. Not bad. Jawab seperlunya. Bilang nggak tau kalo emang nggak tau. Sebelum interview, nunggu dulu selama sekian menit. Selama menunggu itu, ada dua yang aku kenal (tau namanya). Asep dari Hubungan Internasional UMY dan Faizul dari Teknik Lingkungan Hidup UII. Lainnya, belum kenalan. Kebanyakan sibuk dengan gadget. Pengen ngajak kenalan cewek yang duduk di sebelahku, tapi bingung mau memulainya. Ya udah, akhirnya diam. Semuanya juga gitu. Aku sempat ngobrol sama Faizal (duh.. Faizal apa Faizul ya?). Obrolannya nggak jauh-jauh dari kampus. Dia juga nanya ke aku sering siaran/ nggak. Aku bilang, aku ikut rakom kampus. Bukan sering, tapi pernah. Yah.. obrolan basa-basi gitu. Ngobrolnya nggak lama. Setelah itu kembali melakukan aksi diam. Bingung juga mau ngobrolin apa. Baru aja kenal juga. Saat giliranku interview, aku merasa yakin dan percaya diri. Masuk ke ruanga...

BUKAN BERLARI

Sejak kapan ya aku pengen jadi penyiar radio? Ini bukan keinginanku dari kecil. Dulu, aku sama sekali nggak ada keinginan buat jadi penyiar radio. Aku masih ingat waktu itu rasanya bete saat dengerin radio, penyiarnya yang masuk. Aku pengennya lagu-lagu, SMS-ku dibacain, lagu request-ku diputerin (mungkin ini kali ya keinginan mereka yang nggak tertarik jadi penyiar radio). Nunggu SMS dibacain penyiar radio itu rasanya excited banget. Berharap SMS-ku dibacain. Sayangnya, SMS-ku justru seing nggak dibacain. Padahal aku udah SMS seawal mungkin, tapi tetep aja... nggak dibacain. Lama-lama, muncul keinginan baru: jadi penyiar radio. Nah, ini bermulanya sejak kapan, agak lupa-lupa ingat. Bisa jadi keinginan yang muncul begitu aja atau karena Rasida FM. Aku cenderung ke opsi kedua. Dulu, awal kuliah, aku sempat ikut oprec Suka TV. Latah ikutan lebih tepatnya. Saat di kelas, Bu Evi bilang, Suka TV lagi oprec, teman-temanku (dan juga aku) berbondong-bondong daftar. Saat akan workshop (ba...

HARI TERAKHIR

Perjuangan yang luar biasa. Tepat di hari terakhir open recruitment Radio Q Jogja, sederet "cobaan" datang. Pertama, file sampel suaraku yang aku rekam pake hape, tipenya 3gp, bukan MP3. Padahal persyaratan sampel suaranya dalam format MP3. Aku minta tolong rental komputer buat ganti tipe 3gp itu ke MP3. Nggak bisa! File-nya nggak kebaca. Padahal aplikasi buat ngubah ke tipe MP3 ada. Kedua, foto yang mau aku cetak, entah kenapa nggak bisa dimasukin ke Corel Draw buat dicetak. Si Bapak dan si Mas rental komputer bahkan sampai ganti komputer 4 kali demi nyetak fotoku itu. Di komputer ke-4, akhirnya fotoku berhasil dimasukin ke Corel Draw. Itu juga setelah fotoku di-copypaste ke dalam folder lain. Entahlah kenapa daritadi nggak bisa masuk ke Corel Draw. Ketiga, saat aku sampai Radio Q di Jl. Kaliurang KM 7, sepi. Radio Q nggak kelihatan kayak studio radio. Ada di tengah perumahan, bukan di pinggir jalan besar. Memang ada papan nama Radio Q gede banget di jalan kecil tepat di...

HANYA SEBENTAR

Umur manusia memang nggak ada yang tahu batasnya, kecuali Allah SWT. Ada yang menikmati hidup mendekati ratusan tahun (mungkin sampai merasa bosan), ada juga yang hanya diizinkan puluhan tahun atau bahkan bisa kurang dari itu. Kematian adalah rahasia Ilahi. Hanya Allah yang tahu garis kematian manusia. Jika kita tahu kapan ajal datang, apa yang akan kita lakukan? Kejahatan pasti nggak akan ada karena setiap orang tengah berlomba menyiapkan bekal menuju kematiannya. Manusia memang nggak dianugerahi Allah untuk mengetahui kapan nafas terakhirnya berhembus. Mati segan, hidup pun nggak mau. Hidup, artinya terus tumbuh, semakin bertambah usia dan siapa pun pasti akan mengalami masa tua. Bersyukurlah mereka yang bisa merasakan masa tua. Setiap masa pasti ada enak dan nggak. Namanya juga hidup di dunia. Bukan di Surga. Aku masih belum percaya salah satu teman kosku di DeHa, kos pertamaku di Jogja, meninggal, yang katanya gara-gara diabetes dan serangan jantung. Aku masih ingat banget kebe...

LITTLE THING

Bahagia itu memang sederhana. Nggak ribet kok kalo mau bahagia. Bahkan dari hal paling kecil sekali pun, kita bisa bahagia. Nggak percaya? ;) Kalimat "bahagia itu sederhana" terdengar klise ya. Banyak orang bijak (dan juga orang "sok" bijak :D) yang mengatakan itu. Walau klise, bukan kalimat yang "waw", tapi memang iya kok, bahagia itu sederhana. Contohnya, beuuh.. banyak banget dalam kehidupan kita sehari-hari. Saat bahagiaku salah satunya adalah ketika aku berhasil menahan godaan. Eits, jangan mikir yang aneh-aneh dulu. "Godaan" itu maksudnya keinginanku membeli sesuatu (finansial banget). Ya.. begitulah. Aku cukup sering "lapar mata" saat membeli... makanan. Iya, makanan, bukan baju, sepatu, atau shopping. Aku bukan tipikal yang mewajibkan "shopping" (yang artinya biasa aja). Pasti kamu bilang, "Makan? Cocok banget sama badannya." :3 Oke, baiklah, aku memang "sedikit" lebar, tapi apa orang yang badanny...

SEMACAM YANG PERTAMA

Salah satu mimpiku adalah menjadi penyiar radio. Setelah mengikuti seleksi penyiar radio di sana-sini (sayangnya belum berjodoh), akhirnya.. alhamdulillah aku berjodoh dengan Radio Widoro, sebuah radio komunitas di UPT Malioboro, Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta. Setelah aku dinyatakan lolos seleksi, malamnya (atau besok malamnya, agak-agak lupa) aku diminta datang ke Radio Widoro. Siaran tandem bareng Mbak Yuni. Rasanya deg-degaaan banget. Tetap aja ini kali pertama aku open mic sebagai penyiar radio (kerja). Waktu itu siarannya jam 19.30-22.30. Mbak Yuni banyak bercerita kepadaku. Cerita tentang kehidupannya, Radio Widoro dari tahun ke tahun, dan obrolan kami (yang didominasi oleh Mbak Yuni) sanggup bertahan dari opening siaran sampai closing di jam 22.30. Aku pikir kedatanganku malam itu "benar-benar" tandem. Ternyata bukan. Menurutku bukan tandem. Waktu opening pertama, Mbak Yuni sama sekali nggak menyebut namaku atau merasakan "kehadiranku" di si...

MIMPIKU...

Sebulan berlalu sejak aku resmi menjadi penyiar radio (yang sesungguhnya). Alhamdulillah... Berawal dari tawaran seorang kakak tingkat di kampus, skenario indah dari Tuhan pun berjalan untukku. Aku masih ingat banget, waktu itu di minggu ke-4 Januari 2015. Kakak tingkatku itu bilang, ada radio yang lagi nyari penyiar. Kebetulan penyiar radio di radio yang tengah mencari penyiar itu (blush! x_x) teman Kakak tingkatku. Setelah aku memberikan nomor kontakku ke Kakak tingkatku itu, katanya aku nanti bakal ditelepon sama radio dan nggak lama lagi aku akan langsung siaran. Aku pun menunggu dengan sangat antusias. Sayangnya, saat radio itu nelpon aku, justru nggak aku angkat. Nggak tahu ada telepon masuk. Tahu begitu, aku langsung stand by terus pegang hape. Ke mana pun, aku bawa hapenya. Takutnya nelpon lagi dan nggak aku angkat. Lama nunggu... Lama... Nggak juga ada telepon masuk. Aku pun sempat galau. Jangan-jangan... Aku sempat berpikir yang nggak-nggak. Aku terus menunggu semalaman dan...