Sejak kapan ya aku pengen jadi penyiar radio? Ini bukan keinginanku dari kecil. Dulu, aku sama sekali nggak ada keinginan buat jadi penyiar radio. Aku masih ingat waktu itu rasanya bete saat dengerin radio, penyiarnya yang masuk. Aku pengennya lagu-lagu, SMS-ku dibacain, lagu request-ku diputerin (mungkin ini kali ya keinginan mereka yang nggak tertarik jadi penyiar radio).
Nunggu SMS dibacain penyiar radio itu rasanya excited banget. Berharap SMS-ku dibacain. Sayangnya, SMS-ku justru seing nggak dibacain. Padahal aku udah SMS seawal mungkin, tapi tetep aja... nggak dibacain.
Lama-lama, muncul keinginan baru: jadi penyiar radio. Nah, ini bermulanya sejak kapan, agak lupa-lupa ingat. Bisa jadi keinginan yang muncul begitu aja atau karena Rasida FM. Aku cenderung ke opsi kedua.
Dulu, awal kuliah, aku sempat ikut oprec Suka TV. Latah ikutan lebih tepatnya. Saat di kelas, Bu Evi bilang, Suka TV lagi oprec, teman-temanku (dan juga aku) berbondong-bondong daftar. Saat akan workshop (bagian dari rangkaian oprec juga), aku nggak ikut. Di hari yang sama, aku harus memilih: workshop Suka TV atau workshop JCM? Aku memilih workshop JCM. Aku sama sekali nggak patah hati dengan keputusanku karena aku belum ditolak tapi mengundurkan diri (beda 'kan rasanya? ;D).
Setelah itu, barulah aku ikut oprec Rasida FM. Excited banget rasanya. Aku benar-benar dari hati memilih Rasida FM. Bukan pelarian. Kelihatan kok orang yang menjadikan sesuatu sebagai pelarian. Nggak totalitas karena hanya separuh jiwa atau bahkan nggak ada separuhnya.
Jogja, 10 Maret 2015
Nunggu SMS dibacain penyiar radio itu rasanya excited banget. Berharap SMS-ku dibacain. Sayangnya, SMS-ku justru seing nggak dibacain. Padahal aku udah SMS seawal mungkin, tapi tetep aja... nggak dibacain.
Lama-lama, muncul keinginan baru: jadi penyiar radio. Nah, ini bermulanya sejak kapan, agak lupa-lupa ingat. Bisa jadi keinginan yang muncul begitu aja atau karena Rasida FM. Aku cenderung ke opsi kedua.
Dulu, awal kuliah, aku sempat ikut oprec Suka TV. Latah ikutan lebih tepatnya. Saat di kelas, Bu Evi bilang, Suka TV lagi oprec, teman-temanku (dan juga aku) berbondong-bondong daftar. Saat akan workshop (bagian dari rangkaian oprec juga), aku nggak ikut. Di hari yang sama, aku harus memilih: workshop Suka TV atau workshop JCM? Aku memilih workshop JCM. Aku sama sekali nggak patah hati dengan keputusanku karena aku belum ditolak tapi mengundurkan diri (beda 'kan rasanya? ;D).
Setelah itu, barulah aku ikut oprec Rasida FM. Excited banget rasanya. Aku benar-benar dari hati memilih Rasida FM. Bukan pelarian. Kelihatan kok orang yang menjadikan sesuatu sebagai pelarian. Nggak totalitas karena hanya separuh jiwa atau bahkan nggak ada separuhnya.
Jogja, 10 Maret 2015
Komentar
Posting Komentar