Langsung ke konten utama

MIMPIKU...

Sebulan berlalu sejak aku resmi menjadi penyiar radio (yang sesungguhnya). Alhamdulillah... Berawal dari tawaran seorang kakak tingkat di kampus, skenario indah dari Tuhan pun berjalan untukku. Aku masih ingat banget, waktu itu di minggu ke-4 Januari 2015. Kakak tingkatku itu bilang, ada radio yang lagi nyari penyiar. Kebetulan penyiar radio di radio yang tengah mencari penyiar itu (blush! x_x) teman Kakak tingkatku. Setelah aku memberikan nomor kontakku ke Kakak tingkatku itu, katanya aku nanti bakal ditelepon sama radio dan nggak lama lagi aku akan langsung siaran.

Aku pun menunggu dengan sangat antusias. Sayangnya, saat radio itu nelpon aku, justru nggak aku angkat. Nggak tahu ada telepon masuk. Tahu begitu, aku langsung stand by terus pegang hape. Ke mana pun, aku bawa hapenya. Takutnya nelpon lagi dan nggak aku angkat. Lama nunggu... Lama... Nggak juga ada telepon masuk. Aku pun sempat galau. Jangan-jangan... Aku sempat berpikir yang nggak-nggak. Aku terus menunggu semalaman dan kebetulan hari itu aku akan kembali ke Jogja. Aku masih nunggu telepon berdering pagi harinya sebelum aku dalam perjalanan ke Jogja.

Nggak ada! Baiklah. Aku agak pasrah juga waktu itu. Kalau rezeki, pasti nggak akan ke mana-mana. Nah, saat dalam perjalanan ke Jogja, telepon berdering lagi... dari radio! Telepon kedua ini nggak aku angkat karena saat itu aku masih dalam perjalanan ke Jogja, naik motor, nggak tahu (lagi) ada telepon masuk. Pengen rasanya aku telepon balik. (T_T) Aku pun semakin galau dan berharap radio kembali nelpon untuk yang ke-3 kalinya (setelah 2x zonk).

Telpon ke-4, akhirnya.. aku angkat. Nggak zonk lagi. Terjadilah pembicaraan antara aku dengan seorang perempuan di seberang sana. Singkat. Memintaku datang ke Radio Widoro untuk sharing. Radio Widoro? Di mana itu? Katanya radio baru gitu. Aku hanya ber-ooo ria saat perempuan di seberang sana (namanya Yuni) menjelaskan alamat Radio Widoro, Jl. Malioboro 56, Yogyakarta. Mbak Yuni bilang radionya dekat Inna Garuda Hotel, dari patung votron (entah votron/ voltron) ke timur. Aku sebenarnya masih bertanya-tanya, di mana itu? Tapi aku iya-iya-in. Aku emang payah mengingat jalan yang hanya aku lalui sekali-dua kali.

Dag-dig-dug saat aku akan ke Radio Widoro. Ini kali pertama aku dipanggil radio dalam rangka... menuju ke arah serius. Optimis nggak lama lagi bakal siaran. :) Sharing dilaksanain siang, jam 12 atau 13, agak lupa aku. Aku pikir sekalian makan siang (tambah dag-dig-dug, apalagi mengingat nanti orang-orang dari Radio Widoro seperti apa). Aku pun udah nyiapin kalimat perkenalan. Nyari Radio Widoro agak susah untuk yang pertama kali. Setelah nanya sekali, akhirnya ketemu juga. Letaknya di Dinas Pariwisata.

Aku masuk.. menemui seorang perempuan, resepsionis aku pikir waktu itu. Setelah aku menjelaskan sekilas siapa aku, perempuan itu memanggil seseorang dari ruangan berpintu kaca yang sebelumnya aku lewati. Ruangan berpintu kaca itulah call box Radio Widoro. Paling ingat sosok Mbak Yuni waktu itu karena yang menyambutku dengan ramah, Mbak Yuni. Aku pun diajak ke sebuah ruangan dengan meja panjang, sebuah meja rapat. Sebelum sharing dimulai, aku disuruh nunggu beberapa saat. Nggak lama, tapi juga nggak sebentar. Demi mengisi kekosongan waktu, aku sempatkan membaca novel (seharusnya baca Al Qur'an T_T).

Setelah sekian menit, sharing pun dimulai antara aku dan Mbak Yuni. Ada juga satu perempuan lagi yang nantinya aku tahu namanya Erni. Sharing-nya lebih ke arah ngobrol. Nanya siapa aku, kuliah di mana, kesibukanku apa, dan nanya bisa siaran malam/ nggak. Aku oke-oke aja siaran malam. Nggak lama setelah sharing dimulai, datang seorang laki-laki yang usianya nggak jauh beda denganku. Dia kandidat calon penyiar juga. What? Aku ada saingan? Aku lupa siapa namanya, tapi dia lulusan Ilmu Komunikasi UIN Suka Angkatan 2010. Aku sempat ngobrol basa-basi sama dia.

Setelah ngobrol agak panjang dan lebar, Mbak Yuni menyuruh kami untuk membuat naskah siaran (opening, content, closing). Wah.. bikin naskah siaran, alhamdulillah aku nggak ada kendala. Kami dikasih waktu 15 menitan. Naskah selesai, kami taping suara. Aku taping suara yang kedua. Deg-degan juga walau kegiatan bersiaran udah nggak asing lagi bagiku (lebih deg-degan lagi saat siaran pertama di Radio Widoro). Taping selesai, kami masih berbasa-basi, saling mengenal lebih dalam. Aku pikir bakal ada makan siang, ternyata "cuma" dikasih permen Fox dan air mineral dalam kemasan (aku ra popo). Sebelum pulang, Mbak Yuni bilang nanti akan segera dihubungi siapa yang lolos, siapa yang nggak. Aku berdoa semoga aku yang lolos. Sangat berharap pokoknya.

Aku kembali menunggu... Besoknya, entah sehari setelahnya atau dua hari, telepon masuk memberitahukanku lolos seleksi Radio Widoro. Perasaanku buncah. Aku.. lolos seleksi penyiar radio. Sebentar lagi aku akan bersiaran di radio. Rasa syukur nggak terkira aku ucapkan berkali-kali kepada Allah. Alhamdulillah...

Begitulah "behind the scene"-ku sebagai penyiar Radio Widoro. I love this job. :)

Jogja, 5 Maret 2015

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato dari Net City, warnet yang a

BUKAN KELUARGA CEMARA

  Rasanya seperti nggak percaya aku ada dalam sebuah geng. Terkesan alay. Eits! Jangan ngejudge dulu, Gus. Nggak semua geng itu alay. Dan nggak semua geng itu hanya untuk remaja SMA demi eksistensi diri. Sebenarnya poin eksistensi dirinya sama sih. Aku, Mbak Iham, Mbak Dwi, Mbak Yatimah, dan Rina secara resmi, hari ini, Minggu, 4 Juni 2023 membentuk sebuah geng bernama Cemara. Berawal dari obrolan random dalam perjalanan menuju Pantai Goa Cemara, kami sempat membahas tentang Keluarga Cemara. Ada Abah, Emak, Euis, Ara, dan Agil. Apakah kami berlima merepresentasikan karakter-karakter karangan Arswendo Atmowiloto ini? Bukan. Hanya karena kami berlima dan pas lagi ngobrol tentang Keluarga Cemara, lahirlah Geng Cemara. Awalnya kami hanya janjian main. Kali pertama kami main ke Solo. Waktu itu Rina belum bergabung di klub ini. Kami hanya janjian main dan... selesai. Kami bikin grup chat dan mengalirlah rencana-rencana untuk main ke mana-mana. Kali ini kami main ke Pantai Goa Cemara. Ide yan