Deg-degan rasanya saat interview calon Penyiar Radio Q FM. Takut salah sikap, salah ini.. salah itu.. Tapi, aku nyaman kok. Not bad. Jawab seperlunya. Bilang nggak tau kalo emang nggak tau. Sebelum interview, nunggu dulu selama sekian menit. Selama menunggu itu, ada dua yang aku kenal (tau namanya). Asep dari Hubungan Internasional UMY dan Faizul dari Teknik Lingkungan Hidup UII. Lainnya, belum kenalan. Kebanyakan sibuk dengan gadget. Pengen ngajak kenalan cewek yang duduk di sebelahku, tapi bingung mau memulainya. Ya udah, akhirnya diam. Semuanya juga gitu.
Aku sempat ngobrol sama Faizal (duh.. Faizal apa Faizul ya?). Obrolannya nggak jauh-jauh dari kampus. Dia juga nanya ke aku sering siaran/ nggak. Aku bilang, aku ikut rakom kampus. Bukan sering, tapi pernah. Yah.. obrolan basa-basi gitu. Ngobrolnya nggak lama. Setelah itu kembali melakukan aksi diam. Bingung juga mau ngobrolin apa. Baru aja kenal juga.
Saat giliranku interview, aku merasa yakin dan percaya diri. Masuk ke ruangan, ngucap salam, dan aku langsung duduk. "Jangan duduk dulu," kata Mas interviewer (istilah penanya dalam wawancara apa ya?). Jleb! Oh my God! Refleks, aku bilang sorry, tapi si Mas langsung mencairkan suasana dengan bilang nggak apa-apa sambil ketawa. Fiuhh.. apa ini termasuk "kesalahan"? Bagian dari manner? Haduuuh.. Semoga nggak jadi masalah. Dipikir, emang jangan duduk dulu sebelum dipersilakan duduk. Pelajaran berharga buatku.
Saat interview itu, si Mas lihat gerak tanganku saat aku bicara. Apa ada yang salah? Aku pun nggak gerak-gerakin tangan lagi. Cari aman ajalah (entah cari aman dari apa). Aku ditanya seputar Radio Q, aku "masuk"/ nggak dengan segmentasi Radio Q, selera musik, ya.. seputar itu. Waktu ditanya musik paling tua yang aku tau, aku jawab Koes Plus yang ternyata... ketuaan. Ha ha ha... Sebenarnya aku nggak begitu tau lagu-lagu lama. Saat ditanya lagu lama yang lebih muda dari Koes Plus, aku jawab Nia Daniaty. Hanya itu yang terlintas dari pikiranku (dengan Gelas Gelas Kaca-nya). Musik barat lama, aku jawab Air Supply. Lagunya pernah aku dengerin saat siaran di Radio Widoro dan bagus. Slow-slow menenangkan gimana... gitu. Selain Air Supply, aku mikir.. Siapa ya? Nggak terlintas satu nama pun dibenakku.
Si Mas bilang logatku kayak logat Sunda. Iya 'kah? Padahal aku asli Kebumen sing terkenal Ngapake. Aku emang lahir di Tanah Sunda, Bandung. Sempat tinggal di Bandung juga tapi cuma sampai umur 5 tahun. Setelah itu, menetap dan tumbuh besar di Kebumen (FYI, orangtuaku asli Kebumen). Aku emang nggak pernah ngomong Bahasa Jawa di Jogja. Udah jadi kebiasaan sejak awal kuliah di Jogja 2011 lalu. Walau ngomong sama orang yang ngerti Bahasa Jawa, aku lebih nyaman berbahasa Indonesia. Bukannya sok/ gimana, ini lebih tentang kenyamanan. Lagi pula, Bahasa Jawa Jogja dan Bahasa Jawa Ngapak daerahku beda. Jadi aku cari aman aja (kali ini benar-benar cari aman :D).
Kelar interview, tahap selanjutnya take vocal. Aku disuruh bikin naskah, tapi berdasarkan contoh yang diputer Radio Q. Aku pikir "cuma" contoh naskahnya gitu, ternyata saat take vocal, pake backsound (bumper atau apa ya namanya?) Radio Q. Oke, aku bisa melewatinya. Take vocal, opening aja (tanpa content dan closing yang udah aku bikin). Waktu aku take vocal, 'kan pake headset. Nggak terlalu jelas. Jadi aku berusaha ngepas-ngepasin gitu. Kurang perfect, tapi not bad. Aku nggak "nabrak" backsound-nya, tetap selaras (aku rasa), walau di akhir rasanya "gantung". It's ok.. it's ok..
Selain take vocal opening, aku juga diminta baca adlibs. Lancar.. Aku ngerasa nyaman bawainnya, tenang dan nggak grogi.
Sama seperti saat tes tulis beberapa hari lalu, waktu aku pamit, salam dulu ke si Mbak (semacam resepsionis gitu), lalu si Mbak bilang, "Makasih ya. Nanti dikabarin lagi." Aku jawab oke sambil lalu.
Semoga aku diterima Radio Q. Amiiin. Oh ya, ada dua orang calon penyiar yang sebelumnya ikutan oprec penyiar Radio Q. Cewek yang duduk di sebelahku dan cowok di sebelahnya. Pantesan si cewek itu ngajak kenalan cowok di sebelahnya (bukan aku). Ternyata si cewek ngerasa kayak pernah kenal si cowok. Setelah itu, aku nggak ngelihat si cewek kenalan dengan yang lain. Sempat minder juga. Jangan-jangan mereka... Ah, tetap percaya diri. Semoga hasilnya indah. Amiiin.
Jogja, 17 Maret 2015
Aku sempat ngobrol sama Faizal (duh.. Faizal apa Faizul ya?). Obrolannya nggak jauh-jauh dari kampus. Dia juga nanya ke aku sering siaran/ nggak. Aku bilang, aku ikut rakom kampus. Bukan sering, tapi pernah. Yah.. obrolan basa-basi gitu. Ngobrolnya nggak lama. Setelah itu kembali melakukan aksi diam. Bingung juga mau ngobrolin apa. Baru aja kenal juga.
Saat giliranku interview, aku merasa yakin dan percaya diri. Masuk ke ruangan, ngucap salam, dan aku langsung duduk. "Jangan duduk dulu," kata Mas interviewer (istilah penanya dalam wawancara apa ya?). Jleb! Oh my God! Refleks, aku bilang sorry, tapi si Mas langsung mencairkan suasana dengan bilang nggak apa-apa sambil ketawa. Fiuhh.. apa ini termasuk "kesalahan"? Bagian dari manner? Haduuuh.. Semoga nggak jadi masalah. Dipikir, emang jangan duduk dulu sebelum dipersilakan duduk. Pelajaran berharga buatku.
Saat interview itu, si Mas lihat gerak tanganku saat aku bicara. Apa ada yang salah? Aku pun nggak gerak-gerakin tangan lagi. Cari aman ajalah (entah cari aman dari apa). Aku ditanya seputar Radio Q, aku "masuk"/ nggak dengan segmentasi Radio Q, selera musik, ya.. seputar itu. Waktu ditanya musik paling tua yang aku tau, aku jawab Koes Plus yang ternyata... ketuaan. Ha ha ha... Sebenarnya aku nggak begitu tau lagu-lagu lama. Saat ditanya lagu lama yang lebih muda dari Koes Plus, aku jawab Nia Daniaty. Hanya itu yang terlintas dari pikiranku (dengan Gelas Gelas Kaca-nya). Musik barat lama, aku jawab Air Supply. Lagunya pernah aku dengerin saat siaran di Radio Widoro dan bagus. Slow-slow menenangkan gimana... gitu. Selain Air Supply, aku mikir.. Siapa ya? Nggak terlintas satu nama pun dibenakku.
Si Mas bilang logatku kayak logat Sunda. Iya 'kah? Padahal aku asli Kebumen sing terkenal Ngapake. Aku emang lahir di Tanah Sunda, Bandung. Sempat tinggal di Bandung juga tapi cuma sampai umur 5 tahun. Setelah itu, menetap dan tumbuh besar di Kebumen (FYI, orangtuaku asli Kebumen). Aku emang nggak pernah ngomong Bahasa Jawa di Jogja. Udah jadi kebiasaan sejak awal kuliah di Jogja 2011 lalu. Walau ngomong sama orang yang ngerti Bahasa Jawa, aku lebih nyaman berbahasa Indonesia. Bukannya sok/ gimana, ini lebih tentang kenyamanan. Lagi pula, Bahasa Jawa Jogja dan Bahasa Jawa Ngapak daerahku beda. Jadi aku cari aman aja (kali ini benar-benar cari aman :D).
Kelar interview, tahap selanjutnya take vocal. Aku disuruh bikin naskah, tapi berdasarkan contoh yang diputer Radio Q. Aku pikir "cuma" contoh naskahnya gitu, ternyata saat take vocal, pake backsound (bumper atau apa ya namanya?) Radio Q. Oke, aku bisa melewatinya. Take vocal, opening aja (tanpa content dan closing yang udah aku bikin). Waktu aku take vocal, 'kan pake headset. Nggak terlalu jelas. Jadi aku berusaha ngepas-ngepasin gitu. Kurang perfect, tapi not bad. Aku nggak "nabrak" backsound-nya, tetap selaras (aku rasa), walau di akhir rasanya "gantung". It's ok.. it's ok..
Selain take vocal opening, aku juga diminta baca adlibs. Lancar.. Aku ngerasa nyaman bawainnya, tenang dan nggak grogi.
Sama seperti saat tes tulis beberapa hari lalu, waktu aku pamit, salam dulu ke si Mbak (semacam resepsionis gitu), lalu si Mbak bilang, "Makasih ya. Nanti dikabarin lagi." Aku jawab oke sambil lalu.
Semoga aku diterima Radio Q. Amiiin. Oh ya, ada dua orang calon penyiar yang sebelumnya ikutan oprec penyiar Radio Q. Cewek yang duduk di sebelahku dan cowok di sebelahnya. Pantesan si cewek itu ngajak kenalan cowok di sebelahnya (bukan aku). Ternyata si cewek ngerasa kayak pernah kenal si cowok. Setelah itu, aku nggak ngelihat si cewek kenalan dengan yang lain. Sempat minder juga. Jangan-jangan mereka... Ah, tetap percaya diri. Semoga hasilnya indah. Amiiin.
Jogja, 17 Maret 2015
Komentar
Posting Komentar