Langsung ke konten utama

STATUS


Wisuda. Coba ya wisuda sarjana bisa kayak wisuda SMA yang serempak. Lihat teman seangkatan kuliah (akhirnya) wisuda, uuh.. pengen. Aku kapan? Pertanyaan klise mahasiswa semester akhir. Senang ya jadi sarjana. Apalagi yang bisa lulus tepat waktu di waktu yang tepat. Pendapat orang emang beda-beda. Lulus cepat (tepat waktu) jelas bagus & jadi teladan (musti dicontoh itu). Lulus "nggak cepat" (alibinya lulus di waktu yang tepat :D) juga bukan berarti buruk. Yah.. ada positif & negatif dari keduanya.

Lulus, jadi sarjana, tapi akhirnya justru bingung mau ngapain, ini nih yang jadi masalah. Tapi sebagian yang lain, belum lulus udah kerja (biasanya mereka ini bukan tipikal mahasiswa kupu-kupu). (Mungkin) mahasiswa adalah zona nyaman. Belum dibebani beban yang terlalu membebani. Lulus itu harus! Jangan kelamaan. Apalagi kalau alasan nggak lulus itu karena diri-sendiri yang nggak giat a.k.a malas. Beuuuh... alasan macam apa itu? Kalau emang udah masanya, ya segera dikerjakan.

Ada yang bilang, lulus itu (jadi sarjana) membuka peluang lebih besar untuk berbagai kesempatan. Lulus, jadi sarjana, melepas status jadi mahasiswa & nggak terikat. Jadi feel so free mau ngelakuin apa pun.

Jadi mahasiswa itu tujuan akhirnya "kerja"? Sebagian orang (banyak malah) yang berpandangan begitu. Ada juga yang bilang, kuliah itu jangan diniatin buat cari kerja tapi sebagai kesempatan buat menyerap ilmu sebanyak-banyaknya. Kalau cuma mikirin cari kerja nantinya, yang ada (bisa) asal lulus. Nggak peduli ilmunya. Yang penting dapat gelar sarjana. Ada tambahan di belakang nama. Serasa jadi orang hebat dengan penambahan gelar itu.

Bagi sarjana muda, jangan bingung-bingung mau ngapain setelahnya. Masa depan masih misteri. Tuhan telah menyiapkan serangkain rencana baik untuk umat-Nya. Tapi, bersama dengan rencana baik itu, tentu ada "sesuatu" yang bisa saja membuat tersandung, lalu jatuh & terluka.

Selamat buat sarjana muda. Semoga bukan sekedar gelar di belakang sebuah nama.

Jogja, 28 Maret 2015

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato dari Net City, warnet yang a

BUKAN KELUARGA CEMARA

  Rasanya seperti nggak percaya aku ada dalam sebuah geng. Terkesan alay. Eits! Jangan ngejudge dulu, Gus. Nggak semua geng itu alay. Dan nggak semua geng itu hanya untuk remaja SMA demi eksistensi diri. Sebenarnya poin eksistensi dirinya sama sih. Aku, Mbak Iham, Mbak Dwi, Mbak Yatimah, dan Rina secara resmi, hari ini, Minggu, 4 Juni 2023 membentuk sebuah geng bernama Cemara. Berawal dari obrolan random dalam perjalanan menuju Pantai Goa Cemara, kami sempat membahas tentang Keluarga Cemara. Ada Abah, Emak, Euis, Ara, dan Agil. Apakah kami berlima merepresentasikan karakter-karakter karangan Arswendo Atmowiloto ini? Bukan. Hanya karena kami berlima dan pas lagi ngobrol tentang Keluarga Cemara, lahirlah Geng Cemara. Awalnya kami hanya janjian main. Kali pertama kami main ke Solo. Waktu itu Rina belum bergabung di klub ini. Kami hanya janjian main dan... selesai. Kami bikin grup chat dan mengalirlah rencana-rencana untuk main ke mana-mana. Kali ini kami main ke Pantai Goa Cemara. Ide yan