TERHANYUT DALAM FANTASI

Udah sering kayak gini dan sekarang terulang lagi? Harus ada batas antara realita dan ilusi. Sadar, woy! Jangan bermain api kalau nggak mau kena luka bakar. Ini malah main api dengan riang gembira. Heran! Lagian apa enaknya? Kamu cuma menikmati ilusi yang sampai kapan pun nggak akan jadi nyata. Kecuali kamu masuk ke dunia Hogwarts dan meminum ramuan Polijus. Kalau bisa masuk pun nggak semudah itu bisa meminum ramuannya.

Ini ngomongin apa sih? Random aja. Lagian siapa juga yang baca? Wkwkwk. Ada kok pembacanya. Jejak digital yang suatu hari nanti bisa saja jadi konsumsi publik. Makanya sekali pun aku bisa banget bercerita tanpa batas tapi aku tahu sebaiknya jangan melakukan itu. Siapa yang tahu nantinya cerita-ceritaku di sini bisa dibaca banyak orang? Siapa yang tahu suatu hari nanti aku jadi orang terkenal. Ha ha.

Nggak sih. Aku nggak sampai ke sana berkhayal jadi orang terkenal. Menjalani kehidupanku yang sekarang, alhamdulillah, menyenangkan. Tetap ada roller coasternya tapi aku bersyukur dengan hidupku sekarang. Ngomong-ngomong tentang ilusi, waktu aku SD suka banget berkhayal. Eh, bentar. Khayalan dan ilusi apakah sama?

Ah, ternyata beda. Setelah aku cari tahu lewat Mbah Gugel, ilusi justru mengarah pada gangguan mental. Penderitanya seolah melihat sesuatu di depannya yang ternyata adalah sesuatu yang berbeda. Misal di depannya ada komputer tapi yang dilihat pengidap gangguan ilusi ini nggak sama. Bisa saja yang dilihatnya adalah bentuk yang lain.

Sementara khayalan bisa dikatakan sebagai fantasi. Bukan termasuk gangguan mental karena setiap orang wajar melakukannya. Asal nggak berlebihan masih aman. Nah... yang aku ceritain di awal ini masih dalam batas aman nggak? Masih aku rasa. Asal paham betul jangan sampai khayalan ini membuatmu hanyut lebih dalam. Bolehlah hanyut tipis-tipis. Jangan sampai tenggelam.[]

Jogja, 21 Januari 2024

Tidak ada komentar:

Posting Komentar