Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2022

PERASAAN YANG LAIN

Melihat mereka yang menggantikan rasanya ada semacam perasaan enggak rela. Mungkin kalo aku keluar atas kemauanku sendiri beda lagi rasa. Aku mungkin akan mengenangnya dengan suka cita. Faktanya ada perasaan enggak rela itu karena aku tergantikan. Aku paham. Aku mengerti. Menggantikan dan tergantikan itu biasa terjadi. Tergantikan secara paksa itu yang mungkin di luar kebiasaan. Dipaksa untuk keluar dari sebuah rumah yang dianggap seperti keluarga. Makin diingat, makin gedek rasanya. Pelan-pelan harus merelakan sampai perasaan enggak rela itu berubah menjadi perasaan biasa aja. Menunggu waktu. Termasuk menunggu karma yang akan mendatangi mereka. Siapa yang menanam, dia yang menuai. Oke, cukup. Jangan diingat yang jelek terus. Masih banyak hal baik yang bisa aku kenang-kenang di sana. Mungkin hal jeleknya enggak sepenuhnya bakal aku lupa tapi jangan juga aku ingat-ingat terus. Cuma capek hati yang ada. Hal baik yang bisa aku kenang di sana... ah, toilet! Serius toilet? Ya! Toilet di sa...

HASIL PERTAMA

Hasil pertama yang enggak sesuai ekspektasi. Sedih sih ratusan artikel yang aku tulis "hanya" dihargai segitu. Beneran semiris itu. Yah... walau aku juga tahu yang berhasil dimuat belum nyampe ratusan karena suatu hal. Balik lagi ke prinsip rajin menulis. Apakah aku masih memegang prinsip ini? Kuncinya memang di page view tapi kuantitas tulisan juga berpengaruh. Kualitas juga tentu. Rasanya tahu hasil pertama ini mixed feelings banget. Apakah aku akan menyalahkan atau sadar diri usahaku di sini masih belum sekeras itu? Kenapa kuantitas juga penting? Karena semakin banyak jumlahnya, semakin besar peluang Google untuk melirik dan menjadikannya di urutan pertama pencarian. Hasilnya bisa menambah jumlah page view . Page view yang ramai tentu sangat mempengaruhi hasil akhir yang biasa disebut payroll . Oke, aku enggak menyalahkan siapa-siapa. Aku enggak menyalahkan diri-sendiri juga. Sekarang masih let it flow aja. Tunggu sampai bulan ketiga. Entahlah apakah hasil selanjutnya ...

KEMBALI KE 2011

Sempat kepikiran kalo teman-teman alumni SMA ngadain bukber terutama alumni yang stay di Jogja, mungkin aku jadi yang paling tua. Teman-teman lulusan 2021, 2020, 2019, aku 2011. Jauh banget. Berasa tua kalo sama mereka. Faktanya emang aku lebih tua tapi aku enggak merasa setua itu. Lulusan angkatanku yang masih mau ikutan acara bukber dan semacamnya kayaknya bisa dihitung pake jari. Aku salah satunya. Kecuali bukber seangkatan dan sekelas ya. Kalo bukber atau acara lintas angkatan, khususnya yang ngadain angkatan di bawahku, mungkin enggak sebanyak itu lulusan angkatanku yang ikut. Jarak angkatannya jauh juga sih. Aku ngebayangin ada di posisi lulusan angkatan 2021 ngelihat lulusan 2011. Berasa kayak aku ngelihat lulusan 2001. Jauh, 'kan? Sejauh ini sih belum ada gaung-gaung bukber. Apalagi momennya juga pas banget. Ramadhan. Mungkin karena masih pandemi. Banyak yang enggak stay di Jogja karena perkuliahan masih banyak lewat online. Gaung bukber jadi enggak kedengeran. Tahun 2021 a...

PERGI MENJAUH

Ada satu tweet yang lewat di timeline gara-gara diretweet entah dilike sama teman. Seseorang ditemukan tewas dengan gantung diri. Sebelum menemui maut, dia menuliskan tentang kehidupannya. Memasuki dunianya dan ikut merasakan apa yang dia rasakan. Semua orang pasti punya masalah. Semua orang juga punya level kekuatan yang berbeda buat menghadapinya. Dari ceritanya, dia menyibukkan diri di kegiatan kampus. Mungkin ini satu-satunya cara buat dia merasa lebih hidup. Lingkar pertemanan sangat mempengaruhi kekuatan dirinya untuk bertahan. Satu hal yang aku tangkap dari ceritanya. Saat dia butuh pelukan justru menjauh. Dia enggak ingin menyakiti orang lain. Dia enggak mau membuat orang lain merasakan sakit yang dia rasakan. Seberapa dalam aku memahami ini mungkin enggak seberapa. Kalo dia menyingkirkan ego ini dan menerima pelukan dari orang-orang di sekitarnya mungkin kekuatan untuk bertahan masih ada. Satu hal lagi. Dia enggak mau dikasihani. Dia enggak mau orang lain melihat dirinya rapuh...

BUKBER

Satu kata yang sering muncul saat bulan Ramadhan: bukber a.k.a buka puasa bersama. Ingat banget waktu tahun-tahun awal lulus SMA, rencana bukber pasti udah bergaung sejak hari pertama Ramadhan. Entah kenapa memori bukber teman-teman kuliah enggak semelekat itu. Aku justru ingatnya bukber-bukber teman-teman SMA. Rencana yang berakhir menjadi wacana. Ada juga yang begini. Tetap ada kok yang terealisasi. Aku ingat bukber teman-teman SMA, teman-teman sekelas lebih tepatnya, waktu tahun-tahun awal lulus. Mungkin masuk di tahun ketiga kali ya. Masih bisa dibilang tahun-tahun awal tuh. Waktu itu bukber di Alun-Alun Kebumen. Menunya nasi goreng di kawasan Alun-Alun kalo enggak salah. Langsung pesan di hari bukber. Enggak pake booking-booking dulu. Bukber waktu itu seru. Enggak ada yang namanya riya ini dan itu. Selayaknya ketemu teman yang udah lama enggak ketemu. Seantusias dan seheboh itu, walau enggak semua datang. Semakin waktu berjalan, satu per satu mulai berubah. Udah jelas. Perubahan...