Langsung ke konten utama

SAAT LAPAK-LAPAK ITU MASIH ADA

Kangen banget sama majalah-majalah, tabloid, dan teman-temannya yang masih hangat di lapak-lapak majalah. Aku sangat antusias karena ini. Paling bikin happy jelas majalah favoritku. Dari SD sampai kuliah, selalu ada yang jadi favorit. Rasanya bahagia banget lihat majalah favorit tergantung dengan manis di lapak majalah.


Waktu SD, majalah favoritku adalah Majalah Bobo. Belinya di satu toko di Pasar Petanahan. Bukan lapak majalah, tapi toko yang menjual kebutuhan sehari-hari, bukan kebutuhan pokok macam beras, sayur, dan kawan-kawan. Lebih ke toko grosir kali ya. Yah... semacam itu. Tiap Kamis, bahagia banget lihat Majalah Bobo edisi terbaru tergantung di sana. Aku enggak segampang bilang sama Mamah minta dibeliin Majalah Bobo. Aku harus nabung dulu dari uang yang minta sama Mamah. Aku juga nabung dari hasil mijitin Mamah yang dikasih Rp500.


Mamah enggak support aku buat beli Majalah Bobo. Katanya enggak penting. Padahal penting, karena sekarang aku jadi sadar, literasi sejak kecil itu perlu banget. Aku beli Majalah Bobo selalu sendiri. Naik sepeda. Enggak jarang, aku ngumpetin Majalah Bobo yang baru aku beli. Aku enggak mau Mamah berkomentar bla... bla... bla...


Aku pernah dapat bonus tempat pensil, pulpen, pin dari Majalah Bobo. Satu yang paling aku ingat, bonus jam tangan Bobo terpaksa aku skip gara-gara enggak dibeliin sama Mamah. Ku menangis~ Masa SMP beda lagi. Aku enggak sesering itu beli Majalah Bobo, yang sekarang justru aku pertanyakan, kenapa? Aku beralih ke Tabloid Gaul. Aku ingat banget pas kelas 9, aku mampir ke Pasar Petanahan dulu, kali ini tokonya beda, buat beli Tabloid Gaul. Terus aku balik lagi ke sekolah karena ada les persiapan UN. Naik angkot!


Benar-benar seniat itu. Apa yang bikin aku suka sama Tabloid Gaul? Suka aja. Aku bisa baca macam-macam di sini, yang berhubungan sama dunia hiburan, tapi bukan gosip ya. Aku pernah ikutan kuis Tabloid Gaul yang hadiahnya hape total Rp10 juta. Waktu itu hape harga segini, satu hapenya mungkin sekitar Rp2 jutaan, total ada lima hape kalo enggak salah, apa enam ya? Nokia seri berapa gitu, tapi yang OS Symbian. Mewah banget hape ini waktu itu. Sayangnya aku enggak pernah beruntung. Ikutan kuisnya lewat pos. Ngirim kupon dimasukin ke amplop.


Pernah juga ikutan kuis spesial ulang tahun Tabloid Gaul. Aku ngincer banget hadiah jam tangan. Eh, aku dapetnya paket kosmetik dari Inez kalo enggak salah. Yah... not bad. Bisa dipake Mamah. Aku suka Tabloid Gaul sebelum berubah jadi tabloid K-Pop. Masuk SMA, favoritku Majalah Story. Tiap tanggal 25, semangat banget aku ke lapak majalah di Jalan Pemuda. Naik sepeda. Lapak di sini lengkap banget. Ada banyak majalah, tabloid, koran, surga banget buatku.


Majalah Story yang membakar semangatku jadi penulis. Tiap abis baca Story, aku jadi pengen nulis cerpen. Ada ratusan cerpen yang aku buat. Aku enggak punya laptop loh. Aku tulis di buku, terus aku ketik di rental komputer. Iya, dulu aku melakukan ini dan bisa menulis ratusan cerpen. Aku salut sama diri-sendiri waktu itu. Beberapa cerpen aku kirim ke Majalah Story. Pernah juga aku kirim ke Tabloid Gaul. Yang bikin bahagia pake banget, kalo cerpen yang dikirim berhasil lolos, Majalah Story bakal telepon penulisnya buat dikabarin. Aku bahagiaaa... banget waktu dapat telepon dari Majalah Story. Ada beberapa cerpenku yang dimuat, mulai dari Cerpen Anak Sekolah, Cerpen Duet, dan Cerpen Horror, aku lupa nama rubriknya. Cerpenku di Tabloid Gaul juga pernah dimuat. Fee dari Majalah Story 150K. Dari Tabloid Gaul, entah aku enggak ingat detailnya. Waktu itu yang penting cerpenku dimuat. Ditransfer ke bank bukan ya? Aku enggak ingat waktu SMA punya rekening bank.


Aku masih tetap setia sama Majalah Story sampai masuk masa kuliah. Lapak majalahnya kali ini dekat kampus. Seberang rel kereta. Di sini juga lumayan lengkap majalah sama tabloid. Ada juga versi bekasnya. Bapak yang jaga lapak majalah sampai hafal sama aku yang tiap tanggal 25 datang beli Majalah Story. Apa kabar si Bapak ya? Lapak majalahnya sekarang sudah berganti sama tempat makan.


Semakin bertambah tahun, majalah dan tabloid mulai pamit. Tabloid Gaul, Majalah Story, dua favoritku juga ikutan pamit. Majalah Hai, Kawanku, tabloid ini, itu, menyusul bilang pamit. Sekarang, cuma ada beberapa yang bertahan, enggak sebanyak waktu itu, salah satunya Majalah Bobo. Buat dapat edisi terbaru dari yang masih bertahan, kecuali koran, justru susah banget. Gramedia enggak menyediakan. Terus harus beli di mana? Lapak majalah sudah banyak yang pamit, sama kayak majalah yang juga mengucap selamat tinggal. Beli koran pun sekarang kayaknya enggak bisa di lapak majalah, lapaknya aja udah enggak ada. Harus langganan langsung dari majalah/korannya. Tiap terbit dikirim ke rumah. Mungkin ini satu-satunya cara mempertahankan yang masih bertahan.


Sekarang apa majalah favoritku? Sejujurnya aku bingung. Apa ya? Semua yang jadi favorit sekarang cuma tinggal kenangan.


(Jogja, 3 Agustus 2021)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta...

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato...

DI BELAKANG (ADA) ANGKA DUA

Bisa dibilang aku mampir ke sini cuma di momen seperti hari ini. 16 Agustus. Ada momen spesial apa sih di 16 Agustus? Kata Sal Priadi, "...serta mulia, panjang umurnya." Hari lahir. Tahun ini aku melewati hari lahir ke-32. Wow! Ti-ga pu-luh du-a. Sama-sama di belakang ada angka dua tapi beda rasanya ya waktu hari lahir ke-22 dan hari ini. Waktu 22 tahun aku nggak merasa ada tekanan. Kayak berlalu gitu aja. Aku ingat hari lahir ke-22-ku terjadi setahun setelah KKN di Kulonprogo. Pengingatnya adalah waktu KKN aku pernah ditanya ulang tahun ke berapa. Aku jawab, "Bioskop." Twenty one alias 21. Apakah hari lahir kali ini aku merasa tertekan? Ada rasa yang membuatku khawatir tapi let it flow aja. Nggak mau jadi overthinking . Apa yang terjadi nantinya ya dihadapi dengan riang gembira lengkap dengan gedebak-gedebuk nya. Masa ulang tahun nggak ada apa-apa? Nggak mengharapkan juga sih. Nggak mengharuskan juga tapi kalo ada ya aku nikmati dan berterima kasih. Kode banget ni...