Langsung ke konten utama

ORANG-ORANG BILANG

Katanya ngegame mulu bisa bikin bego. Buat pelajar, nilai bisa turun, enggak konsentrasi belajar. Bisa jadi nilai turun kalo enggak diimbangi. Harus seimbang main game sama belajar. Begitu juga buat pekerja a.k.a yang bukan pelajar lagi. Harus seimbang antara game sama kerjaan. Bisa, kerja jadi berantakan kalo ngegame enggak tau aturan. Pernah aku baca lowongan kerja yang syaratnya enggak main game tertentu. Nah... kalo enggak seimbang emang bisa bikin berantakan.


Game bikin bego? Enggak juga. Game juga bisa melatih kerja sama tim. Ada yang bisa diambil positifnya dari main game. Bisa melatih menerima kekalahan dengan hati yang lapang. Melatih mengatur strategi. Enggak bikin bego juga. Kalo ngegame mulu sih, bukannya jadi bego, tapi jadi berantakan, entah itu buat pelajar atau pekerja.


Aku kenal game mulai dari... gimbot. Ah, ya! Buat "orang kota", mainnya gameboy, tapi waktu itu aku kenalnya gimbot, versi murahnya gameboy. Permainannya kurang lebih samalah. Ada Tetris, ada permainan tembak-tembakan pesawat, yang grafisnya kotak-kotak, beneran disusun dari kotak ya, bukan animasi 3D yang burik terus jadi kotak-kotak.


SMP, aku kenal sama Playstation. Bisa dibilang suka banget aku sama PS. Tiap Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu aku pasti ke rental PS. Bayar Rp2000/jam buat PS 1, Rp3000/jam buat PS 2. Kalo enggak salah. Walau suka banget, tapi aku masih bisa mengendalikan ya dipikir-pikir. Main PS cuma Kamis-Minggu. Itu juga sejam. Enggak adiktif sampai berjam-jam dan tiap hari ke rental PS. Kalo punya sendiri sih, beda ya. Paling kena omelan Mamah. Bisa jadi kalo punya PS, malah jadi susah ngendaliinnya. Apalagi aku masih SMP waktu itu.


Main PS cuma pas SMP kelas 8 kalo enggak salah. Apa kelas 7 ya? Selain itu, aku enggak main PS lagi. Pernah disamperin Mamah di rental PS gara-gara aku main PS terus. Padahal cuma Kamis-Minggu dan sejam doang. PS dianggap sesuatu yang menyesatkan. Bikin bego dan bla... bla... bla... Aku waktu itu bete banget sampai mau nangis kayaknya gara-gara disamperin. Sejak saat itu aku enggak main PS lagi. Hidup berjalan normal tanpa main game. Aku juga bukan yang gamer banget.


Pas SMA, game yang aku mainin game di hape. Download banyak banget di Zedge, kalo enggak salah namanya. Bukan smartphone ya. Waktu aku SMA, smartphone belum menjamur. Masih jadi kepunyaan kalangan terbatas dan eksklusif. Aku main game buat Nokia... seri berapa gitu. Express Music tapi lupa serinya. Game yang aku download lumayan banyak. Paling aku ingat game Inspector Gadget. Game yang disuka banget sama adikku yang cowok. Waktu itu, adikku antusias banget kalo main game di hapeku.


Setelah aku punya smartphone, masuk masa kuliah, enggak bikin aku download banyak game. Pernah main Pou, peliharaan virtual. Mirip Tamagochi, walau aku belum pernah main. Waktu itu aku masih menjalani hari-hari tanpa (harus) ngegame. Kenal Mobile Legends Bang Bang juga enggak bikin aku langsung latah pengen main. Waktu pertama rilis, banyaaak... banget yang main. Aku bukan salah satunya. Kebiasaan, kalo ada yang lagi rame, aku enggak tertarik ikut meramaikan. Biasa aja. Kalem. Merasa ogah juga sih ikut-ikutan nyemplung sama yang lagi rame.


Aku sempat bilang, apa menariknya MLBB? Karakter gamenya kecil-kecil gitu. Waktu itu emang aku ngelihatnya gitu. Pengalaman game yang aku mainin pas masih suka ke rental PS, ada Digimon Rumble Arena, One Piece Grand Battle, sampai Mortal Kombat yang karakternya jelas kelihatan lebih gede dari karakter di MLBB. Apalagi aku belum pernah main moba a.k.a multiplayer online battle arena. Sempat aku ikutan main MLBB, cuma first impressionku enggak sebagus itu. Ini game apa sih? Aku hapus.


Aku lupa berapa lama setelahnya, aku download MLBB (lagi) dan... jadi sesuka itu. Sampai sekarang, udah total berapa tahun aku main MLBB. Sekarang, hari-hariku diwarnai MLBB. Sehari main bisa sampai enam atau tujuh kali dengan jeda waktu sekitar dua-tiga jam atau lebih. Aku enggak main terus-terusan. Misal, sekarang main, satu kali match, abis itu berhenti. Main lagi nanti dua jam kemudian, tiga jam, bahkan bisa lebih, tergantung aku lagi siaran apa enggak dan juga ada aktivitas lain apa enggak.


Selain MLBB, aku juga main AOV, Lokapala, walau sejarang itu, Pokemon Go, Marvel Super War, dan Ragnarok: Next Generation. Paling sering aku main MLBB. Pernah main AOV mulu, MLBB benar-benar aku kesampingkan banget. Itu juga karena aku beli Codex. Musti naikin level Codex dengan rajin main biar skin Codex yang aku pengen, bisa aku dapetin.


Aku suka main game, tapi sebatas suka aja. Bukan yang suka banget sampai adiktif, kepikirannya game mulu. Aku masih bisa mengendalikan diri. Aku juga enggak merasa jadi gamer. Aku cuma main game yang aku suka dengan karakter yang aku suka juga. Dibilang jago main game, enggak juga. Standar bisa main. Bukan kayak pro player yang sat-set-sat-set jago banget. Sekedar bersenang-senang aja.


Jogja, 6 Agustus 2021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta...

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato...

DI BELAKANG (ADA) ANGKA DUA

Bisa dibilang aku mampir ke sini cuma di momen seperti hari ini. 16 Agustus. Ada momen spesial apa sih di 16 Agustus? Kata Sal Priadi, "...serta mulia, panjang umurnya." Hari lahir. Tahun ini aku melewati hari lahir ke-32. Wow! Ti-ga pu-luh du-a. Sama-sama di belakang ada angka dua tapi beda rasanya ya waktu hari lahir ke-22 dan hari ini. Waktu 22 tahun aku nggak merasa ada tekanan. Kayak berlalu gitu aja. Aku ingat hari lahir ke-22-ku terjadi setahun setelah KKN di Kulonprogo. Pengingatnya adalah waktu KKN aku pernah ditanya ulang tahun ke berapa. Aku jawab, "Bioskop." Twenty one alias 21. Apakah hari lahir kali ini aku merasa tertekan? Ada rasa yang membuatku khawatir tapi let it flow aja. Nggak mau jadi overthinking . Apa yang terjadi nantinya ya dihadapi dengan riang gembira lengkap dengan gedebak-gedebuk nya. Masa ulang tahun nggak ada apa-apa? Nggak mengharapkan juga sih. Nggak mengharuskan juga tapi kalo ada ya aku nikmati dan berterima kasih. Kode banget ni...