MERANGKAI MIMPI

Ngelihat pencapaianku sekarang, ada rasa enggak nyangka udah sejauh ini. Aku pernah punya mimpi jadi penyiar radio. Mimpi yang aku rangkai sejak kenal Rasida FM, radio kampusku. Sebelumnya aku enggak ada keinginan bahkan mimpi jadi penyiar radio. Rasida FM yang membuatku punya mimpi baru. Aku masih ingat waktu SMA aku hanya ingin jadi penulis. Ingin jadi jurnalis. Ini juga alasan terbesarku memilih jurusan di kampus.

Sebelum aku jadi penyiar radio, lumayan sering, hampir setiap hari, pulang ke kost malam-malam. Menuju tengah malam. Waktu itu aku pernah bilang sama diri-sendiri, "Semoga nanti aku pulang malam karena siaran." Semesta mendukung. 2015 adalah lembar pertama ceritaku sebagai penyiar radio.

Perjuangan buat bisa siaran, bukan di radio kampus, lumayan juga. Semangatku waktu itu aku akuin benar-benar keren. Aku lupa-lupa ingat radio pertama yang aku coba peruntungannya. Kayaknya Eltira FM, yang sekarang jadi Smart FM. Pernah juga ikut seleksi di Radio Q, Unisi FM, Star Jogja, Geronimo juga sebagai salah dua the best radio in town, menurut versiku. Waktu di Eltira FM, kayaknya aku enggak dipanggil. Cuma sampai sebatas masukin berkas. Nah, di Radio Q sama Unisi FM, aku sempat ikut tahap selanjutnya. Oh iya, satu lagi yang aku lupa sebutin, i Radio. Sama, aku ikut tahap selanjutnya juga di sini. Kayaknya Retjobuntung juga pernah aku coba, tapi lagi-lagi cuma sampai di tahap masukin berkas.

Waktu seleksi di Unisi FM, aku dan beberapa kandidat lain lagi ada di tahap ujian tulis. Jawabanku waktu itu terlalu enggak realistis. Aku bilang, dengerin Unisi terus setiap hari. Iya, aku emang dengerin, mulai dari Morning Sunrise bareng Zamal Faris dan Rima Rimbow sampe program setelahnya, yang aku lupa namanya, bareng Alifah Farhana. Dengerin karena ada maunya. Dengerin buat belajar gimana style siaran Unisi FM. Aku gagal di tahap ini. Pindah ke Radio Q, aku ikutan tahap rekaman suara. Kalo enggak salah belum nyampe ujian tulis. Entah ada apa enggak, tapi aku lagi-lagi gagal di sini. Seleksi di i Radio aku ikutan ujian tulis sama wawancara. Masuk sesi yang ini, aku ada di satu ruangan. Udah ada cewek, bukan yang muda banget, bukan juga yang ibu-ibu banget. Pertanyaannya lebih ke lifestyle. Sempat juga aku diminta nyebutin merk mobil yang cara baca dan tulisannya beda. Di sini sebenarnya kunci dari wawancaranya. Akan ketahuan seberapa jauh pengetahuan umum yang aku punya.

Setelah melewati berbagai seleksi yang semuanya gagal, Februari 2015, Mas Ari, kakak tingkat di kampus dan juga senior di Rasida FM, ngasih tau aku ada radio yang lagi nyari penyiar. Namanya Radio Widoro di Malioboro. Belum pernah aku dengar namanya. Aku tetap coba aja karena keinginan terbesarku, mimpiku yang paling bikin aku semangat adalah siaran radio. Aku datang ke Radio Widoro dengan perasaan asing. Aku baru tahu ada radio namanya Widoro. Enggak sefamilier Geronimo, Swaragama, Unisi, dan radio-radio yang selama ini jadi favoritku. Jalanku di sini mulai terbuka. Setelah melewati dua tahapan, aku resmi siaran di Radio Widoro. November 2015, aku juga siaran di Rakosa FM. Sampai sekarang.

Ada panjang ceritanya. Tentang perjuangan meraih mimpiku. Tentang perasaan waktu itu. Ada banyak yang pengen aku ceritakan.

(Jogja, 7 April 2021)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar